Sebelum lanjut ke cerita nih yee.... Sebenernya aing mo bilang kalo aing mo hiatus dulu entah sampe kapan.
Tapi, kagak jadi karena aing kebelet up biar besok(entah kapan) nih cerita bisa ikut majang sama novel yang lain di rak buku toko buku(bismillah gramed):D
Jadi, segenap hati, aing lanjutin nih cerita. Sorry kalo gak nyambung dan makin kesini makin ngebosenin.
Karena ya itu. Aing ngetik di tengah ke nge-stuck an ide aing:>
Udahlah. Gak penting. Sok atuh. Dibaca:D*****
Saat ini jam menunjukkan pukul 06.45. Sudah banyak murid yang memasuki kelasnya masing-masing. Tapi, tidak dengan ke-tujuh anggota inti Phyrgos yang satu ini.
Mereka masih berada di parkiran lengkap dengan tas ransel yang ada di pundak mereka, duduk di atas motor masing-masing. Jika di tanya kenapa mereka tidak segera masuk ke kelas mereka masing-masing, maka mereka akan menjawab kalau mereka saat ini tengah menunggu sang ketua alias Hali yang sampai saat ini belum datang.
Jangan salah. Walau Hali di cap sebagai siswa yang paling rajin karena daftar nilai tugas semua mata pelajarannya tidak pernah ada yang kosong satupun, tapi ia termasuk orang yang paling santai jika menyangkut hal keterlambatan.
Ia tak peduli jika dirinya terlambat. Karena, yang menjadi moto nya jika menyangkut hal itu adalah: 'lebih baik terlambat daripada tidak berangkat sama sekali'.
Bahkan Taufan yang memang notabene-nya murid yang sering terlambat sama dengan Hali, sampai heran dengan sahabatnya sendiri yang satu itu.
Disaat dirinya panik lantaran takut di hukum karena terlambat, berbeda jauh dengan Hali yang bahkan masih berada di lorong kelas X ketika bel jam pelajaran pertama telah dimulai berjalan dengan santainya tanpa beban sedikitpun.
Karena hal itulah, para ke-tujuh anggota inti Phyrgos ini tidak memprotes atas keterlambatan ketua mereka saat sekolah.
Mereka mengobrol ringan untuk mengisi keheningan karena mereka yang sibuk dengan ponsel masing-masing. Mulai dari hal sepele, sampai hal yang bisa membuat mereka tertawa sampai geram sendiri.
"Gimana, Fang?" Tanya Blaze tiba-tiba di tengah perbincangan mereka dengan seringaian jahilnya membuat Fang mengerutkan dahinya.
"Apa?"
"Lu jadi makan bareng ma Salsa? Kan lu bilang kalo Salsa ngajak lu makan bareng." kata Blaze.
Fang menganggukkan kepalanya. "Owalah... Jadi, kemarin minggu baru kelaksana." balasnya.
"Lu tembak nggak?" Kini, giliran Taufan yang bertanya membuat wajah Fang sedikit memerah.
"Ya enggak lah! Nanti dulu. Jan buru-buru." Fang menjawab dengan tenang walau wajahnya masih sedikit memerah yang masih terlihat.
"Kenapa? Kayaknya tuh si Salsa suka ma lu loh. Jan lama-lama. Ntar di embat orang lain nangis!" sahut Thorn yang tengah melilit-lilit rangkai bunga yang tumbuh liar di luar pagar sekolahnya—ia tadi sempat memetik beberapa.
"Ih! Enggak lah. Nunggu waktu dulu gua."
"Dua tiga kapal berlayar di samudra~"
"Ayuh sahabatku kita bergembira~"
"Bermain, bernyanyi bersama menikmati indahnya cinta~" Taufan, Blaze, dan Thorn saling menyahut bernyanyi dengan nada dan lirik akhir yang mereka buat-buat.
Ingin rasanya Fang melempar mereka menggunakan sepatunya. Tapi, ketika dirinya baru saja hendak melepas salah satu sepatunya, suara motor yang mereka kenal memasuki area mereka yang membuat Fang mengurungkan niatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALILINTAR
Fiksi RemajaPada tahun 1992, sebuah geng motor besar bernama Phyrgos terbentuk. Dan tepat pada saat itu telah terjadi tragedi yang sangat mentragiskan. Tragedi yang membuat sebagian besar warga memiliki ketakutan tersendiri dengan perkelompokan yang sering dise...