"Aku.. kalah."
"Kau bodoh! Pertarungan ini bukan soal menang atau kalah! Ini pertarungan antar teman, untuk membuatnya sadar! Itulah tujuannya! Pertarungan yang sebenarnya, masih nanti!"
"Hei, Naruto..."
"Hah?!"
"Aku sudah mengakui mu."
"Sial! Kalau kau terus membantah, aku akan menghajarmu!"
"Tidak ada jaminan aku tak menentang mu lagi suatu hari nanti..."
"Aku tinggal menghentikan mu lagi! Lagipula, aku tahu kau takkan berbuat hal yang sama lagi."
"Kenapa kau bisa seyakin itu?"
"Jangan membuatku terus mengulanginya! Kau ini tak pernah mengerti ya?! Kalau di pikir-pikir.. malah kau yang bodoh..."
Sasuke tersenyum, hal itu sudah berlalu 2 tahun yang lalu saat ia membuat segel perdamaian dengan Naruto setelah perang dunia shinobi ke-4 berakhir. Dan kini Sasuke malah menerima undangan pernikahan Naruto, pria itu sudah dewasa sekarang.
Sudah lama Sasuke tidak kembali ke desa Konoha, rumah yang sangat ia rindukan. Sasuke membasuh wajahnya di pinggir danau yang jernih, setelahnya pria itu membalas surat undangan pernikahan Naruto.
Sebenarnya mudah saja bagi Sasuke untuk langsung ke Konoha saat ini juga hanya dalam satu detik, namun Sasuke ingin pulang sambil menikmati perjalanannya setelah berkelana cukup jauh.
Dan saat Sasuke telah melakukan setengah perjalanan kembali ke Konoha, Sasuke berhenti di sebuah desa dimana ia tiba-tiba kehilangan uang yang selama ini ia kumpulkan.
Padahal Sasuke baru tiba di desa itu, namun uangnya sudah di curi. Hal ini mengingatkan Sasuke pada tempat saat ia baru pertama kali menjalankan misi sulit bersama rekan satu timnya.
Misi yang seharusnya tak dilakukan oleh mereka yang baru menjadi ninja, namun mereka tetap melaksanakan misi itu. Sasuke bahkan mengira dirinya akan mati dalam misi sulit yang pertama itu.
Sasuke memperhatikan sekitarnya, semua orang tampak canggung dalam melakukan sesuatu. Lalu ada sekitar tiga orang besar yang memasuki tiap kedai sambil mengambil uang dan makanan.
Ada yang aneh di desa itu, Sasuke semakin memasuki desa tersebut dan melihat satu-satunya bangunan yang paling mewah selain pohon bunga sakura yang ada di sekelilingnya.
"Apa nama desa ini?" Sasuke bertanya pada seseorang yang lewat di sampingnya.
"Desa Haru."
"Dimana pemimpin desanya?"
Orang yang ditanyai Sasuke langsung pergi begitu saja, beberapa orang yang mendengar pertanyaan Sasuke juga langsung menghindar dari Sasuke. Sasuke semakin merasa curiga akan tempat ia berada saat ini.
Sasuke kembali berjalan hingga ke ujung desa dan menemukan rumah kayu yang terlihat tidak terlalu bagus, bahkan rumah itu seolah akan rubuh dengan kayunya yang lapuk.
Seorang wanita tua keluar dari rumah itu berjalan dengan sempoyongan membuat Sasuke langsung berjalan cepat membantunya untuk berjalan.
"Siapa? Tolong.. jangan meminta uang lagi, saya sudah tidak punya..."
Sasuke menggeleng. "Saya tidak akan meminta uang, saya orang dari luar."
"Eh?"
"Anda mau kemana, nek?"
"Saya mau ke belakang melihat kebun."
"Biar saya bantu."
Wanita tua itu menerima bantuan Sasuke dengan ragu, mereka kini berjalan ke belakang rumah dan saat tiba Sasuke terkejut melihat semua tanaman yang ada di belakang. Semuanya terlihat seperti baru saja sengaja di hancurkan.
"Aduh.. kepala ku sakit.. bagaimana ini bisa terjadi... siapa yang tega melakukan ini..."
Wanita tua itu hampir saja terjatuh seandainya Sasuke tidak menahan tubuhnya, dengan cepat Sasuke membawa wanita tua itu ke depan rumah dan duduk di terasnya.
"Saya mungkin bisa membantu sedikit, tapi bisakah anda menceritakan tentang desa ini?"
Wanita tua itu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Sasuke, ia mulai menceritakan semuanya pada Sasuke. Tentang sekumpulan bandit gunung yang tiba-tiba datang saat pemimpin desa itu meninggal dan mereka berlagak sebagai pemimpin.
Desa itu tiba-tiba berubah sejak saat itu, para bandit mulai meminta uang dan makanan secara cuma-cuma. Bahkan mereka memaksa untuk warganya mencuri dari pendatang yang hanya sekedar singgah di desa itu.
Lalu soal perkebunan mereka harus di berikan hasilnya, jika tidak mereka akan menghancurkan perkebunan orang-orang. Tapi wanita tua itu sudah tak mampu untuk memanen di kebunnya untuk di bawa pada pemimpin dan para bandit langsung merusak kebunnya.
Padahal mereka bisa memanennya sendiri, namun mereka ingin menerima semuanya secara cuma-cuma. Dan kini, aliran air di desa mereka berwarna kuning, para bandit tidak mau memperhatikan warga.
Mereka malah menyuruh warga mengambilkan mereka air jernih dari jauh, namun mereka tak mau jika para warga memiliki air yang jernih.
Setelah mendengar cerita itu, Sasuke mulai memikirkan sesuatu untuk membebaskan para warga dari bandit yang memerintah para warga dengan semena-mena.
Hingga beberapa saat kemudian Sasuke memikirkan sesuatu yang tepat dan ia langsung menulis surat untuk di kirim ke Konoha, ini cara terbaik untuk membantu desa itu.
"Apa di dekat sini ada penginapan?"
Wanita tua itu menggeleng. "Kau bisa tinggal di rumah ku untuk sementara, tapi kau mungkin tidak akan nyaman karena disini tidak layak ditinggali. Hanya ini satu-satunya cara, karena semua penginapan bangkrut setelah orang-orang yang hanya lewat langsung pergi saat mereka dirampok."
Sasuke mengangguk paham, ia memilih untuk tetap tinggal di kediaman wanita tua itu. Ia tidak masalah dengan tempat tinggal yang tidak layak, Sasuke bahkan selama berkelana hanya tidur di bawah pohon yang terbuka.
Keesokan harinya, di desa Konoha, Kakashi memijat pelipisnya yang sedikit berdenyut mendapat surat dari Sasuke. Siapa yang akan Kakashi kirim untuk menjalankan misi bersama Sasuke di tempat yang berbahaya.
Misi ini sebenarnya bagus untuk calon Hokage berikutnya yang masih sementara belajar, apalagi ini tentang perbaikan desa dan pemberantasan pemimpin yang tiba-tiba seenaknya mengklaim dirinya sebagai pemimpin.
Tapi sosok yang akan menjadi Hokage berikutnya akan segera menikah, memikirkannya saja sudah membuat Kakashi pusing, padahal saat ini masih pagi-pagi sekali.
"Si Uchiha itu tidak mungkin melakukannya sendiri ya..."
Kakashi mengangguk. "Raikage tidak akan mempercayainya, bahkan jika dia mengumpulkan banyak bukti. Padahal misi ini sangat cocok untuk Naruto, tapi dia akan segera menikah."
"Masih satu bulan lagi, kan? Tidak apa-apa dilakukan untuk memberikan Naruto misi terakhir sebelum pernikahannya, daripada setelah menikah?"
"Kau benar, Shikamaru," kepala Kakashi semakin berdenyut. "Kalau begitu panggilkan Naruto untuk menjalankan misi ini."
Shikamaru mengangguk, pria itu berjalan keluar ruang Hokage dan saat berada di depan pintu, ia tampak seperti berbicara dengan seseorang dan ia langsung kembali masuk ke ruang Hokage.
"Dia akan segera kemari."
.
.
.
Bersambung...
Jangan lupa tinggalkan jejak, vote & komen
Thanks for reading, see you next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari & Bulan[✓]
Romance"Aku menginginkanmu, Naruto..." "Akhirnya kau mengakuinya, mengingat semua sifat tsundere mu selama ini." Matahari dan bulan itu seharusnya tidak bisa bersama, apalagi keterikatan matahari dengan siang dan keterikatan bulan dengan malam. Tapi apa ja...