Part 1

1.2K 64 13
                                    

Tak pernah terbayangkan di pikiran Ao Ruipeng, akan berada di situasi seperti ini. Terjebak dalam sebuah permainan yang ia buat sendiri. Menikah dengan seseorang yang selalu ia isengi semasa sekolahnya.

Di keramaian pesta pernikahan, Rui diam dan membeku di tempatnya. Mengabaikan orang-orang di depannya yang tengah berbincang-bincang. Melamun dan berdebat dengan dirinya sendiri.

"Gue gila!" hardiknya dalam hati.

"Gue beneran gila, nikah sama Li Hongyi cuman karena biar gue jadi penerus perusahaan papa!"

Lagi-lagi Rui merutuki dirinya sendiri yang dengan impulsif menyetujui syarat utama menjadi penerus perusahaan. Yaitu harus menikah dengan seseorang yang papanya ajukan. Tanpa bertanya lebih lanjut tentang calonnya.

Awalnya ia hanya bermain-main, tapi ternyata ia terjebak di dalam permainannya sendiri. Kalau seperti ini, lebih baik ia tidak usah mengajukan dirinya menjadi penerus.

Usianya sekarang 28 tahun, sebenarnya ia masih ingin berlama-lama sendiri tapi apa daya orangtuanya mengikatnya dalam sebuah pernikahan. Dengan seseorang yang tak pernah ia duga-duga sebelumnya.

"Kenapa diem aja?"

Suara itu terasa menggelitik di telinganya, bulu kuduknya berdiri. Begitu merinding ketika suara itu keluar menyapa area telinganya. Rui melirik dengan ekor matanya, orang yang ia nikahi rupanya.

Rui berdehem untuk menghilangkan kecanggungan, "g-gue pengen aja, lo ngapain sih deket-deket gue?"

Rui hendak melangkah menjauh tapi Hongyi lebih dulu menarik pinggang rampingnya. Posisi keduanya sekarang seperti saling memeluk jika dilihat orang-orang. Tangan Rui berada di pundak Hongyi untuk berjaga-jaga jika pria itu menariknya lebih dekat.

"Gue gak pernah nyangka kalau cowok yang suka gangguin gue pas SMA ternyata jadi istri gue sekarang. Udah siap punya anak kan?"

Tubuh Rui menegang, ia meremas jas Hongyi di bagian pundaknya karena gugup. Mengapa ucapan itu terdengar begitu sensual di telinganya. Area wajahnya juga mulai memanas.

Siulan teman-temannya terdengar semakin membuat ia memerah. Menggodanya karena masih bertahan di posisi pelukan itu selama beberapa menit. Rui benar-benar akan gila jika seperti ini.

Acara pesta pernikahan itu berlangsung hingga larut malam. Dan ketika selesai, Rui langsung berlari menuju kamar hotel meninggalkan Hongyi yang memegangi sepatu juga ponsel miliknya.

Hongyi menggeleng pelan ketika mendapati Rui berjongkok di depan pintu kamar dengan wajah tertekuk. Tangannya terulur saat Hongyi tiba di depannya.

"Kunci kamar..." gumamnya.

Hongyi lantas mengeluarkan kunci kamar dan membukanya , membiarkan Rui masuk lebih dulu. Hongyi kembali menggeleng pelan melihat Rui yang langsung menerjang kasur setelah melepas sendalnya.

"Ganti baju dulu, Rui."

Rui balas dengan gerutuan menolak, ia malah semakin membenamkan wajahnya di dalam bantal. Melihat Rui yang menolak membuat Hongyi sedikit kesal. Make up tipis Rui memang sudah di hapus tapi anak itu perlu berganti baju sebelum tidur.

Dengan kesabaran tipisnya, Hongyi bergerak ke arah Rui dan membalik tubuh Rui hingga terlentang. Lalu tanpa aba-aba menggendongnya, kemudian ia bawa ke kamar mandi.

"Ganti baju, nanti tidurnya gak nyaman," ucap Hongyi seraya menyerahkan satu set pakaian padanya.

Rui meraihnya dengan kasar, "ngeselin!" katanya seraya menutup pintu kamar mandi.

"Kaya bocah aja," kekehnya.

Pria berumur 28 tahun itu menunggu Rui hingga selesai. Karena ia juga akan mengganti pakaiannya. Pintu kamar mandi terbuka, Rui keluar dengan piyamanya. Di tangannya terdapat setelan yang ia kenakan tadi.

Tiba-tiba NikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang