"Kadang, kita harus berani menghadapi kenyataan yang sulit untuk menemukan jalan menuju kebahagiaan sejati."
Zea mendorong Zavier mundur beberapa langkah, mencoba menahan air matanya yang mulai menggenang. "Lo baru tau yang sebenarnya, lo malah meluk gue dan bilang kangen? Lo gak benci gue?" tanya Zea dengan suara yang penuh ketidakpercayaan, suaranya bergetar, seperti menahan perasaan yang sudah lama dipendam.
"Gak," jawab Zavier lembut, matanya menatap penuh kasih. "Kenapa gue harus benci adek gue?"
Zea tersentak mendengar kata-kata itu. Ia mencoba menjaga jarak, mundur beberapa langkah lagi. "Zav, gue bukan adek lo… Adek lo udah tenang di atas sana," gumamnya pelan, namun penuh ketegasan, sambil memalingkan wajah. Tapi dalam hatinya, ia sendiri bimbang, seperti ada bagian dari dirinya yang enggan melepaskan hubungan itu.
"Siapa bilang begitu?" balas Zavier, tetap tenang. "Buktinya lo ada di depan gue. Walaupun tubuh lo adek angkat gue, tapi jiwa yang nempatin tubuh ini adalah jiwa adek kandung gue."
DEG.
Kata-kata Zavier menghantam hatinya.
"Punya bukti apa lo, yang membuat lo yakin kalau Zena itu adek kandung lo?" sahut Natasya tiba-tiba, mencoba memecah ketegangan di antara mereka.
"Oke, lo mau bukti, kan? Gue akan tunjukkan buktinya se-" ucap Zavier terpotong oleh suara bel masuk.
Kringggggg
Zea menghela napas panjang, kembali ke sikap dinginnya. "Kita bahas ini lagi nanti, cabut," ucapnya datar, tanpa menunggu tanggapan mereka.
***
Skip Pelajaran
Kriinggg
Saat istirahat tiba, Zea dan gengnya keluar menuju kantin. Sesampainya di sana, mereka mendapati semua tempat sudah penuh. Hanya ada satu meja kosong, terletak di pojok dekat meja Thunder Riders.
Terpaksa, mereka duduk di sana.
"Biar gue sama Tasya aja yang pesen. Lo pada mau apa?" ucap Safira sambil menatap mereka.
"Samain aja, biar simpel," usul Zea singkat. Teman-temannya mengangguk, menyetujui.
"Simpel dari mana," batin Natasya, menggerutu. Namun, belum sempat ia protes lebih lanjut, tatapan tajam Zea sudah menusuknya. Natasya tersenyum canggung. "L-lo masih bisa dengar ya, Ze… Hehe. Gue pergi dulu sama Saf," katanya, lalu buru-buru beranjak.
Beberapa saat kemudian, suasana kantin heboh. Kedatangan para anggota Thunder Riders membuat para gadis di kantin mulai berteriak histeris.
"Aaaaa, calon suami gue itu!"
"Haikal gak cape apa ganteng mulu!"
Geng Thunder Riders menghampiri meja Zea dan teman-temannya.
"Boleh gabung gak? Meja lain udah penuh," tanya Zidan sambil melirik Zea yang sedang asyik dengan ponselnya. Merasa diperhatikan, Zea mengangkat kepalanya, menatap sekilas, lalu mengangguk.
Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama.
BRAKK
Suara meja terhentak keras. Saskia dan gengnya datang dengan wajah penuh arogansi. "WOY, MINGGIR! GUE MAU DUDUK BARENG MEREKA!" teriak Saskia dengan nada memaksa, namun Zea hanya mengabaikannya, tetap fokus pada ponselnya.
"LO ITU BUDEG APA GIMAN—" suara temannya terpotong oleh Safira yang tiba-tiba menyahut.
"Eh, badut dari mana nih," tanya Safira dengan nada mengejek, membuat beberapa orang di kantin terkekeh menahan tawa.
"Jaga ucapan lo ya!" sentak Saskia, matanya menyala marah.
"Lah, emang bener kan. Liat aja, bedak 3 cm, lipstick merah banget, blush on menor banget, alis tebel banget. Ke sekolah mau belajar atau mau cosplay jadi badut, hah?" lanjut Safira santai. Semua orang di kantin meledak dalam tawa yang tertahan.
"Ck, awas aja lo," gumam Saskia dengan kesal, lalu meninggalkan kantin.
***
Kringgg
Kelas XI IPA 1 gemuruh dengan suara Safira yang kegirangan. "WOIII, KITA JAMKOS SAMPE PULANG GUYS!" teriaknya lantang, disambut sorakan seluruh kelas.
"AYO NYANYI GUYS!!!" Teriak Safira lagi dengan semangat yang menggebu-gebu, diikuti oleh Natasya dan Fajar yang ikut menari, sementara yang lain hanya menonton.
"Kumat" ucap Zea Dinda dan Alea
"A-AWALNYA TEMAN BIASA" Seru Safira
"B-BIASA MENJADI BABU" Sahut Natasya
"Aseek, lanjoot" seru Fajar ketua kelas
"LAMBAIKAN KAKI KALIAN GUYS" Seru Safira lagi. Hanya Safira, Natasya, dan Fajar yang ikutan heboh, sisanya hanya menonton
"KALO KALIAN GAK MAU LAMBAIKAN KAKI, GUE SUMPAHIN LUMPUH TUH KAKI" Ucap Natasya dan sontak mereka sekelas (-Fajar, Safira, Natasya) mengumpat berjamaah
***
Setelah Pulang
Saat Zea sedang berjalan di koridor, tiba-tiba ada yang menarik tangannya. Ia berbalik, dan mendapati Zavier berdiri di sana, menariknya ke taman belakang sekolah. Di tempat itu hanya ada mereka, ditemani hembusan angin yang berbisik pelan.
Zavier tersenyum kecil. "Hehe, maaf, gak niat bikin kaget," ucapnya pelan, namun ekspresinya terlihat serius.
Zea mengerutkan dahi. "Kenapa?"
"Tadi pagi lo minta bukti, kan? Nih," kata Zavier sambil menyerahkan ponselnya. Di layar terlihat foto lama: dirinya bersama seorang bayi kecil. Zea terpaku menatapnya, tenggelam dalam kenangan.
"Sekarang lo percaya, kan?" bisik Zavier. Matanya berkaca-kaca, menahan air mata. Zea tak mampu menahan perasaannya, ia hanya mengangguk perlahan.
GREPP
Tanpa sadar, mereka saling berpelukan, membiarkan air mata mereka jatuh, merasakan kerinduan yang telah lama terpendam. Setelah beberapa saat, mereka melepaskan pelukan, menatap satu sama lain.
"Gue mohon, bang… Jangan kasih tau yang lain kalau gue adalah Alzena Queenzy Dewantara, sebelum gue menemukan sumber masalah keluarga kita," pinta Zea, suaranya terdengar tegas meski ia sendiri tampak ragu. Zavier mengangguk penuh pengertian.
Tanpa mereka sadari, di kejauhan, seseorang memperhatikan. Pria itu menyeringai kecil. "Jadi… dia Queen. Berarti selama ini Queen masih hidup. Gue harus segera kasih tau King."
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN OF THE DARKNESS
Novela JuvenilJudul Awal : Zena or Zea Transmigrasi seorang gadis misterius yang cantik dan kejam juga memiliki banyak rahasia serta seorang queen mafia terkejam no1 yang bertransmigrasi ke tubuh saudara angkatnya tanpa ia sadari dan berusaha mencari keberadaan o...