05

774 51 1
                                    

Matahari terbit dan menyinari dunia, semua orang bangun dan melakukan aktivitas masing-masing.

Begitu pula dengan Pradipta dan Pratama yang sedang makan bersama seperti hari-hari biasanya.

Saling mengobrol agar mengisi keheningan semata. "Adikku~ besok adalah ulang tahun ku, dimana ucapan selamatnya?" Tanya Pradipta.

Pratama memiringkan kepalanya, "Belum saatnya, besok saja aku mengucapkannya."

"Kakak mau sekarang ucapan selamatnya, begitu lama sekali menunggunya dan aku tidak sabar."

Pratama tertawa kecil, "K- kakak seperti anak-anak saja, hahaha."

Pradipta menggembungkan pipinya. "Sopan kah seperti itu?"

Pratama menggeleng, "Tidak, t- tapi kakak sepertiku, hahaha."

"Oh, benarkah?" Pradipta berdiri dan mengangkat tubuh Pratama. "Sekarang, siapa yang adik?"

Pratama ikut menggembungkan pipinya juga. "Ih, kakak jangan begitu! Aku sedang makan~"

Pradipta terkekeh dan mendudukkan kembali Pratama, kemudian mengambil piring makan Pratama. "Biarkan kakakmu ini menyuapimu~"

Pratama tidak dapat membantah jika Pradipta telah berperilaku seperti itu.

Suapan demi suapan hingga piring itu habis tidak tersisa.

Pradipta senang sendiri melihat cara Pratama makan seperti hamster, surai Pratama dielus-elus oleh Pradipta hingga berantakan.

"Ish, kakak! Aku sudah capek-capek menyisirnya."

"Oh iya? Aku tinggal menyisirnya kembali," Pradipta langsung bergegas mengambil sisir dan menyisiri surai Pratama.

Sesekali Pradipta menghirup aroma shampoo dari rambut Pratama. "Hmm~ aroma adikku memang manis, ya~"

Setelah selesai menyisirinya, Pradipta merapikan meja makan dan mencucinya.

Pratama menggerakkan kursi rodanya menuju ke ruang tamu, mengambil remot di atas meja dan menyalakan televisi.

Pratama begitu fokus menonton kartun chuggington hingga tidak menyadari jika Pradipta secara diam-diam memotretnya.

"Akan aku kenang dalam buku albumku."

. . . . .

Siang hari memanglah panas, apalagi jika musimnya sudah panas.

Listrik padam yang secara otomatis, kedua bersaudara ini dibuat gerah minta ampun.

Pradipta secara terpaksa membuka bajunya, terlihat tubuh berotot dan sixpack nya serta dada yang kotak.

Pradipta memperhatikan Pratama yang ikut melepas bajunya juga, terlihat perutnya yang hanya datar saja, tidak berotot sama sekali.

Namun, sorot mata Pradipta teralihkan ke celana yang digunakan oleh Pratama, yakni celana pendek yang hanya sampai di paha saja.

"Mungkin aku juga harus memakai celana pendek juga demi mengurangi panas."

Beberapa menit setelahnya. Keringat mulai berjatuhan dan membasahi tubuh mereka berdua.

Pradipta berjalan menuju ke ruang dapur dan membuka lemari es, terdapat dua es krim batang  coklat dan vanilla.

Pradipta mengambil dua es krim itu dan kembali ke ruang tamu.

"Lihat, aku membawa apa?"

Pratama menoleh ke kanan dan terlihat Pradipta memegang dua es krim yang tampak segar dan dingin tentunya juga untuk menyejukkan tubuh.

Dipta [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang