11

427 38 4
                                    

Pradipta dan Pratama memutuskan untuk beristirahat, lagipula sudah waktu sore hari.

Keduanya sudah mengganti pakaian basah ke pakaian kering.

Keduanya memutuskan untuk menginap di sebuah hotel yang bernama Hotel Penny dan tentunya dikelola langsung oleh Mahesa Compagnie.

Pradipta bahkan berencana untuk membeli Melani Waterpark dan akan dikelola oleh Mahesa Compagnie.

Pratama menatap Pradipta yang tampak berpikir sesuatu, "Kakak tidak akan membeli seluruh kolam renang ini, kan?"

Pradipta menggeleng. "Tentunya tidak, kakakmu ini tau batasan," Bohongnya.

Pratama hanya percaya-percaya saja apa yang dikatakan Pradipta.

Pradipta membawa Pratama ke gedung hotel untuk makan malam dan menginap.

. . . . .

Sesampainya dalam gedung hotel, Pradipta disambut dengan hangat oleh Pandu Winata.

Mengejutkan bagi Pratama, Pratama langsung menatap Pradipta untuk meminta penjelasan.

Pradipta hanya menampilkan senyuman dan membawa Pratama ke kamar yang sudah disediakan oleh pihak hotel.

"Kakak kapan membeli hotel ini?" Tanya Pradipta yang menginterogasi Pradipta.

"Memangnya kenapa kalau kakakmu ini membeli hotel?" Bukannya menjawab pertanyaan Pratama, Pradipta bertanya balik.

"Karena kakak seharusnya menyewa kamar hotel saja, bukan membeli seluruh gedung-- j- jangan bilang kakak membeli taman kolam renangnya juga?!"

Respon Pradipta? Sebuah anggukan darinya.

Pratama dibuat melongo dan tidak percaya, Pradipta rela menghambur-hamburkan uang demi kesenangan pribadi .... untuk Pratama?

"Kakak sengaja membeli hotel ini untuk adikku yang termanis ini~" Tangan Pradipta membelai pipi Pratama.

"Kakak seharusnya tidak membuang-buang uang--"

Pradipta menaruh jari telunjuk di bibir Pratama, kemudian Pradipta menjilat jari telunjuknya.

Pratama seketika membeku, terkejut apa yang barusan Pradipta lakukan, tindakannya benar-benar diluar nalar.

"Kakakmu ini hanya bercanda~ Bohong, kakakmu ini hanya tidak bercanda."

Sampailah mereka berdua di depan pintu kamar hotel, Pradipta membuka pintunya dan terpampang jelas lah kamar hotel yang mewah.

Kasur yang empuk, dipenuhi balon-balon cinta dan sebuah jendela yang menghadap langsung ke taman kolam renangnya.

Pratama mengerutkan keningnya dan memegang salah satu balon, "Kenapa ada balon untuk perkawinan?"

Pradipta mengangkat tubuh Pratama ke atas kasur dan menggantinya dengan pakaian piyama tidur.

Pratama melihat-lihat perabotan dan interior kamar hotel yang ditempatinya, "Benar-benar hotel bintang lima!"

Dibuat terpukau dan mata Pratama berbinar-binar.

Pradipta menyalakan televisi dan menampilkan kartun shaun the sheep.

Saat Pratama sibuk menonton kartun, Pradipta datang secara tiba-tiba dan memberikan susu vanilla kepada Pratama.

Pratama terima begitu saja dan meneguknya hingga kandas.

Pradipta hanya tersenyum sumringah, seperti merencanakan sesuatu.

Tidak lama kemudian, Pratama merasakan tubuhnya panas dan ada sesuatu yang aneh dengan dirinya.

Pradipta berlari keluar kamar dan meninggalkan Pratama begitu saja dengan keadaan yang mulai kacau balau.

Pratama merasakan pusing dan tubuhnya seperti tidak merespon, apalagi ada sesuatu hal yang ingin sekali keluar darinya.

Deru nafasnya juga mulai tidak beraturan, tubuhnya juga mulai sensitif.

Pratama ingin menuntaskan sesuatu, tapi tidak tau apa itu.

Pratama mulai mengeluarkan suara-suara aneh dari mulutnya, air liurnya juga mulai menetes berjatuhan.

Pratama tidak kuat lagi, Pratama seperti ingin pipis dan secara terpaksa merangkak menuju ke kamar mandi.

Pratama menyeret tubuhnya, namun tenaga dan tubuhnya melemas, bagaikan tidak berdaya.

Terpaksa Pratama memeluk dirinya sendiri, "Huh~ k- kakak~ t- tolong ghh~"

Perlahan, mata Pratama tertutup dan sebelum Pratama menutup matanya rapat-rapat.

Ada seseorang yang datang sambil menggendongnya ke sebuah ruangan.

Dipta [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang