Part 20

216 29 17
                                    

Udpate lagi nih, lagi senang-senangnya nulis soalnya wkwk.

Selamat membaca dan jangan lupa untuk memberi komentar 😙


******




Di jam 10 pagi ini Rui sudah disibukkan dengan dokumen yang harus ia tanda tangani. Suasana hatinya lebih baik dari kemarin-kemarin. Mungkin efek semalam Hongyi meneleponnya saat makan malam. Dan juga ia di hibur oleh tingkah Dylan dan Hongxin yang duet menyanyi.

Di tengah kesibukannya itu, Hongxin datang sambil menenteng map berwarna coklat. Anak itu mendekati Rui dan duduk di kursi yang ada tepat di depan meja Rui.

Tanpa mengangkat kepalanya pun Rui sudah tau siapa orang yang datang. Dari bau parfum dan juga caranya menyimpan benda ke atas meja.

"Apaan tuh?"

"Paket, tadi ada yang kirimin."

"Gak mesan paket apa-apa,"

Hongxin menarik kembali map coklat itu, "masa sih? tapi kok ada yang kirimin? Kata resepsionis ada yang kirimin buat kak Rui."

"Hm yaudah simpan aja deh, nanti sebentar kakak liat."

Benda itu Hongxin simpan ke atas meja, ia berdiri dari kursi dan berpindah posisi ke arah sofa. Lalu dengan santainya berbaring di sana.

"Kak Rui, kok mas Kai sama mas Hongyi gak aktif ya nomornya?"

"Mungkin lagi sibuk dan lupa nyalain hp, udah gak usah di pikirin."

Kata itulah yang keluar dari belah bibir Rui, namun berbeda jauh dengan hatinya. Ia sama seperti Hongxin, sama-sama ingin tau mengapa suami dan sahabatnya itu tidak bisa dihubungi.

Rui meletakkan bolpoin ke atas map coklat tadi, ia mulai merapihkan berkas yang telah ditandatangani. Meraih telepon dan menghubungi Lin untuk datang mengambil semua berkasnya.

"Lin, ke ruangan saya sekarang ya."

Teleponnya ia letakkan kembali, kini ia memiringkan kepalanya ke arah Hongxin, "kamu mau ikut gak makan siang di luar sebentar?"

Hongxin menganggukkan kepalanya, "mauuu lah, yakali aku tinggal di sini sendirian."

"Oke, jam 12 ya kita keluarnya."

Rui kembali menghadap ke depan, ke arah pintu dimana Lin baru saja masuk sambil melambaikan tangannya. Rui mempersilahkan gadis itu untuk duduk.

"Lin, saya gak ada jadwal kan buat siang nanti?"

"Nggak ada kak, besok baru ada."

"Oke makasih. Ini semuanya udah saya tandatangani ya."

Lin menerima berkas yang Rui dorong ke arahnya, "iya kak, ada lagi yang mau di bicarakan? kalau nggak ada saya balik kerja dulu nih."

"Ah saya baru ingat, sebentar saya sama Hongxin mau makan siang diluar, kamu ikut ya."

"Oke kak,"

Rui mengibaskan tangannya mengusir Lin, "iya sana kerja. Jangan lupa tiga hari lagi kosongin jadwal saya ya, saya mau jemput suami di bandara."

Lin mengangkat jempolnya tinggi-tinggi sebagai tanda iya. Lalu menghilang dari pandangan Rui setelah menutup pintu. Rui menyandarkan tubuhnya pada kursi. Tangannya terulur meraih ponselnya.

Jari-jarinya begitu lincah mengetik pesan singkat untuk Papanya. Setelah pesan itu di baca, sang Papa langsung meneleponnya.

"Papa, Papa ketemu Hongyi gak pas kesitu?"

Tiba-tiba NikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang