Bab 31: Kewajiban

26 9 0
                                    

HAPPY READING
_____________________
Sebelum membaca cerita ini awali dulu dengan

ِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Spam
۞اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آٰلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ۞
_______________________________________________________

Jangan pernah mencari yang sempurna,karena yg sempurna itu tidak ada. Carilah yang bangga memilikimu dan tak akan pergi menghilang setelah tau kekuranganmu.

-Dinda alleya azahra-
_______________________________________________________

Pagi hari Arfa dan Zahra kini telah bersiap-siap karena hari ini keduanya akan kembali kerumah. Setelah berpamitan kepada Abah dan Umma--Maryam sempat menitipkan pesan kepada keduanya katanya. "Ingat cucu buat Umma ya." ucapan Umma membuat Zahra menunduk malu, Arfa sendiri hanya tersenyum dengan mengangguk saja.

Pernikahan keduanya hampir berlangsung dua minggu namun, Zahra sendiri belum menyerahkan haknya sebagai istri kepada suaminya. Apa mungkin dirinya belum siap? Entahlah, Arfa juga tidak memaksakan soal itu.

Di perjalanan hanya ada keheningan di antara keduanya Arfa yang sedang sibuk menyetir dan Zahra sendiri hanyut dalam lamuan mungkin sedang memikirkan perkataan umma Maryam.

"Sudah engga usah di pikirkan." Arfa memecahkan keheningan ia tahu apa yang berada di pikiran istrinya itu.

"Aku minta maaf." lirihnya seraya menunduk.

Arfa melirik istrinya, "Kamu engga punya salah."

Zahra menatap Arfa yang sudah mengeluarkan air mata. "A-aku belum bisa jadi istri yang baik buat Athan." Zahra sesegukan membuat Arfa menepi dan menghentikan mobilnya.

"Kenapa nangis, hmm?" Arfa menatap istrinya.

Dengan perlahan ia memegang tangan Zahra lalu mengecup tangan mungil itu, "kamu engga salah, kata siapa kamu belum jadi istri yang baik? Bagi Athan, kamu yang terbaik, oke? Engga usah menyalahkan diri sendiri ngga baik. Athan engga memaksakan soal itu. Jangan masukin ke pikiran perkataan umma ya? Kalau itu bisa membuat kamu tambah sedih." tuturnya lembut seraya menghapus air mata Zahra. Zahra mengangguk pelan.

"Gimana kalau kita mampir ke rumah bunda dulu? Aku yakin kamu pasti kangen, kan sama mereka?" hal itu membuat Zahra mengangguk.

"Yaudah hapus dulu air matanya." Zahra segera menghapus air matanya membuat Arfa terkekeh dan menggeleng.

Istrinya ini sangat sensitive ternyata soal hal beginian hhh. "Lucu, sampai hidung ikut merah." batin Arfa yang kini sudah menjalankan mobilnya kembali.

Selang beberapa menit keduang telah memasuki halaman rumah Haidar, mata Zahra berbinar-binar sungguh ia sangat merindukan rumah ini yang penuh suasana indah, dan kenangan saat masa ia lahir kedunia ini sampai ia berusia remaja. Namun sekarang ia tidak lagi tinggal di rumah ini mengingat dirinya sudah menjadi istri Arfa maka ia akan mengikuti kemanapun Arfa melangkah.

Setelah turun dari mobil Zahra berlari kecil masuk ke dalam rumah dengan girang ia sangat merindukan kedua orang tuanya bahkan adiknya sendiri. "Sayang jangan lari." pintah Arfa di sertai gelengan kecil.

"Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh! Yuhu Zahra is coming." teriak Zahra yang kini telah berada di ruang tamu. Bunda Bilqis yang berada di dapur segera ke ruang tamu begitupun Bik Surti.

Akulah Takdirmu (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang