DREAMIS (MOSTLY RJN) ONESHOT🔞✅️

YOU'RE SUCH A SIN [NOREN]

based on my dream (dikit)

Ketika anak angkat istri adalah malapetaka bagi Lee Jeno.

⚠️ : cheating ; boypussy!rj ; older!jeno ; ooc!narahee ; agegap 13 tahun ; open ending karena penulis mager bikin drama ; first time sex ; underage sex ; jeno sakit jiwa yakali ngewein anak bini mentang-mentang cantik dan gak sedarah ; jangan ditiru ; hanya fiksi

.

.

.

***

.

.

.

Kalau ada yang bilang Renjun itu anak Rahee, bisa dikatakan begitu, bisa juga tidak.

Na Renjun bukan anak kandung Na Rahee. Dia diadopsi oleh perempuan itu ketika ia berusia 6 tahun sementara Rahee menginjak 19 tahun. Rahee itu anak tunggal, pewaris kekayaan ayah dan ibunya yang punya usaha perhotelan di beberapa negara, termasuk Korea. Renjun pada saat itu ditemukan Rahee di taman bermain, sedang sendirian di ayunan, dimana hari mulai memasuki maghrib, biasanya setan suka keliaran. 

Renjun ingat, Rahee pakai kemeja kotak-kotak dan tanktop putih, dipadu celana denim dengan tas selempang melingkari separuh badan. Sepatu jenis sneakers, berwarna hitam dan baru pulang dari kampus setelah mengikuti kegiatan organisasi. Renjun ingat, Rahee memiringkan kepala ketika tatapan mereka bertemu, dimana Renjun hendak menangis tersedu-sedu, akhirnya mengadu. Renjun ingat, dia dibawa ibu kandungnya ke sana, diminta untuk menunggu hingga langit kebiruan berubah menjadi oranye, membuat ia gelisah karena tak kunjung dijemput.

"Hey, kamu sendirian? Orangtua kamu mana?" suara lembut Rahee berhasil meloloskan isak tangis ketakutan Renjun kala itu. Sang mahasiswa langsung saja memeluk, menenangkan bocah setinggi pinggang kemudian mengusap-ngusap punggungnya, buat menyalurkan kehangatan. 

"Tante, aku ditinggal Mama, hiks."

"Jahat banget Mama kamu, kita ke kantor polisi aja mau?" Renjun menggeleng, bergelantungan pada Rahee bak koala pada ranting pepohonan. Wajahnya sangat imut, warna matanya cokelat, mirip seekor rubah yang butuh kasih sayang, pipi gembil dihiasi semilir rona merah menyebabkan hati Rahee tak kuasa menahan untuk mencubit gemas. "terus kamu mau kemana? Oh iya nama kamu siapa?"

"Renjun, Huang Renjun, Tante."

Rahee mematri senyum, di situlah Renjun terpana dan tidak ingin meninggalkan gendongan barang sedetik pun, "Nama kamu cantik, kayak orangnya. Nama Tante, Rahee. Na Rahee."

"Nama Tante juga cantik kok,"

Si gadis terkikik, makin mengeratkan gendongan pada Renjun kemudian mulai melangkah pelan-pelan, "Kalau gitu, Tante bawa kamu ke kantor polisi dulu buat memastikan ada yang cari kamu atau nggak, soalnya Tante takut dikira penculik," anak laki-laki itu murung begitu mendengar penuturan Rahee, padahal dia mau saja diajak kemanapun sama gadis itu. Aneh, Renjun merasa Rahee orang baik, tidak mungkin berlaku jahat kepadanya yang notabene sedang ditinggal sang ibu entah kemana.

Sesampai di kantor polisi, Renjun tidak terlalu ingat karena keburu mengantuk saat duduk di kursi. Tiba-tiba saja dia kembali berada di gendongan Rahee, mengarungi perjalanan naik bus ke sebuah rumah berukuran besar, kemudian ia dipangku hati-hati saat Rahee duduk sofa panjang yang empuk sekali.

"Rahee, kamu bawa pulang anak siapa, huh?"

"Eits, sebelum anda murka, lebih baik dengarkan cerita hamba Wahai Ibu Na yang terhormat," Nyonya Na tak bisa menahan tawa setelah mendengar guyonan sang putri, bersama suaminya, mereka duduk di sofa lain menghadap Rahee dan bocah terlelap pulas. "Rahee baru pulang kampus terus lewat taman bermain lihat anak ini main ayunan sendirian, Rahee samperin tanya orangtuanya kemana dia malah nangis cerita dia ditinggal Mamanya. Yaudah, karena mau maghrib, Rahee pergi ke kantor polisi buat ngelaporin sekaligus kasih nomor kontak Rahee kalau ada yang cari Renjun."