15

974 59 39
                                    

Sejak saat itu. Kehidupan Pratama tidak berjalan dengan baik.

Di penuhi teriakan dan rintihan kesakitan yang mengisi suara kamar Pradipta.

Pratama tidak menyangka jika dibalik overprotektif Pradipta, ada indikasi tersembunyi yaitu sebuah obsesi yang ekstrim.

Sangat berbahaya, tidak dapat di tolong lagi.

Pradipta memfoto Pratama saat telanjang di kamar mandi-- bisa dibilang ada sebuah kamera kecil yang disembunyikan.

Merekam Pratama yang sedang tertidur pulas di kamarnya sendiri.

Memfoto Pratama secara diam-diam, apalagi merekam suaranya.

Alasan mengapa Pradipta membeli berbagai barang-barang aneh karena ingin melihat Pratama memakainya untuk mewujudkan mimpinya.

Otaknya bermasalah, rela membunuh orang tuanya sendiri.

Benar, Pradipta lah pelaku yang merencanakan skenario kecelakaan mobil Maheswari.

Pradipta juga sengaja tidak menyembuhkan kaki Pratama atau memberikannya operasi kaki palsu, demi Pratama agar tetap berada di sisinya.

Tidak ragu-ragu, jika Pratama memberontak, maka Pradipta akan memberinya hukuman yang membuat Pratama traumatik.

Seperti contohnya sekarang ini. Pratama bertelanjang bulat dan dipaksa menjilati adik kecil milik Pradipta.

Mengulum dan melahapnya hingga membuat Pratama tersedak.

Setelah puas meminumnya, Pradipta memasukkan kedua jarinya ke dalam mulut Pratama dan bermain-main dengan lidah Pratama.

Setelah itu, Pradipta mengecup bibir lembut nan nikmat milik Pratama hingga Pratama kehabisan nafas.

Pradipta memangku Pratama dan tentunya sambil menusuk Pratama berkali-kali.

Pratama terus mengeluarkan suara-suara yang dapat menggairahkan Pradipta untuk terus menggenjot Pratama.

Keduanya berganti posisi dan mencoba melakukan berbagai style.

"Hiks, h- hengh -tikan .... "

Pratama meraung-raung untuk berhenti karena miliknya telah robek dan tidak dapat menampung lebih banyak lagi.

Pradipta yang tidak peduli akan hal itu, terus saja memaksa masuk hingga bagian terdalamnya.

. . . . .

Pradipta merekam Pratama yang sedang disiksa oleh berbagai mainan dan mesin yang baru saja dibelinya.

Lihatlah pesona Pratama, begitu cocok sekali.

Pratama sendiri pikirannya sudah kacau, tidak dapat berpikir jernih, sudah pasrah akan takdirnya.

"Hasilkan lah susu lebih banyak lagi, adikku~ aku suka rasa susunya! Membuatku ketagihan dari sumber pabriknya secara langsung~"

Pradipta tidak waras sekarang, apa-apa harus melakukan aktivitas panas dengan Pratama.

Pernah beberapa kali Pradipta mencoba kabur dari rumah, namun selalu saja gagal.

Pradipta melepas masker mulut Pratama yang langsung saja telinga Pradipta disambut dengan suara-suara yang menggoda.

Deru nafas Pradipta memburu dan degup jantungnya berdetak kencang. Walaupun mereka memiliki darah yang sama, tapi Pradipta acuh akan hal itu.

Pradipta menaikkan intensitas kekuatannya hingga membuat Pratama berakhir pingsan.

. . . . .

Keesokan harinya. Pradipta terus menindih tubuh Pratama dan melakukan hubungan yang buruk pada malam hari hinga pagi dini hari.

Sebenarnya Pratama sudah tidak kuat lagi, tapi apalah daya jika Pradipta terus saja maju-mundur.

Entah berapa kali Pratama keluar, tapi sungguh kali ini tidak ada yang keluar lagi.

Pratama bahkan dipaksa meminum obat agar Pratama bisa tetap terjaga.

Hal yang paling menakutkan adalah pada saat Pradipta mencekik leher Pratama hingga hampir kehabisan nafas.

"Ah! C- cukup, ah! Henghh~ ti- kanghh~"

Pada akhirnya kegiatannya telah usai dan melanjutkannya pada ronde kedua di dalam kamar Pradipta.

"Hiks, a- ampun kak, hiks. K- kumohon ampun, hiks. A- aku tidak k- k- kuat lagi, hiks."

Pradipta memeluk Pratama dengan erat. "Mulai sekarang sadarlah .... bahwa semua hal yang terjadi dari awal hingga akhir .... hanyalah mimpi dari koma panjangmu."

Dipta [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang