✓Chapter Four
[Night]>>>
📍London, Inggris. Night Apartment
02:30 p.mEntah sudah gelas ke berapa yang ia habis kan. Yang jelas saat ini, kepala nya mulai terasa sedikit pusing. Tapi, dirinya belum enggan tidur. Kepalanya nya, masih sama berisik nya selama beberapa hari terakhir.
Sudah satu bulan lebih setelah kepergian nya. Dan diri nya masih sama terluka nya seperti hari dimana sosok yang begitu ia cintai pergi meninggalkan nya begitu saja tanpa kepastian yang jelas.
Ia merasa tak berdaya, saat mendapati sosok itu sudah tak lagi ada di apartemen nya. Hanya secarik kertas yang ia temukan di atas ranjang sebagai jawaban kemana pergi nya wanita itu.
Haruskah ia diperlakukan sebegitu kejam nya? Kenapa wanita itu meninggalkan nya? Apa ada yang salah dengan diri nya selama ini, apa dirinya kurang baik padanya. Rasanya ia sudah memberikan segalanya bahkan kehidupannya pada wanita itu, apa masih kurang juga?
Diliriknya benda pipih yang tergeletak naas dengan layar yang sudah retak parah itu di ujung kaki nya. Benda itu sedari tadi terus saja menyala, menampilkan beberapa nama familiar yang mencoba menghubungi nya. Tapi berakhir ia abaikan sampai sekarang.
Ia ingin sendiri saat ini. Ditemani segelas wine yang menjadi obat penenang nya walau hanya sesaat.
Atensi nya kembali teralih menatap sebuah rekaman video yang diputar melalui proyektor yang ada di belakangnya. Pada rekaman itu memperlihatkan sepasang kekasih yang terlihat begitu bahagia.
Salah satu diantara nya adalah dirinya. Air mata yang sedari tadi ia tahan pun luruh juga, saat mengingat bagaimana kini ia benar-benar merindukan sosok itu untuk ada disisi nya, lalu memeluk erat tubuh nya.
Suara pintu terbuka tak membuat night mengalihkan atensi nya. Ia masih saja menatap lurus pada rekaman video yang tengah di putar saat ini.
Bahkan saat sosok yang baru saja masuk itu kini berjongkok di samping nya, ia masih tak mengindahkan nya. "Kau terlihat begitu kacau night." Ujar sosok itu, menatap miris sahabatnya itu.
Wanita itu lalu kembali beranjak berdiri, memungut sampah lalu menata barang lain nya yang kini berserakan diatas lantai. Bak seperti kapal pecah, benar-benar merusak pemandangan.
Bibir nya tak henti nya berceloteh, sekalipun night tidak menghiraukan atensi nya. Ia benar-benar kesal saat ini, sungguh! Kenapa sahabatnya ini benar-benar begitu bodoh, saking bodoh nya sampai mengabaikan diri nya sendiri.
"Sebegitu berarti nya wanita itu untuk mu, sampai terlihat begitu menyedihkan saat ini. Kau yakin kau tak perlu pergi ke psikolog setelah ini, huh?" Night hanya melirik nya singkat saat wanita itu terang-terangan kembali menyebut kata psikolog dalam ucapan nya
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite The stars
Romance#Update Setiap Hari Sabtu! [On Going] What if we rewrite the stars? Say you were made to be mine Nothing could keep us apart You'll be the one I was meant to find It's up to you, and it's up to me No one could say what we get to be So why don't we...