-Twenty One-

29 4 6
                                    

Kalau seseorang ini adalah Harry. 

Baru sebentar aku menikmati moment ini, tiba-tiba suara Niall terdengar.

"Brooklyn! Pesananmu sudah datang!" Teriaknya entah darimana.

"Okay! Nanti aku kesana!" Jawab lelaki yang sedang memelukku.

Brooklyn? Jadi yang memelukku ini bukan Harry? Tapi mengapa aku merasa kalau yang memelukku ini adalah Harry? Pelukannya sama dengan apa yang aku rasakan ketika Harry memelukku di taman. Tapi bagaimana mungkin mereka memiliki pelukan dengan rasa nyaman yang sama? Aku langsung melepas pelukannya dan memastikan siapa yang memelukku sebenarnya.

Ketika aku melihat lelaki yang disebelahku, benar saja kalau ia adalah Brooklyn. Uh, i wish he was Harry...

"Brooklyn?" Panggilku pelan.

"Yes Nat.." Jawabnya dengan senyum khas yang ia miliki.

"Jadi kamu yang daritadi memelukku?" Tanyaku.

"Yeah, memangnya kamu kira siapa?" Tanyanya  balik dengan lembut.

"Owh, bukan.. bukan siapa-siapa" Jawabku terbata-bata.

"Kau kira yang memeluk mu ini adalah Austin Mendes? Atau Harry Styles?" Tanyanya tanpa melihatku sedikitpun. Dan ia sedikit menekan nadanya saat menyebut Harry Styles.

"A-aapa maksud-mu Brook?" Tanyaku pura-pura tidak tahu. Astaga! Mengapa ia bisa tahu kalau Austin adalah Harry? Aku berharap ia hanya bercanda. Tapi dari mimik wajahnya, ketahuan sekali kalau ia serius.

"Jangan pura-pura tidak tahu, sayang. Daritadi kamu terus menerus memanggil nama Austin, dan terkadang kamu memanggil nama Harry." Jawabnya sambil menghapus air mataku yang sedari tadi tidak berhenti.

"Benarkah?" Tanyaku, aku bahkan tidak menyadari kalau aku terus menerus memanggil Harry. Aku menundukkan kepala sambil berpikir apakah aku harus memberi tahu kebenarannya kepada Brooklyn? Ah tapi palingan Harry juga tidak peduli.

Brooklyn hanya terdiam dan tetap menatapku.

"Baiklah.. Aku akan menceritakan semuanya, tapi kamu harus berjanji jangan kasih tahu siapa-siapa tentang hal ini." Ujarku tekad.

"Cross my heart." 

Aku pun menceritakan semua nya mulai dari titik awal sampai terakhir. Aku menceritakan bagaimana aku bisa mengenal Austin Mendes sampai aku menangis sekarang.

"Aku sudah tahu dari lama kalau Austin Ames adalah Niall Horan, tapi aku tidak pernah mengetahui kalau Austin Mendes adalah Harry.. Styles." Ucapnya setelah mendengarkan ceritaku.

"Ya begitulah, aku tidak tahu harus apa sekarang. Aku juga benar-benar tidak tahu apa yang salah dengan Harry." Ujarku pelan.

Brooklyn hanya terdiam, mungkin ia memikirkan sesuatu.

"Oh ya, saat tadi kamu ingin memelukku, kamu sempat meminta maaf kepadaku. Minta maaf untuk apa Brook? Kamu tidak salah apa-apa" Tanyaku mengingat hal sebelumnya.

"Oh itu, aku meminta maaf karena aku tidak membela mu saat David mengatakan itu. Aku tahu itu menyakitkan bagimu. Dan aku juga minta maaf atas kesalahan yang pernah aku lakukan padamu." Jawabnya.

"Kau tidak perlu meminta maaf atas itu semua Brook, aku sudah memaafkan semuanya sebelum kamu minta maaf. Dan, yang tentang David itu, itu sama sekali tidak ada urusannya denganmu, jadi kamu tidak perlu meminta maaf atas itu." Jelasku sambil tersenyum menatapnya. Oh god, mata coklatnya sangat menawan. Perasaan yang sama ketika aku menatap matanya memang tidak pernah berubah dari dulu.

Mr. StylesWhere stories live. Discover now