10

481 35 2
                                    

Pagi yang indah untuk menikmati hari-hari biasanya.

Udara segar yang dihirup oleh hidung dan angin yang meniup tubuh membuat pikiran menjadi sejuk.

Pradipta dan Pratama bersenang-senang dengan bermain permainan papan catur serta papan ular tangga.

"Aku menang, sekarang aku menagih hadiah jika aku menang, adikku~"

Pratama kalah dari permainan, mengacak-acak rambutnya sendiri, "Argh! Yang benar saja."

Pradipta terkekeh, "Memang sudah takdir."

Pratama mengembungkan pipinya, "Baiklah, apa hukuman ku?"

Pradipta berpikir sejenak dan melirik ke pipi Pratama. "Mencium pipimu," Tanpa aba-aba, Pradipta langsung mengecup pipi Pratama, baik dari kanan dan kiri.

Pratama hanya bisa pasrah saja, lagipula juga dirinya kalah.

Permainan diulang lagi dan pemenangnya adalah Pratama.

Pratama mendengus bangga, "Aku ingin berlibur ke pantai!"

Seketika Pradipta mendelik kesal, "Aku tidak mau."

"T- tapi aku ingin berlibur keluar kota juga, kak~"

"Ditolak!"

"Ayolah kak, kumohon~" Mata Pratama berkaca-kaca yang membuat Pradipta hanya bisa pasrah mengikuti keinginan Pratama.

Tentunya Pratama bergirang bahagia karena keinginannya terwujud--

"Memangnya kau bisa berenang?" Pertanyaan Pradipta membuat Pratama kecewa karena kakinya tidak bisa dipakai untuk berenang, "Sepertinya kau lebih cocok di kolam renang anak-anak."

Pratama menatap Pradipta dengan kecewa, "T- tapi aku ingin juga bermain istana pasir .... "

Pradipta memalingkan wajahnya, tidak kuat melihat wajah memelas Pratama, "Sial, adikku memang terlalu imut .... aku bisa-bisa diabetes melihatnya."

Pradipta berdehem. "Terima takdir saja, aku akan setuju untuk opsi kolam renang--"

Pratama memasang wajah sedunya sambil mengerucutkan bibirnya. "B- bisakah untuk kolam renang r- remaja saja?" Disertai dengan pupil puppy dog di matanya.

Pradipta mengiyakan permintaan Pratama, "Ughh! Aku ingin menerkamnya!"

Jadilah rencana siang hari ini adalah liburan ke kolam renang.

Rumah Maheswari memang tidak memiliki kolam renang, walaupun memiliki pundi-pundi kekayaan yang menumpuk di bank.

. . . . .

Pradipta dan Pratama kini telah tiba di Melani Waterpark.

Sebuah tempat yang berisi penuh dengan air, air dan air. Sesuai namanya.

Tempatnya juga indah dan menawan, memiliki berbagai ukuran kolam renang, baik untuk anak-anak hingga orang dewasa.

Mempunyai perosotan air dan ember air, disediakan juga pistol air dan hujan buatan.

Sungguh tempat yang lebih baik daripada pantai, menurut Pradipta.

Pradipta menunggu Pratama mengganti pakaiannya. Pradipta tidak sabar melihat pakaian dalam Pratama yang eksotis.

Pradipta bahkan membawa kamera untuk memfoto dan merekam setiap momen Pratama.

"Kakak! Bagaimana pendapatmu tentang pakaian renangku?"

Pradipta menengok kebelakang dan dibuat terperanjat pakaian Pratama yang begitu cocok sekali.

Celana dalam berwarna biru dengan gambar kartun pororo, Pratama juga sengaja tidak memakai baju dalam karena tidak ingin terlalu banyak pakaian basah.

Pradipta dibuat menganga melihat keindahan Pratama, begitu cantik hingga ingin hanya untuk Pradipta saja, seorang diri, bukan untuk siapa pun.

Pradipta bergegas menggendong Pratama dan membawanya ke ujung kolam renang yang dangkal, Pradipta takut jika Pratama tenggelam dan mati mengenaskan.

Maka dari itu, Pradipta ikut berenang juga bersama Pratama demi keamanan Pratama.

Pradipta bergegas membuka pakaiannya dan menggantinya dengan pakaian renang khusus.

Pradipta bahkan membeli beberapa mainan air, seperti misalnya bola air dan pistol air.

Mereka berdua pun mulai bermain. Pratama melempar tiga bola air ke arah Pradipta, namun Pradipta berhasil menghindar dan menembak Pratama dengan pistol air.

Pradipta sengaja menembakkan peluru air ke bagian-bagian sensitif Pratama.

Pratama sendiri tidak sadar dan masih fokus mencoba mengenai Pradipta dengan bola airnya.

Mereka berdua terus bermain dan rasanya dunia ini milik kedua bersaudara Maheswari.

Dipta [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang