Part 4

523 41 2
                                    

Barang-barang yang akan Rui bawa ke rumah barunya bersama Hongyi tidaklah banyak, karena semua barang miliknya sudah ada di sana dari seminggu yang lalu. Dia hanya membawa sisanya saja.

Pagi-pagi sekali pasangan itu sudah memasukkan barang-barang ke bagasi mobil. Sebenarnya hanya Hongyi saja yang bekerja karena Rui mengeluh masih mengantuk.

Rui duduk di kursi yang ada di depan rumah sambil memperhatikan Hongyi yang menata barang di bagasi. Diam-diam dia memuji suaminya yang terlihat tampan meski baru saja bangun tidur.

"Om yuii~"

Baru saja Rui ingin tertidur di kursi harus kembali membuka matanya karena Sean berlari ke arahnya dan memeluk kakinya. Rui lantas mengangkat Sean dan menggendongnya. Dia berjalan menuju Hongyi untuk mengusir rasa kantuknya.

"Om yiyi om yiyi!" seru Sean pada Hongyi.

Pria itu menoleh, "ada apa Sean?"

"Om yiyi lagi apa?"

"Lagi beresin barang-barang om Yui,"

"Ihh om Yui pemalas, harusnya beresin sendiri,"

Kening Rui mengerut mendengarnya, mengapa mulut keponakannya sangat tajam? Dia merasa tersinggung dengan kalimat si kecil.

"Om ngantuk, makanya om yiyi bantuin," Rui membela diri.

"Pemalas, Daddy sama Papa bilang kalau gitu pemalas."

Hongyi menutup bagasi dan mendekat ke arah Rui, dia menggeleng pelan, melarang Rui untuk membalas si kecil. Hongyi tahu bahwa Rui tidak mau mengalah dari si kecil. Tapi kalau itu terjadi, bisa-bisa mereka akan terus berdebat mengenai hal ini.

"Ayo masuk ke dalam, kita sarapan dulu."

Hongyi mengambil alih tubuh Sean dari gendongan Rui, tangan kirinya yang kosong meraih pinggang Rui dan membawanya masuk ke dalam rumah. Rui hanya mengikuti tanpa protes karena ia masih benar-benar mengantuk.

Semalam dia tidak bisa tidur nyenyak karena sepanjang malam Hongyi tidak melepaskan pelukannya. Jantung Rui berdetak kencang karena jarak yang terlalu dekat dengan Hongyi. Hal itu yang membuatnya terjaga sepanjang malam, sampai akhirnya dia tanpa sadar tertidur saking lelahnya menahan detak jantungnya berdetak cepat.

Saat sampai di meja makan, Hongyi mendudukkan Sean di kursi khususnya. Kemudian membantu Rui duduk karena suaminya itu terlihat begitu mengantuk.

"Ini kenapa nih kok lemes banget?" Dylan menunjuk Rui yang menyandarkan kepalanya di pundak Hongyi.

"Ngantuk, semalam kayaknya ga bisa tidur," Hongyi mewakil Rui untuk menjawab.

"Harusnya gak usah bangun dulu, biarin aja dulu tidur di kamar." Miles menimpali.

"Harusnya gitu mas, cuman tadi dia kebangun pas aku beresin barang-barangnya yang mau di bawa ke rumah."

Hongyi menepuk-nepuk pelan pipi Rui, mencoba untuk membangunkannya, "hei, sarapan dulu."

"Gamauuu, ngantuk pengen tidur."

"Yaudah ayo tidur ke kamar."

Belum sempat Rui membuka mulut untuk menolak, Hongyi sudah berdiri dan mengangkat tubuhnya. Mata Rui terbuka sepenuhnya, wajahnya terlihat begitu terkejut.

Hongyi berjalan meninggalkan ruang makan demi membawa Rui kembali ke kamarnya di lantai 2. Meskipun sedikit kesusahan karena banyaknya anak tangga yang harus dilewati.

"Kaya Cinderella aja," cibir Dylan melihat kakaknya yang melingkarkan tangannya di leher Hongyi.

"Alah kamu juga kalau punya pacar pasti gitu, iya kan?" goda Papa.

Tiba-tiba NikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang