Part 13

371 31 5
                                    

Update lagi, karena besok-besok gatau bakalan udpate apa nggak. Lagi mau nyelesaiin yang The Pretty Assassin soalnya.






Keesokan harinya Rui bangun dengan keadaan yang bisa dibilang tidak baik. Ia berlari ke kamar mandi segera setelah turun dari ranjang. Ia merasakan mual menyerangnya. Dan memuntahkan isi perutnya.

"Sial, gue kebanyakan minum," ucapnya disertai ringisan.

Setelah bermenit-menit di kamar mandi, Rui keluar dengan wajah yang basah. Ia baru saja mencuci mukanya. Dan ketika kembali ke kamar, di sana sudah ada Hongyi yang membawa nampan dan menyimpannya di atas meja.

"Ada sup penghilang pengar, masih pusing kan?"

Dengan ragu-ragu Rui mendekat pada Hongyi dan duduk di sofa. Ia terdiam memandangi Hongyi yang duduk di sisinya. Di tangannya ia memegang mangkok berisi sup.

"Buka mulut, gue suapin." Rui menurut dan tidak menolak tiap suapan yang Hongyi berikan.

"Semalam inget gak berantem sama pacarnya Kai kai itu?"

Mata Rui melotot, ia segera menelan supnya dan bertanya, "berantem?"

"Gak inget? Semalam lo mukul kepalanya dia sampe pusing."

"Ya ampun," Rui menggigit bibirnya saat sekelebat ingatan tentang semalam muncul. Tentang kelakuannya yang tidak bisa menahan tangannya untuk memukul kepala Hongxin.

"Terus gimana semalam? Dia gak nangis kan?"

Hongyi meletakkan mangkok yang sudah kosong itu ke meja, ia memberikan Rui segelas air lalu menjawab, "nggak kok, dia gak nangis. Orang di peluk gitu sama pacarnya."

"Ih belum pacaran, si bocah kuliahan itu belum tau kalau Kai suka dia!" Rui mengoreksi.

"Oh ya? Tapi kok kaya orang pacaran gitu, si Kai kai itu juga demen banget melukin."

Rui tertawa pelan dan menepuk pundak Hongyi, "tau ngambil kesempatan kan? nah itu dia."

"Ohh gitu. Nah sekarang gimana, masih pusing gak kepalanya?"

"Nggak terlalu sih,"

Hongyi meraih nampan dan berdiri, dia menoleh pada Rui sebelum berjalan ke arah pintu, "gue mau masak dulu, lo istirahat aja di kamar."

Rui menggeleng dan ikut berdiri keluar setelah meraih ponselnya. Ia buru-buru menahan lengan Hongyi hingga suaminya itu menoleh dengan pandangan bingung.

"Maaf buat kemarin, udah gak marah kan?" tanyanya dengan takut-takut.

Hongyi berdehem dan memunculkan senyumnya, "iya gak marah lagi, gue juga minta maaf gak dengerin penjelasan lo dulu."

"Beneran udah gak marah?"

"Iyaa, beneran kok. Masih mau di sini aja atau ikut ke bawah?"

Rui menyengir dan berjalan lebih dulu untuk membuka pintu, ia menoleh pada Hongyi "hehehe ikut ke bawah." katanya lalu berlari menuju tangga dan turun.

Hongyi tersenyum geli melihat tingkah Rui, padahal beberapa saat lalu matanya memancarkan ketakutan saat bertanya padanya. Tapi kini ia kembali tersenyum cerah dan matanya berbinar-binar.

Ketika Hongyi sampai di dapur, Rui sudah mengeluarkan beberapa bahan masakan dari kulkas.

"Hari ini ke kantor gak?" Rui bertanya sambil meraih pisau.

Hongyi mendekat pada Rui dan meraih pisau itu, ia yang akan mengambil alih dapur untuk hari ini. Ia menunjuk ke kursi dengan dagunya, seakan memerintahkan Rui duduk diam di sana.

Tiba-tiba NikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang