09

493 37 0
                                    

Pratama tidak sadar jika ada seseorang yang baru saja masuk kedalam ruang kantor Pradipta tanpa izin.

Orang itu mendekati Pratama dan mengelus leher Pratama dengan lembut.

Pratama merasa geli dan mendongak kebelakang, betapa kagetnya Pratama melihat seorang wanita yang bername tag Vika Magenta.

Pakaian Vika terlalu terbuka hingga memperlihatkan dadanya bagian atas dan rok yang pendek.

Vika menatap tajam Pratama. "Siapa kau? Kenapa bisa kau masuk ke ruangan bos muda?"

Pratama dapat berasumsi jika Vika belum mendengar tentang dirinya. "S- salah kenal, namaku adalah Pratama--"

"Aku tidak butuh namamu, melainkan tujuanmu!"

Pratama bersiap-siap menekan tombol alarm jika Vika mulai berani bermacam-macam dengannya.

Vika melirik ke sebuah kursi roda di pojok ruangan, jelas Vika langsung tertawa terbahak-bahak.

"Ah~ aku paham sekarang, kau adalah anak pungut yang bos muda adopsi, kan? Aku tau, kau pasti diadopsi karena untuk menjadi teman sebaya dari adiknya bos muda."

Pratama menundukkan kepalanya, rasanya memang tidak pantas menjadi adik dari Pradipta, namun Pratama akan berpegang teguh bahwa dirinya masih bisa melakukan apapun dengan kaki yang lumpuh.

"Lantas, apa yang dilakukan wanita yang tidak taat aturan perusaan disini? Ingin membelai bos mudamu itu?"

Vika yang mulai kesal dan tidak terima diejek begitu saja, harga dirinya diinjak-injak. "K- kau! Beraninya merendahkan ku!"

Plakk!

Vika menampar Pratama dengan keras. "Kau hanyalah orang jalanan yang mencoba untuk mengambil harta kekayaan Maheswari--"

Brukk!

Pintu kantor ditendang begitu saja dan terlihat Pradipta datang dengan sorot mata yang tajam. "Aku sudah menberitahumu Vika, JANGAN MENGGANGGUKU! APALAGI DI SEKITARKU!!"

"B- bos muda??"

Pratama terkejut karena Pradipta murka dan matanya tidak sengaja melihat Pandu yang menaruh jari telunjuk di depan mulutnya.

"Beraninya kau menampar adikku! Dasar jalang!"

"Hiks, aku mencintaimu Pradipta! Sudah dua tahun hubungan kita dibina dan kau tidak pernah menjawab perasaanku!"

"Aku tidak peduli dengan cinta murahanmu itu! Kau hanya memperalat ku untuk membeli berbagai barang dari merek ternama, kau menganggapku sebagai dompet berjalan! Sedangkan kau pasti memiliki dompet berjalan lainnya, bukan?!"

"Hiks, aku tidak s- seperti itu, aku benar-benar tulus kepadamu--"

Plakk!

"Sudah cukup air mata buayamu! Aku muak melihatmu, PANDU!!"

Pandu muncul dari belakang, "Ada apa?"

"SERET WANITA PENGHIBUR MALAM INI UNTUK KELUAR DARI PERUSAHAAN KU!!"

Vika menatap tajam ke arah Pratama. "G- gara-gara kau! Aku ditampar--"

Bugh!

Pradipta memukul kepala Vika dengan keras, tidak lupa mengambil asbak rokok dan menghantamkannya di kaki Vika.

"ARGHH!"

"Jika aku melihat adikku terluka sedikit pun, maka kematian mu yang akan menanti."

Pandu segera membawa paksa Vika menjauh dari Pradipta sebelum berbuat lebih jauh.

Pradipta menetralkan emosinya dan berjalan pelan ke arah Pratama yang sedikit syok akan tindakan Pradipta yang berlebihan.

"K- kakak?" Pratama memeluk Pradipta. "Tenang saja, kak. Aku hampir saja dipukul oleh wanita kasar itu, k- kak .... "

Pradipta tersenyum dan mengelus pipi Pratama, "Kesayangan ku tidak terluka? Maafkan aku karena tidak dapat melindungimu, adikku."

Pratama menggelengkan kepalanya. "Sudahlah, tidak apa-apa kak."

Pradipta segera menggendong tubuh Pratama dan mendudukkannya di kursi roda. "Waktunya pulang, karena tugasku sudah selesai."

Pratama mengangguk dan di doronglah kursinya ke luar gedung.

Sepanjang perjalanan, para karyawan sesekali mencuri perhatian terhadap Pratama.

Rumor tentang Pratama memang benar jika lumpuh, apalagi saat Vika diseret paksa oleh Pandu yang berteriak mengutuk adik lumpuh Pratama.

Maka para karyawan pun langsung menutup mulut dan tidak membahas Pratama apapun yang terjadi.

Dipta [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang