-Twenty Two-

58 5 7
                                    

A/N: Jangan lupa baca part 21 nya yaa! Soalnya aku ngepost langsung dua parts sekaligus, part 21 and part 22 xx

-----------------------

Sesampainya dirumah, aku langsung keluar dari mobilnya.

"Thankyou for the ride babe!" Ujarku

"No prob. Oh ya, besok biar aku yang antar kamu ke sekolah" 

"Tidak usah, aku bisa sendiri, atau palingan aku akan bersama my mom." Tolakku

"Tapi aku sudah lama tidak mengantarmu ke sekolah, apa kau tidak merindukanku?" Tanyanya

"Of course i miss you! Apakah kamu lupa saat tadi sore di telfon aku mengucapkan i miss you, dan kamu tidak berkata sebaliknya, malah kamu langsung menutup telfonnya" Jawabku, sengaja aku berbicara frontal agar ia tersadar.

"I'm sorry, aku tidak berniat untuk seperti itu puff" Ia berbicara seakan ia bersalah, tapi aku tahu kalau ia hanya berpura-pura.

"Sudahlah Harry, besok aku bisa kesekolah sendiri, kamu tidak perlu mengantarkan ku. See you tomorrow Harold!" 

"Okay, take care honey.. Bye!" Dan ia pun langsung melesat pergi dari rumahku.

Aku baru teringat kalau my mom ada tugas di luar kota dan my dad ada lembur di kantornya. Well, i guess it will be a silent night.

Aku langsung bergegas ke kamar ku dan langsung membersihkan diri serta mengganti pakaianku. Biasanya aku kalau di rumah hanya menggunakan shorts dan tanktop, tapi terkadang aku juga menggunakan shirt untuk atasannya. Aku langsung berbaring diatas tempat tidur yang kurang lebih sudah 10 tahun lamanya berada di kamarku. Aku berada di rumah ini saat aku berumur 4 tahun, saat orang tuaku memutuskan untuk pindah ke London.

Aku berniat untuk menelfon Brookyn, tapi ia sudah menelfon ku terlebih dahulu.

"Natasha!" Panggilnya dari ujung telfon.

"What Brook?" 

"How's the ride?" Tanya nya dengan nada yang jail

"Sudah kukatakan ia menyebalkan" jawabku.

"Tapi sepertinya aku mendengar tawa di dalam mobil itu" 

"W-what? Bagaimana kamu bisa mengetahuinya?" Tanyaku kaget saat ia mengatakan seperti itu.

"Jadi itu benar? Aku hanya asal menebaknya. One point for me, Ha!" Ah sial, aku terjebak ke perangkapnya.

"Yayaya whatever Brook" Jawabku pasrah.

"Jadi bagaimana besok?" Tanyanya

"Aku tetap bersamamu" Jawabku simple.

"Bukankah Harry ingin mengantarkan mu juga?" Tanyanya lagi dengan nada heran.

"Ya memang, tapi apa salahnya jika aku lebih memilihmu dibanding dia?" Jawabku balik menanya.

Ia hanya terdiam. Aku tahu ia tersenyum di balik sana.

"Hey! I can see you smiling there" Ucapku dengan nada malas.

"What? No! Aku tidak tersenyum atau apapun itu" Jawabnya.

"I know you're lying Brook!" Ucapku agar ia mengungkapkan kebenaran.

"Baiklah, aku jujur.. Aku memang tersenyum." Akhirnya ia jujur.

"Well, aku senang bisa membuatmu tersenyum." 

"Huh?" Tanyanya tidak mengerti.

"Yaaa, anggap saja sebagai balas budi karena kamu selalu membuatku tersenyum. Jangan berpikir yang tidak-tidak Brook." Ucap ku dengan nada jail di kalimat terakhir.

Mr. StylesWhere stories live. Discover now