Bab 9: Life After Break Up

24 5 0
                                    

Adam dan Disa, setelah mengakhiri hubungan mereka, mengalami waktu yang sulit untuk menerima kenyataan bahwa mereka harus berpisah. Adam merenungkan keputusannya, sering kali teringat pada momen-momen bahagia yang mereka lewati bersama. Namun, semakin hari, Adam semakin menyadari bahwa kehadiran Disa begitu penting dalam hidupnya. Ia merasa hampa tanpa keceriaan dan dukungan dari Disa yang selalu memberikan pesan hangat setelah pulang dari pekerjaannya di restoran milik ayahnya.

Setelah putus dengan Disa, Adam memutuskan untuk mengubah arah hidupnya. Dia meninggalkan restoran keluarganya dan mencari pekerjaan baru di sebuah kafe yang lebih kecil dan ramah, bernama Cafe Merah. Di sana, dia menemukan kedamaian baru dalam rutinitas kerja yang sederhana.

Suatu sore, ketika sedang membersihkan meja di kafe, Adam dikejutkan oleh kedatangan ibunya, Nyonya Syaputra. Ibu Adam, yang selalu penuh perhatian terhadap anaknya, segera melihat bahwa ada sesuatu yang mengganggu Adam.

"Abang, apa kabar? Bagaimana hubunganmu dengan Disa?" tanya Ibunya dengan lembut, mencoba mencairkan ketegangan yang terasa di antara mereka.

Adam menghela nafas. "Kami sudah tidak bersama lagi, Bu. Kami memutuskan untuk berpisah."

Ibu Adam meletakkan tangannya di atas tangan Adam dengan penuh empati. "Maafkan aku, Nak. Aku tahu ini pasti sulit bagimu. Tapi percayalah, segala sesuatu terjadi dengan alasan yang baik."

Adam menundukkan pandangannya. "Aku tahu, Bu. Tapi rasanya begitu sulit menerimanya."

"Setiap hubungan membawa kita belajar sesuatu, Nak. Jangan biarkan ini merusakmu. Kamu adalah anak yang kuat," ucap Ibunya dengan tulus.

Adam mengangguk perlahan. Kata-kata ibunya memberinya sedikit ketenangan di tengah pergolakan emosinya.

Beberapa minggu berlalu, Adam mulai menemukan kenyamanan dalam pekerjaan barunya di Cafe Merah. Meskipun masih ada perasaan kosong yang sulit diisi setelah putus dengan Disa, Adam mencoba untuk fokus pada pekerjaannya dan menemukan kembali dirinya sendiri.

Suatu hari, ketika sedang melayani pelanggan di kafe, Adam melihat seseorang masuk dari sudut mata. Itu adalah Asya, wanita yang sering kali terlihat di depan kafe tempat Adam bekerja. Adam mengingat wajahnya yang cerah dan senyum manisnya.

Mereka saling pandang sejenak. Adam merasakan ketegangan dalam dirinya mulai sedikit tereduksi. "Hai, Adam, kan?" sapa Asya dengan lembut, menyadari kehadiran Adam di kafe itu.

"Hai, Asya," balas Adam sambil tersenyum. "Kamu sering ada di sini, ya?"

Asya mengangguk. "Iya, tempat ini tempat aku berkerja. Aku suka suasana di sini."

Adam mengangguk. "Benar, ini tempat yang menyenangkan."

Pertemuan singkat itu membuat Adam merasa ada kehangatan baru yang muncul dalam dirinya. Dia belum sepenuhnya pulih dari perpisahan dengan Disa, tetapi kehadiran Asya memberinya sedikit kelegaan dan harapan bahwa mungkin ada masa depan yang cerah di hadapannya.

Dengan perlahan, Adam mulai membuka diri lagi terhadap kemungkinan baru. Dia belajar untuk menghargai setiap momen kecil dalam hidupnya, dan untuk tidak menutup hatinya terlalu lama terhadap kesempatan yang datang padanya.

***

Adam semakin nyaman dengan rutinitas barunya di Cafe Merah. Setiap hari, dia menyajikan kopi dan camilan kepada pelanggan dengan senyum ramahnya. Kafe ini memiliki suasana yang hangat dan santai, membuatnya merasa seperti rumah kedua. Meskipun masih ada luka dari hubungannya dengan Disa, Adam mencoba untuk menahan diri agar tidak terlalu terbawa perasaan.

Suatu hari, saat Adam sibuk mengatur meja di kafe, dia melihat empat orang memasuki kafe dengan riuh rendah. Mereka adalah teman-teman baiknya dari masa kuliah dulu: Rafi, Maya, Ana, dan Ken. Mereka berempat selalu menghabiskan banyak waktu bersama saat kuliah, dan Adam senang melihat mereka datang mengunjungi.

I Love My Self In Another UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang