Bab 23: Milih baju

47 34 76
                                    

Sebelum membaca cerita ini awali dulu dengan

ِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Happy Reading
__________________

Spam
۞اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آٰلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ۞

____________________________________________

Bagiku kamu tetaplah kamu, seseorang yang pernah begitu kucintai, dan kurindukan di setiap malamku.

-Dinda Alleya Azahra

____________________________________________


"Malam nanti saya jemput kamu ke rumah buat ke toko gaun,"

Mata Zahra membulat ia sedikit kaget akan ucapan pria itu. "Buat apa?" tanya polos.

"Hey apakah kamu lupa? Besok adalah hari dimana-"

"Secepat itu? Ustadz, nggak bisa di undur lagi? Hikss... aku belum siap." rengek Zahra di hadapan, Arfa. Arfa terkekeh geli kala melihatnya. Keduanya yang kini sedang berada di taman belakan rumah, Zahra.

"Andai saja aku bisa memelukmu, Zah takkan ku pastikan kamu meneteskan air mata itu. Selangkah lagi, Arfa!!" batin Arfa.

"Jangan nangis dong, nanti jelek kamunya." ujarnya.

Setelah perbincangan telah selesai keluarga kyai fajar kini berpamitan pulang kerumah. Zahra pergi ke kamarnya seraya merebahkan badannya di atas kasur.

"Secepat ini kah? Aku belum siapppp." teriak, Zahra di akhir kata untung saja kamarnya kedap suara jadi tak ada yang mendengarnya.

"Huwa... eh tapi, kan nggak apa-apa sih lagian dia juga cowok eh seorang ustadz yang aku kagumi, ngapain juga aku kayak gini? Seharusnya senang dong." katanya.

"Tapi aku belum siapp!!" rengeknya seraya mengacak-acak kasurnya tak lupa memukul gulingnya.

   Malam hari telah tiba di mana, Zahra yang sedang serius membaca novelnya dengan di temani cemilan tak lupa lagu fav yang ia putar di handphonenya.

Dring...
Nada dering handphonenya membuat ia terganggu dan melihat siapa yang menelefonnya.

Ustadz Arfa
Nama panggilan itu yang tertera di layar handphonenya membuat ia sedikit kesal, lagian kenapa juga gangguin orang yang lagi serius baca novelnya.

"Assalamu'alaikum,"

Dengan malasnya Zahra membalas jawaban itu, "Wa'alaikumussalam."

"Loh kamu kenapa? Sakit ya?" tanya pria itu dari sebrang sana ia sedikit khawatir saat mendengar suara Zahra.

"E-enggak! Enak aja orang lagi sehat kok." raungnya membuat pria yang berada di sebrang sana sedikit menjauhkan handphonenya.

"Kenapa nelpon aku? Aku lagi sibuk nih." lanjutnya.

"Jangan bilang kamu lupa ya?"

Zahra seketika teringat, "A-Aduh ngak bisa aku lagi sakit maaf ya?" bohongnya ia tak ingin pergi karena mager.

"Gak pokoknya, Saya jemput. Saya tau pas Saya udah di depan rumah kamu udah siap-siap!" katanya.

"Tap-"

Akulah Takdirmu (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang