Keesokan paginya. Pratama terbangun di kamarnya sendiri.
Matanya masih sembab dan rambutnya teracak-acak.
Pratama menunggu Pradipta yang akan menggendongnya ke kamar mandi--
"Adikku telah bangun rupanya," Pradipta menggendong Pratama dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Pradipta meninggalkan Pratama dalam kamar mandi, sembari menunggu Pratama selesai.
Pradipta mempersiapkan sarapan pagi dan berencana untuk mengajak Pratama ke kantornya.
Setelah menunggu beberapa saat. Pradipta bergegas pergi ke kamar mandi dan melihat Pratama yang sudah mengenakan handuk.
Digendong lah Pratama dan memakaikannya pakaian yang tentunya sesuai selera Pradipta, bukan Pratama.
Pakaian yang dikenakan oleh Pratama adalah sweater abu-abu dan celana pendek hitam.
Sedangkan Pradipta, mengenakan pakaian kantornya.
Pratama bingung mengapa Pradipta mengenakan pakaian formal, apalagi Pratama tidak diberitahukan apapun soal ingin kemana tujuan Pradipta.
Pradipta yang melihat Pratama berpikir keras langsung menghampiri Pratama dan mengelus surainya. "Kita akan ke kantorku. Sudah lama bukan adikku ingin melihat dunia luar."
Pratama hanya mengangguk-ngangguk, lagipula dirinya juga bosan menonton televisi, apalagi kartun akan disiarkan adalah casper yang sudah ditontonnya.
Pratama digendong lagi oleh Pradipta dan mendudukkan di kursi roda.
Didorong lah kursi roda itu kedalam mobil dan tidak lupa Pradipta mengunci rumah.
Memasukkan Pratama kedalam mobil dan kursi rodanya disimpan dalam bagasi mobil.
Pradipta pun menjalankan mobilnya dan menuju ke Kantor Mahesa Compagnie.
. . . . .
Mobil Maheswari telah sampai di depan kantor.
Yang jelas membuat satpam sekitar untuk bersiap-siap menyambut kedatangan bos muda mereka.
Pradipta turun dari mobil dengan gagahnya, apalagi orang-orang yang berlalu lalang dapat melihat dua anak Maheswari yang masih tersisa dan sudah lama tidak terlihat selama 3 bulan lebih.
Pratama tersenyum kecut, rasanya tidak ingin keluar dari mobil dan tidak ingin memperjelek reputasi Pradipta--
Pradipta membuka bagasi mobil dan mengeluarkan kursi roda.
Jelas semua orang langsung bingung mengapa Pradipta mengeluarkan sebuah kursi roda, hadiah untuk siapakah itu?
Sedangkan di dalam mobil, Pratama panik karena Pradipta berniat untuk mengeluarkannya.
Dibukalah pintu mobil dan Pradipta tanpa aba-aba langsung menggendong tubuh Pratama.
Jelas semua orang langsung kaget karena si bungsu Maheswari rupanya mengalami kelumpuhan.
Pradipta mendudukkan Pratama di kursi roda dan mendorongnya ke dalam kantor.
Pradipta melewati beberapa satpam, "Lakukan tugas kalian dengan benar, paham?!" Nada Pradipta seketika tegas dan memperlihatkan dirinya sebagai bos muda yang menjalankan bisnis ayahnya.
Para satpam itu langsung membubarkan kerumunan orang yang ingin memfoto dua anak Maheswari.
Di dalam kantor sendiri tidak kalah heboh, para karyawan langsung saling berbisik satu sama lain.
Ada yang memuji Pradipta karena kepemimpinannya lah, Perusahaan Mahesa Compagnie mengalami pertumbuhan yang stabil.
Namun, ada juga yang menghina Pratama yang lumpuh dan tidak bisa berbuat apa-apa beserta menjadi benalu bagi Pradipta saja.
Pradipta mengeraskan rahangnya karena tidak terima Pratama diejek, sorot matanya langsung berubah tajam dan dengan lantangnya, "SIAPAPUN MENGHINA ADIKKU, MAKA BERSIAPLAH KONSEKUENSINYA!!"
Suara Pradipta menggema ke hampir seluruh bangunan.
Semua karyawan langsung ketakutan dan kembali mengerjakan tugasnya masing-masing.
Pratama menunduk karena sudah membuat Pradipta malu--
"Adikku, tidak perlu malu .... hanya kau saja yang kumiliki, semua bangunan ini tidak begitu berharga bagiku, hanya kau saja yang membuatku tetap bersemangat menjalani hidup .... " Pradipta memeluk Pratama dari belakang.
Pratama menitikkan air matanya karena terharu mendengar keluh kesah Pradipta.
Pradipta kembali mendorong Pratama ke dalam ruang kantornya. Dengan begitu, Pratama akan aman dari segala musuh bisnisnya.
. . . . .
Pratama didudukkan di sofa dan di nyalankanlah televisi yang menampilkan kartun mickey mouse.
Sedangkan Pradipta, langsung mengerjakan dokumen kerjanya, tidak lupa melihat laporan keuangan perusahaan.
Tok tok tok.
"Masuk lah," Ucap Pradipta dengan nada dingin.
Masuk lah asisten Pradipta yang bernama Pandu Winata.
"Ada apa?"
"Para investor dari negara vietnam telah tiba di ruangan," Jawab Pandu.
Pradipta mengangguk dan berdiri, kemudian menghampiri Pratama yang masih sibuk menonton kartun.
"Kakakmu ini pergi kerja, jika ada apa-apa," Pradipta memberikan Pratama sebuah remot alarm. "Tekan tombol itu, paham?"
Pratama mengangguk. Pradipta dan Pandu bergegas pergi ke ruang investor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dipta [End]
Fiksi RemajaMenceritakan seorang pemuda bernama Pratama Maheswari yang mengalami kelumpuhan di bagian kakinya, tentunya Pratama tidak bisa bergerak bebas lagi seperti dahulu. Pratama memiliki kakak bernama Pradipta Maheswari yang begitu overprotektif terhadapn...