Part 16

300 31 16
                                    

Waktu keberangkatan Hongyi adalah jam 10 pagi. Dia akan berangkat bersamaan dengan Kaizhong. Dan di jam 8 pagi, Hongyi sudah siap-siap untuk berangkat ke bandara.

Rui memutuskan untuk tidak masuk kantor pagi ini demi mengantar Hongyi ke bandara dan menemaninya sebentar. Amarahnya kemarin hilang begitu saja saat tau Hongyi akan pergi selama dua minggu.

"Gue boleh ikut gak sih?"

Hongyi menepuk-nepuk kepala Rui yang bersandar di bahunya, "gak boleh, kan lo kerja. Nanti deh kalau kita udah di ACC cutinya baru liburan bareng."

"Yaudah deh, ayo berangkat sekarang ke bandara."

Pelukan itu terlepas, keduanya lantas masuk ke dalam mobil. Kali ini Rui yang berkendara karena Hongyi masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan.

Perjalanan ke bandara butuh waktu 20 menit. Setelah sampai dan memarkirkan mobil, pasangan itu keluar bersamaan. Keduanya bergandengan tangan menuju tempat dimana Kaizhong menunggu Hongyi.

Dari kejauhan Rui bisa melihat Kaizhong yang berdiri sambil berbincang dengan orang yang ada di depannya. Rui tidak tahu siapa karena dia tertutup oleh tubuh tinggi Kaizhong. Mencari sahabatnya itu di keramaian memang tidak susah, karena dia memiliki postur tubuh yang tinggi.

"Xiao Kaizhong..."

Kaizhong menoleh ke belakang begitupula dengan orang yang ada di depannya.

"Hongxin?"

Rui menutup mulutnya dramatis melihat tangan Kaizhong yang menggenggam tangan Hongxin.

"Halo kak Rui,"

Rui berdehem kemudian mendekatkan diri pada Kaizhong, "lo ngapain bawa anak orang kesini? Dia bukan pacar lu, sadar!"

"Dia sendiri yang mau,"

Tubuh Rui mundur ke belakang saat jaketnya di tarik oleh Hongyi. Seketika Rui sadar bahwa ia terlampau dekat dengan Kaizhong barusan. Ia juga melirik ke arah Hongxin yang wajahnya sedikit cemberut. Sepertinya ada yang cemburu di sini.

"Kamu ngapain di sini? Mau ngikut Kai?" Rui bertanya pada Hongxin.

"Niatnya gitu, cuman ayah ngelarang. Padahal aku udah gak ada urusan apa-apa lagi di kampus, tapi ayah gak bolehin ikut." jawabnya dengan malas.

Kaizhong membawa jarinya mencubit pipi Hongxin, "emang kamu mau ngapain di sana? saya kan kerja sama Hongyi,"

Hongxin menyingkirkan tangan Kaizhong, "ya aku jalan-jalan dong,"

"Jangan, yang ada kamu hilang disana."

Mata Hongxin menajam, ia mengangkat tangannya hendak memukul Kaizhong tapi pria itu sudah lebih dulu meraih tubuhnya untuk di peluk.

"Saya bercanda, nanti kalau saya libur kita liburan. Nanti saya yang izin ke ayah kamu," ucap pria itu. Tangan Hongxin perlahan bergerak memeluk balik tubuh yang lebih tinggi darinya itu.

Karena tak mau kalah, Rui juga ikut memeluk Hongyi, "lo disana gak usah macem-macem ya, gue susul lo." bisik Rui.

Hongyi langsung merinding mendengarnya, "iya-iya gak akan."

Pelukan itu sedikit melonggar karena Rui memundurkan kepalanya. Ia melirik kesana-kemari yang lumayan sepi, dan tanpa aba-aba mencium Hongyi. Bahkan dengan berani melumatnya. Hongyi awalnya ingin membalas, tapi Rui langsung menjauhkan wajahnya.

"Tolonglah ini masih di depan umum," Kaizhong bersuara, wajahnya nampak kesal karena melihat adegan mesra-mesraan itu secara langsung.

Rui menoleh padanya dan menjulurkan lidahnya, "wlee makanya cari pacar biar bisa di cium juga."

Tiba-tiba NikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang