Part 19

196 25 13
                                    

Haloooo!!!!!



Dalam empat hari terakhir ini suasana hati Rui buruk. Semua karyawan yang melakukan kesalahan di depan matanya ia panggil satu persatu ke ruangannya. Untuk menegur dan memarahi mereka.

Hongxin pun sampai harus tinggal di ruangan Lin, ia tidak bisa melihat Rui yang biasanya ramah berubah menjadi galak. Sebenarnya dia juga takut akan menjadi sasaran amarah Rui.

Semua karyawan yang keluar dari ruangan Rui berwajah masam bahkan ada yang berlinang air mata. Membuat karyawan lainnya was-was dan selalu berusaha untuk tidak berbuat kesalahan.

"Ini siapa yang ketik?! Nama saya salah!"

Rui membanting kertas ke atas meja, ia menatap Lin dan salah seorang karyawan yang datang memberikannya berkas untuk di tandatangani.

"Hal kecil kaya gini aja kalian gak bisa teliti?! Kamu bukan karyawan baru di sini, kan? Kok bisa lupa nama saya!"

Lin tersentak dan segera maju untuk meraih kertas yang tergeletak mengenaskan di atas meja bosnya, "maaf pak akan saya print ulang, ini kesalahan saya." ucapnya.

Rui melambaikan tangan menyuruh keduanya untuk segera keluar. Lin menarik tangan karyawan yang datang dan berlari keluar segera mungkin.

Tersisa Rui yang kini menyadarkan tubuhnya di kursi, ia mengusap wajahnya mencoba untuk rileks. Rui sendiri menyadari perubahan emosinya akhir-akhir ini. Dan dia sendiri pun kebingungan mengapa ia merasa kesal melihat karyawannya yang melakukan kesalahan, meskipun hanya kesalahan kecil.

Padahal biasanya ia tidak mempermasalahkan kesalahan kecil yang karyawannya perbuat. Jika di telusuri lebih lanjut, rasa dongkolnya bermula dari empat hari lalu dimana Hongyi tidak mengangkat teleponnya. Berlanjut ke keesokan harinya, dia lagi-lagi tidak mengangkat teleponnya.

Ditambah lagi dengan gangguan Deng Kai yang terus-menerus menyerangnya. Lalu sang Papa juga tiba-tiba menyuruhnya untuk menggantikannya ke acara temannya kemarin. Semua orang disekitarnya berubah menjadi menyebalkan. Yang membuat emosinya semakin tak terkendali.

Di balik pintu ruangannya, ada Hongxin dan Dylan yang berdebat siapa dulu yang harus mengetuk pintu ruangan Rui. Keduanya datang membawakan kue favorit Rui, mungkin saja dengan itu mood-nya bisa kembali membaik.

"Kak Dylan yang ketuk lah, kan kakak adik kandungnya."

Dylan menyentil dahi Hongxin, "kamu pikir kalau saya yang ngetuk dia gak akan ngamuk?"

Hongxin memukul lengan Dylan, "jangan main sentil dahi orang dong. Yaudah biar aku aja yang ketuk."

Dengan tangan yang sedikit gemetar Hongxin mengangkat tangannya, Dylan tertawa kecil melihat tangan gemetar Hongxin.

"Gak usah ketawa!"

Hongxin memberanikan untuk mengetuk pintu ruangan Rui. Ia menoleh pada Dylan, lalu menatap pintu dan berdoa semoga Rui mengizinkan mereka masuk.

"Masuk,"

Suara Rui terdengar, Hongxin langsung membuka pintu dan masuk dengan senyuman manisnya. Diikuti oleh Dylan yang menutup pintu sepelan mungkin. Kemarin sempat ada kejadian dia menutup pintu terlalu keras yang membuat Dylan di marahi habis-habisan oleh Rui.

Rui memperhatikan Dylan dan Hongxin, dua anak itu tengah saling menyenggol lengan.

"Mau ngapain kesini?"

Dylan maju selangkah untuk menyimpan kue di atas meja Rui, "beliin kak Rui kue nih, siapa tau lagi pengen."

Rui menarik box kuenya, lalu ia buka. Namun baunya membuat Rui menutup hidung. Membuat Dylan keheranan, apa yang salah dengan kuenya?

Tiba-tiba NikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang