Part 7

474 40 5
                                    

"Lin, besok malam saya mau ke acara nikahan, bisa minta tolong siapin pakaiannya gak? Dua setelan dewasa, satu dress umur 17 tahun dan satu setelan anak kecil umur 5 tahun."

Lin yang tengah membereskan tumpukan berkas di atas mejanya mengangguk patuh meskipun di dalam hatinya berteriak kelelahan. Seharian ini dia sudah bekerja dengan bolak-balik memeriksa email yang masuk dan juga berkas di atas mejanya yang menumpuk.

"Baik kak, besok siang saya kirimkan ke rumah. Perlu sama mua gak kak? Biar bisa bantuin siap-siap."

Rui berpikir sejenak kemudian mengangguk, "boleh deh, sekalian kamu dateng ya buat awasin. Nanti besok kamu cepat pulang aja. Bonusnya nanti saya TF ya? Makasih Lin."

Setelahnya Rui keluar dari ruangan Lin dan menuju ruangannya sendiri. Ketika membuka pintu, Rui disambut dengan pemandangan yang membuat matanya melotot dan mulutnya terbuka lebar.

"DYLAN KAMU NGAPAIN?!"

Rui memegangi dadanya dramatis, dia menatap tak percaya pada Dylan yang tengah menindih tubuh seseorang di atas sofa. Rui segera masuk dan menutup pintu. Kemudian berjalan mendekati Dylan, menjewer telinganya hingga saudara laki-lakinya itu mengaduh kesakitan.

"Kamu tau gak sih kakak bawa Aimi sama Sean kesini?! Kalau mereka yang masuk barusan gimana?! Otak kamu dimana hah?!!"

Jeweran itu Rui lepas, tangannya terlipat di depan dada dengan mata yang menatap tajam saudaranya sendiri.

"Siapa itu?" tanyanya, merujuk pada sosok yang baru dilihatnya.

Dylan menggaruk belakang kepalanya, "temen kak."

"TEMEN?! TEMEN MANA ADA YANG BEGITU DYLAN?! DI KANTOR PULA????"

Rui berteriak histeris, dia menarik Dylan untuk menjauh dari sofa lalu tanpa aba-aba memukul punggungnya. Dia benar-benar tak habis pikir dengan kelakuan adiknya. Dylan meringis ngilu merasakan perih akibat pukulan sang kakak.

"Kak udah kak... sumpah tadi gak sengaja jatuh kak. Coba deh cek cctv, aku gak bohong sumpah!"

Mata Rui memicing penuh kecurigaan, dia tidak akan percaya begitu saja dengan Dylan yang sering mengelabuinya. Adiknya ini benar-benar hebat dalam berbohong, Rui sedikit sangsi jadinya.

"Kak beneran sumpah! Dia beneran teman aku namanya Song Jiyang!"

Dylan memegang pundak sang kakak dan menatap matanya, "coba cek di cctv," katanya lagi, berusaha meyakinkan sang kakak.

"Hmm, kakak percaya. Lain kali hati-hati kalau jalan, untung aja bukan Aimi atau Sean yang masuk duluan."

Tangan Dylan terlepas dari pundak Rui, dan kini si manis kesayangan Hongyi itu beralih pada si kecil yang duduk di sofa. Rui menyebutnya kecil karena tubuhnya memang tergolong kecil untuk ukuran laki-laki, pinggangnya juga begitu ramping seperti wanita.

"Kalian ada urusan apa kesini?" tanyan Rui sambil duduk di sofa. Dylan juga ikut duduk tepat di samping temannya.

"Di suruh Papanya Jiyang, dia adik dari anak temen Papa yang mau nikah besok."

"Ohh jadi gitu, tapi kenapa sampe harus kesini?"

"Sebenarnya sih papanya nyuruh aku buat ajak dia jalan-jalan, dia baru balik dari Hongkong."

Rui mengangguk paham dengan penjelasan Dylan, tapi dia masih sedikit penasaran dengan alasan Dylan. Apa iya hanya karena itu? Saat hendak bertanya lebih lanjut, kehadiran seseorang menghentikannya.

"Rui, lagi sibuk gak?"

Hongyi masuk ke dalam ruangan lalu menyimpan dua kotak makanan di atas meja. Rui menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

Tiba-tiba NikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang