C H A P T E R 5:PERKELAHIAN

151 18 2
                                    

Saat ini telah tiba waktunya beristirahat sejenak dari pembelajaran yang menguras otak selama dua jam kebelakang.

Para murid dari penjuru kelas mulai berhamburan pergi ke kantin terkecuali beberapa murid yang lebih memilih untuk berada didalam kelas.

Kebanyakan murid lebih memilih dikelas untuk memakan bekal makanan yang mereka bawa dari rumah.

Namun, disaat semua murid tengah istirahat dan makan untuk mengistirahatkan otak mereka sejenak sebelum kembali berperang dengan materi, berbeda dengan Halilintar.

Dia saat ini tengah mengerjakan pr dalih-dalih mengerjakan pr yang guru berikan tadi dengan alasan agar dirinya tidak memiliki pr satupun dirumah.

Ditengah khusyuknya mengerjakan tugas, tiba-tiba saja dirinya mendengar teriakan yang memanggil namanya didepan pintu kelasnya yang dimana dikelasnya itu terdapat sepuluh murid termasuk dirinya. Namun, dirinya tetap diam tidak menyahut bahkan meliriknya barang sekilas dan tetap fokus terhadap tugasnya.

"Halin!!" Teriak pemuda itu yang entah keberapa kalinya berharap mendapatkan balasan dari orang yang namanya ia teriaki. Dirinya masih berada ditengah-tengah pintu kelas enggan masuk kedalam kelas yang didiami oleh sahabatnya itu dengan nafas yang masih tersengal yang menandakan bahwa dirinya baru saja lari tadi.

Karena merasa terganggu dengan teriakan sahabatnya itu, pemuda yang dipanggil 'Halin' oleh orang yang saat ini masih berdiri dipintu kelas segera menoleh ke asal suara dengan perasaan kesal karena kegiatannya diganggu.

"Apa?" Tanya nya dengan perasaan kesal yang menghiasi wajah datarnya.

Setelah dirasa nafasnya telah kembali normal, pemuda itu menjawab. "Anu, Ufan sama Blaze gelud!"

Hali yang mendengar laporan dari sahabatnya itu pun langsung menutup buku tugasnya dengan pulpen yang ia selipkan didalamnya. Lalu berdiri dari duduknya dan mulai mengambil langkah mendekati sahabatnya itu.

"Dimana?"

"Didepan X-9." Pemuda didepannya menjawab sembari tangannya menunjuk kearah samping kirinya dan Hali segera berlari menghampiri tempat yang Thorn maksud dengan sahabatnya itu yang ikut berlari dibelakangnya.

Mereka berdua berlari dikoridor bahkan ditangga pun mereka berdua menuruni nya dengan berlari tanpa mengindahkan sedikit pun tatapan dan bisikan dari para murid yang sengaja nongkrong dikoridor sehabis dari kantin.

Lari mereka hentikan ketika mereka berdua telah sampai di depan kelas dengan papan bertuliskan 'X-8' diatas pintunya. Dan benar saja apa yang Thorn beritahu tadi. Terlihat Taufan dan Blaze yang tengah berkelahi.

Keduanya saling melayangkan pukulan satu sama lain dan saling menghindari satu sama lain agar tidak terkena pukulan.

Mata tajam milik si petir merah mengedar mengamati sekeliling. Lihatlah. Banyak murid yang menonton perkelahian itu disekitar mereka seolah-olah mereka tengah menonton pertandingan tinju di ring. Bahkan banyak juga murid yang kebetulan lewat sana menonton kejadian itu. Tapi, kenapa tidak ada satupun dari mereka yang meleraikan perkelahian Blaze dan Taufan atau paling tidak melaporkannya ke guru? Satu pertanyaan itu muncul dalam benak si petir merah ketika melihat kejadian tak mengenakan didepannya yang terhalang beberapa murid yang menonton.

Merasa geram karena perkelahian tanpa ia ketahui sebabnya yang tidak berkesudahan, akhirnya Hali mengambil langkah memasuki kerumunan dimana kedua sahabatnya-Taufan dan Blaze- ang menjadi pusatnya meninggalkan Thorn yang masih diam ditempatnya berniat menonton tanpa membantunya.

Ketika sudah berada dikerumunan paling depan, betapa terkejutnya ia bahwa perkelahian dua sahabatnya lebih parah disaat disaksikan dari dekat dibandingkan disaksikan dari jauh.

HALILINTARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang