√Chapter Three
[Benedicte]
>>>
Kebiasaan baru yang kini seolah menjadi rutinitas wajib nya adalah bangun lebih awal. Waktu masih menunjukan pukul setengah empat saat ia melangkah turun dari kamar nya.Beberapa maid mulai terlihat lalu lalang siap menjalankan tugas nya. Ia mengangguk seraya tersenyum tipis, saat para maid itu terlihat menyapa dirinya sepanjang jalan menuju area dapur.
Seorang wanita paruh bayah langsung menyambut kedatangan Ben sesampainya di dapur.
"Pagi bibi Liu, apa yang akan kita masak hari ini?" Wanita paruh bayah itu tersenyum ramah saat ia menyapa nya. Jujur saja Ben tidak mudah akrab dengan orang lain. Namun, dengan bibi Liu menjadi pengecualian. Terlebih mereka menyukai kesenangan yang sama, yaitu memasak.
"Oh begitu ya, baiklah. Apa yang harus lakukan lebih dulu." Ben mengangguk antusias saat bibi menjelaskan apa saja yang akan mereka masak kali ini.
Ben mendapatkan bagian untuk memotong sayur serta bahan lain nya, sedangkan bibi bertugas mengolahnya.
Hampir satu jam lebih ia berkutat di dapur dengan alat masak nya. Di bantu oleh bibi Liu sebagai co-chef pagi ini, beberapa hidangan masakan khas China dan juga Thailand kini tersaji diatas meja makan.
Gerakan tangan Ben yang menata piring diatas meja, sontak terhenti saat suara bibi Liu tengah berbicara dengan seseorang terdengar masuk ke telinganya.
"Selamat pagi nona night, sarapan sudah siap. Nona butuh sesuatu lagi selain ini?"
"Pagi bibi Liu, Tidak perlu. semua nya nampak enak. Dan terimakasih sudah berkerja keras."
"Tidak apa non, sudah kewajiban saya. Lagipula ini tidak hanya saya yang memasaknya. Tapi, non Ben juga turut ikut membantu, terlebih yang satu itu." Ujar bibi Liu, lalu menunjuk salah satu piring yang merupakan masakan milik Ben
Ben ditempat nya berdiri harap-harap cemas, diam-diam ia menunggu reaksi night saat mendengar perkataan bibi Liu mengenai dirinya.
Namun, nampaknya ekspektasi Ben terlalu tinggi. Saat night hanya mengangguk singkat, tidak terlihat minat bahkan antusias saat mendengarnya.
Ben pun memilih melangkah menjauh dari meja makan. Entah kenapa ia merasa kecewa melihat reaksi datar yang night tunjukan. Padahal diantara dirinya dan juga wanita itu sudah tidak ada hubungan yang berarti lagi.
Kini mereka hanyalah orang asing, yang tanpa sengaja kembali dipertemukan. Status kedua nya tidak lebih dari seorang teman dan juga kakak dari mint sahabatnya.
Usai meletakkan kembali apron miliknya, ia melangkah kan kaki nya menuju halaman belakang, dengan membawa segelas coklat panas yang sempat ia buat sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite The stars
Romance#Update Setiap Hari Sabtu! [On Going] What if we rewrite the stars? Say you were made to be mine Nothing could keep us apart You'll be the one I was meant to find It's up to you, and it's up to me No one could say what we get to be So why don't we...