Kenzo duduk dipinggiran kasur sambil menatap wajah yang tertutup kain hitam
Dia mengelus bibir merah merona dengan sensual,Kenan merasakan sentuhan lembut dan hangat itu,lalu dia menjilatnya "pait banget tangan Lo kebanyakan ngolesin minyak tawon ya?"
Kenzo merotasi matanya malas "cerewet"
"Punya mulut bro,mata gw perih cepet lepas ga nih kain Jing lu punya hati ga sih" ujarnya
Kenzo melepas kain hitam yang masih menempel kedua pasang mata Kenan.dia mengedipkan matanya perlahan guna menyamakan cahaya yang menusuk kedua matanya
Dia menatap sekitar dan tak sengaja bertabrakan dengan kedua pasang mata tajam dengan warna mata blue sky yang indah
"Apaan Lo natap gw kek gitu?? Naksir bilang" ujarnya
"Kalo aku bilang iya bagaimana reaksimu??" Tanyanya
"Jangan konyol"
"Real"
"Gw dominan"
"Aku ga peduli"
Kenan merotasi matanya malas "gw udah punya pasangan and gw bakal nikah sama dia" ujarnya
"Ga peduli,aku akan merebutnya "
"Jangan konyol" Kenan melototkan matanya
Kenzo terkekeh "aku tidak konyol"
"Ck,gw gamau sama Lo" ujar Kenan
Kenzo mengangkat sebelah alisnya "apakah kamu melihat wajahku ada sisi peduli??" Tanyanya dengan wajah songong
"Songong banget wajah Lo kek tai kuda" ujar Kenan
Kenzo terkekeh lalu menatap kedua mata itu dengan tajam "berusahalah untuk kabur dari sini" ujarnya lalu mengacak rambut Kenan dan pergi meninggalkannya
Seorang wanita dengan baju pelayan seperti pada zaman Yunani kuno dengan seragam hitam putih dan membawa nampan,diatasnya ada sepiring nasi dan minuman untuk Kenan
Dia menghampiri Kenan lalu
permisi untuk duduk disamping pemuda itu"Aku harus memanggilmu apa??" Tanya Kenan
Pelayan itu menoleh kearah Kenan "panggil saja bi Emma" ujar BI Emma yang sudah berusia kepala tiga
"Bi Emma bisakah kau melepaskan borgol ini,tangannya merasa tergores dan sakit" ujarnya
BI Emma menatap kearah Kenan lalu menggelengkan kepalanya "kunci borgolnya dibawa oleh tuan besar dan bila aku melepaskanmu disaat itu juga aku akan kehilangan pekerjaanku,maafkan aku nak" ujarnya
Kenan tersenyum kecut "tak apa BI Kenan memahami ucapan bibi" ujar Kenan
"Yasudah biar BI Emma suapin makannya" Emma hampir sama menyuapi Kenan sesendok makanan namun suara bariton membuat Emma berhenti
"Biar aku saja"
Mereka berdua menoleh "tak payah,aku ingin disuapi BI Emma bukan kau " ujarnya dengan tatapan bermusuhan
"BI Emma keluarlah biar saya gantikan tugasnya" ujarnya
"Baik tuan saya permisi dulu" BI Emma menundukkan badannya lalu pergi keluar
Kenzo mengambil piringnya dan menggantikan posisi Emma tadi "ck,gw gamau sama Lo bikin ga nafsu aja" ujarnya
"Makan atau paksa?"
"Ck,pemaksaan"
Kenzo menyuapi Kenan sampai nasi dipiringnya habis tak tersisa,Kenzo hendak pergi membawa semua peralatan makan yang kotor
"Bentar dulu ini lepas lah borgolnya sakit tangan gw kegores muluk" ujarnya, sepertinya tangannya memerah karena tergores dan merasakan perih dipergelangan tangannya
Kenzo meletakkan nampannya untuk melihat anak itu hanya berbohong atau bercakap fakta
Dia melihat lengan anak itu memerah karena kulitnya terlalu lama bersentuhan dengan besi berkarat
Dia melepaskannya tanpa berfikir kenan akan kabur,biarkan saja dia kabur dan anak itu juga akan tersesat karena rumah yang dirinya bikin ini berada ditengah tengah hutan bebas
Kenan melihat kedua lengannya "lihat nih gegara Lo jadi merah kan tangan gw" ujarnya
"Hmm"
Kenzo mengambil nampannya kembali untuk diberikan kepada Emma agar segera dicuci dengan bersih
"Kamprett bukannya tanggungjawab malah kabur" omelnya
"Kamu tidak butakan??" Tanyanya sambil mengangkat nampannya agar Kenan melihat bahwa dirinya bukan ingin kabur namun ingin mengembalikan nampan itu kepada Emma
Oke,kita lihat keadaan ketika Vian kembali kerumah sakit namun dikejutkan oleh kebenaran
Ceklek
"Loh Kenan mana kok kamarnya kosong??" Tanyanya pada dirinya sendiri
Dia mengecek keseluruhan ruangan,seperti dikamar mandi,kolong kasur,dibalik gorden siapa tau nanti Kenan tiba tiba ngagetin dia dibalik gorden,dibalik pintu
Semua yang ia cari tidak ada bau keteknya sikenan
"Siall kemana sisetan itu??" Tanyanya
Dia berlari menuju resepsionis, untuk bertanya tanya siapa taukan bisa mencarikannya ataupun ngelihat Kenan kabur yekan
"Ada yang bisa saya bantu??" Tanyanya
Vian meraup udara dulu sebelum ngomong "ee pasien atas nama Kenan itu kabur apa gimana mbak?? Kok dikamarnya gaada?" Tanyanya
Mbak resepsionis tentu bingung dong,bukannya sipasien udah dibawa pulang secara paksa oleh keluarganya ya??
"Loh mas bukannya udah dibawa pulang sama salah satu anggota keluarganya ya?? Apalagi kemaren orang itu maksa buat nyuruh pulangin pasien itu" ujar mbak resepsionis
Vian semakin bingung dong,perasaan keluarga Kenan ya cuma itu itu doang mana lagi gaada ybga yang peduli juga,apa jangan jangan dia diculik ya?
"Ciri cirinya gimana mbak??" Tanya Vian dengan wajah cemas
Mbak resepsionis itu sedang berfikir "kalo saya ingat ingat sih dia itu tinggi,gagah,tampan kayaknya sih iya tampan, ber-"
"Saya ga nanyak dia tampan apa enggak mbak" ujarnya dengan wajah datar
Mbak resepsionis cengengesan lalu melanjutkan omongannya"bermasker warna hitam,topi hitam,terus serba hitam deh,itu keluarganya kena covid apa gimana mas??"
"Ya mana saya tau"
Vian berfikir sejenak mengulangi ucapan mbak mbak resepsionis"tinggi,gagah,tam- ehh ck ngapain pakek tampan haishh,tinggi,gagah,bermasker hitan bertopi hitam bajunya serba hitam. Kayak pernah lihat " dia berfikir sambil memejamkan matanya ketika seperti pernah lihat orang itu dimana
Ketika dirinya mengingat,barulah dirinya membuka kedua kelopak matanya "apa jangan jangan orang itu penculik?" Tanyanya pada dirinya sendiri
Lalu dirinya menghadap kearah mbak resepsionis yang tengah kembali bekerja
"Mbak saya mau tanya"
"Mau tanya apalagi mas??"
"Ruang cctv mana??"
"Tanya saja sama security soalnya kan yang jaga pak security bukan say-"
"Oke,makasih mbak" teriaknya sambil bergegas berlari mencari security
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
bocah tengik || bxb
Teen Fictionseorang bocah suka sama om om berumur, tetapi om om yang dimaksud bocah itu akan dirinya buat berada dibawah Kungkungannya Tapi setelahnya kejutan tiba membuat hubungan mereka terpaksa renggang Dominan x dominan