12

468 38 8
                                    

Saat tersadar, bukannya kamar hotel yang dilihatnya, melainkan ruangan serba hitam.

Tidak ada cahaya yang masuk sedikit pun-- jelas karena matanya ditutup oleh sebuah kain.

Apalagi mulutnya disumpal oleh sebuah kain juga yang membuatnya tidak bisa bersuara.

Hanya itu membuat Pratama takut? Tentunya tidak, kaki dan tangannya diikat pada setiap ujung tempat.

Pratama dapat rasakan jika dirinya bertelanjang tubuh, ditambah hal yang mengerikan yaitu sesekali ada elusan yang lembut pada tubuhnya.

Ada orang selain Pratama di tempat seperti ini, entah siapa pelakunya.

Pratama menyebut orang itu dengan sebutan Myster, karena penampilan dan suaranya tidak diketahui, apalagi Pratama tidak dapat melihat apa-apa.

Myster juga sesekali mengelus dada Pratama hingga menyentuh hal sensitif pada tubuh Pratama.

Pratama berusaha memberontak, namun selalu kalah.

Surai Pratama terkadang di elus dan hal yang membuat Pratama sakit adalah dua tonjolan dadanya yang dicubit oleh suatu benda yang membuatnya kebas.

Selain itu, ada yang sesuatu bergetar dibawah tubuh Pratama, entah apa tapi Pratama selalu mengapik apa yang dipikirkannya sekarang.

Berharap jika semua ini hanyalah mimpi belaka, Myster bahkan bergerak lebih jauh.

Yakni memasukkan suatu benda panjang kecil kedalam hal memalukannya.

Jidat Pratama dikecup-kecup oleh Myster. Tidak hanya itu saja, Myster juga menjilati perut Pratama.

Pratama ingin mengeluarkan sesuatu, tapi tidak bisa karena ditahan oleh benda itu.

Apalagi sesuatu yang bergetar dibawah tubuh Pratama, mengenai bagian dalamnya.

Dua tonjolan dadanya juga sakit sekali, Pratama meringis kesakitan dan mengeluarkan air matanya.

Deru nafasnya juga sudah tidak beraturan, apalagi Myster menempelkan sesuatu pada tubuhnya.

Entah apa itu, seperti alat yang lebar dan--

"MNGHHH!!!"

Alat itu menyetrum tubuh Pratama, sungguh sadis sekali Myster.

Tidak berperikemanusiaan, Pratama berharap Pradipta segera menolongnya, Pratama tidak kuat lagi menahan semua ini.

"Kakak .... aku ingin pulang .... "

. . . . .

" .... muda?"

"Tuan .... "

"Tuan muda .... "

"Sadar .... "

"Tuan muda, sadarlah."

Mata Pratama terbuka kembali, akhirnya bisa melihat lagi.

Pratama menelisik sekitar, rupanya dirinya berada di kamar hotelnya sendiri.

Di samping Pratama, terdapat Pradipta yang sedang tertidur.

Pratama menatap Pandu untuk meminta penjelasan, Pandu segera menjelaskan apa yang terjadi.

Intinya, Pratama diracuni oleh lawan bisnis Pradipta.

Pradipta juga dibuat pingsan oleh seorang penghianat.

Kemudian, Pratama diculik dan dijadikan sebuah sandera oleh lawan bisnis Pradipta.

Singkatnya, Pratama berhasil diselamatkan.

Mendengar cerita Pandu barusan, membuat Pratama takut gemetaran, Pratama tidak ingin mengalami hal trauma seperti itu lagi.

Baru saja tubuhnya dilecehkan oleh berbagai benda-benda yang aneh.

"Tuan muda, bos menitipkan pesan untuk jangan lupa beristirahat panjang, bos akan segera mengurus lawan bisnisnya dulu."

Pratama mengangguk dan memakan bubur ayam yang dibawakan oleh Pandu.

Setelah habis memakan bubur ayam, Pratama melihat ke luar jendela, terlihat Pradipta yang sedang mengobrol dengan para polisi.

Tampaknya kasus ini akan diselidiki oleh pihak berwenang.

Pradipta menoleh ke arah Pratama, keduanya saling bertatap-tatapan.

Pratama melambaikan tangan ke arah Pradipta, begitu pula sebaliknya.

Pratama kembali lanjut tidur, ah .... Pratama masih bisa merasakan dua tonjolan dadanya perih dan bagian bawahnya terasa nyeri.

Pratama berusaha kembali tidur, menutup paksa matanya dan mengesampingkan rasa sakit pada tubuhnya.

Di sisi lain. Pradipta kembali masuk kedalam gedung hotel dan berjalan menuju ke ruang monitor cctv.

Pradipta melihat-lihat rekaman yang terjadi dan fokus kepada Pratama yang sedang disiksa.

Dipta [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang