-Twenty Three-

66 6 7
                                    

Aku mengeluarkan hp yang ada di dalam saku celanaku, memasang earphone yang sudah tersambung, dan langsung memilih lagu A Little Too Much by Shawn Mendes. Aku lebih memilih menyendiri sambil mendengarkan lagu, daripada menceritakan masalahku kepada seseorang. Karena hal itu dapat menenangkan diriku dan bisa membuat diriku lebih baik. Jika aku menceritakan masalahku kepada Kailyn ataupun Brooklyn, aku yakin Kailyn tidak akan mengerti dan kalau aku menceritakan kepada Brooklyn, bisa-bisa hanya menambah masalah. Jadi aku memutuskan untuk mendengarkan lagu.


Brooklyn's POV:

Aku melihat Harry mengejar Natasha dan terus-menerus memanggil namanya. Tapi sepertinya Natasha sedang ingin sendiri. Dan aku sendiri masih dengan posisi terjatuh. Kuakui pukulan Harry memang sangat keras sehingga membuatku pusing. Ketika aku sedang memijat kecil kepalaku, aku melihat sebuah tangan yang mengulur ke arahku. Ternyata itu tangan Harry.

"Hey, baik-baik saja kan?" Tanyanya sambil membantuku berdiri.

Aku menerima uluran tangannya dan segera berdiri. Tetapi aku hanya menatap Harry dengan tatapan tajam tanpa menjawab pertanyaannya. 

"Baiklah, aku anggap itu tandanya kamu baik-baik saja." Ujar Harry.

Aku tetap mengacuhkannya. Kelakuannya tadi, menampar Natasha yang tidak bersalah memang benar-benar tidak bisa dimaafkan.

"Baiklah, aku akan menjelaskan semuanya kepadamu. Tapi tidak disini." Ujarnya dan langsung berjalan meninggalkan ku sambil melambaikan tangannya menyuruhku untuk mengikutinya.

Sebenarnya aku tidak mau mengikutinya, bahkan ia belum meminta maaf karena memukulku. Tapi aku juga ingin tahu mengapa Harry melakukan semua hal ini kepada Natasha. Akhirnya aku pun mengekor di belakang Harry.

Ketika Harry berhenti, aku tersadar sekarang kita berada di dekat toilet laki-laki. "Kenapa harus di dekat toilet" Batinku. Memang sih, saat pagi seperti ini, toilet masih sepi, tapi tetap saja mengapa harus di dekat toilet.

"Jadi, apakah kamu mau tahu alasannya mengapa aku melakukan ini semua?" Tanyanya memulai pembicaraan.

Aku hanya mengangguk kecil dengan tatapan cuek. Sudah jelas aku ingin tahu, kalau tidak, mengapa aku mengikutinya sampai sini. Aneh.

"Sebelumnya aku meminta maaf karena telah memukul mu, dan aku juga minta maaf karena aku sudah menampar Natasha, sebenarnya aku tidak ingin hal itu terjadi, tapi entah mengapa tiba-tiba aku menamparnya. Aku sungguh menyesali apa yang telah kuperbuat tadi." 

"I forgive you, dan soal Natasha, sebaiknya kamu meminta maaf pada dirinya langsung jangan kepadaku." Ucapku.

Harry hanya mengangguk. Ya, sepertinya anggukkan kepala adalah cara berkomunikasi yang baru. Kita terdiam untuk beberapa saat.

"Aku yakin kamu sudah mengetahui siapa aku sebenarnya." Lagi-lagi aku hanya mengangguk.

"Aku melakukan semua ini karena aku sudah merencanakannya dari awal." Ujarnya lagi. Aku hanya memberikan tatapan bingung. Tunggu, apa yang ia bilang? Ia sudah merencanakannya dari awal? Jadi ia memang sudah berniat untuk menyakiti Natasha? 

"Bukan seperti yang kau pikirkan. Aku mempunyai rencana sendiri, dan rencana itu adalah aku berpura-pura cuek kepada Natasha dan sedikit membuat Natasha cemburu, lalu besok, dimana adalah hari ulang tahunnya, aku akan melamarnya." Jelas Harry. 

Jujur, aku agak sedikit terkejut saat ia mengatakan ia akan melamarnya. Dan entah mengapa aku merasakan perasaan.... cemburu didalam diriku. Aku takut jika Natasha akan melupakanku. Tidak, aku tidak mempunyai perasaan khusus untuk Natasha, aku hanya menganggap Natasha sahabat terbaikku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 10, 2015 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Mr. StylesWhere stories live. Discover now