Bab 7: Complicated

27 6 0
                                    

Adam terbangun dengan perasaan yang cerah di pagi hari. Hari ini adalah hari kerja, tetapi dia merasa semangat yang luar biasa setelah malam yang menyenangkan bersama Asya. Mereka telah menikmati film bersama dan menghabiskan waktu yang menyenangkan. Pikiran Adam terus melayang pada momen-momen bersama Asya, dan senyumnya tidak bisa dihapus dari wajahnya.

Setelah mandi dan sarapan pagi dengan cepat, Adam segera menuju Cafe Merah tempat dia bekerja sebagai bagian dari tim kitchen. Pagi ini, atmosfer di kafe terasa lebih hidup dari biasanya. Aromanya yang khas dari kopi segar dan roti panggang mengisi udara, sementara suara gemerisik percakapan dan mesin kopi menambah kehangatan di ruangan.

"Salam pagi, Adam!" sapa Dani, teman baiknya yang juga bekerja sebagai barista di kafe.

"Morning, Dani! How's it going?" jawab Adam semangat. Matanya bersinar-sinar, mencerminkan kebahagiaan dalam dirinya.

"Malam kemarin bagaimana, Adam?" tanya Dani sambil tersenyum lebar, mengetahui bahwa Adam telah pergi dengan Asya.

Adam tersenyum lebar. "Luar biasa! Kami menonton film dan benar-benar menikmatinya. Asya sangat menyenangkan."

Dani mengangguk penuh pengertian. "Aku senang mendengarnya. Kalian berdua memang cocok bersama."

Adam menggeleng sambil tersenyum malu-malu. "Aku rasa kami baru mulai mengenal satu sama lain, tapi memang ada sesuatu yang istimewa dengan Asya."

Ketika Adam sedang menyiapkan bahan-bahan untuk menu hari ini di kafe, Bapak Ata, seorang koki berpengalaman yang telah lama bekerja di sana, mendekatinya. Bapak Ata adalah sosok yang disegani di kafe karena keahliannya dalam memasak dan juga bijak dalam memberikan nasihat kepada kru kafe.

"Bapak Ata, apa kabar?" sapa Adam ramah.

"Baik, baik, Adam. Bagaimana denganmu?" balas Bapak Ata sambil tersenyum.

"Saya baik-baik saja, Pak. Malam kemarin saya pergi menonton film dengan Asya," kata Adam, ekspresinya berbinar.

Bapak Ata mengangguk paham. "Asya, ya? Saya lihat kamu senang sekali. Bagaimana perasaannya?"

Adam tersenyum lebar. "Saya merasa sangat nyaman bersamanya, Pak. Dia istimewa."

Bapak Ata meletakkan tangannya di bahu Adam dengan penuh kehangatan. "Kamu tahu, Adam, kadang kita menemukan seseorang yang bisa membuat kita merasa berbeda, membuat hari-hari menjadi lebih cerah. Jika Asya membuatmu bahagia, jangan ragu untuk memperjuangkan perasaanmu."

Adam merasa terharu dengan kata-kata bijak dari Bapak Ata. "Terima kasih, Pak. Saya akan berusaha."

Bapak Ata mengangguk tulus. "Saya berdoa semoga Asya juga merasa hal yang sama. Kini, mari kita buat kafe ini menjadi luar biasa seperti biasa!"

Hari berlalu dengan cepat di Cafe Merah. Adam sibuk mengurus pesanan dan berinteraksi dengan karyawan lainnya. Dani dan beberapa karyawan lainnya memperhatikan keceriaan yang terpancar dari Adam. Mereka tersenyum melihat perubahan positif dalam suasana hatinya.

Setelah shift kerja selesai, Adam duduk sebentar di sudut kafe yang tenang. Pikirannya kembali melayang pada Asya. Dia mengingat momen ketika Asya menunjukkan foto-foto mereka dari malam sebelumnya. Adam membuka ponselnya dan melihat wallpaper yang sekarang menampilkan foto mereka bersama. Senyumnya kembali mengembang saat dia mengingat betapa bahagianya dia malam itu.

Adam mengirim pesan singkat kepada Asya, "Hai Asya, bagaimana hari kerjamu? Aku harap kamu tidak terlalu lelah. Aku juga merindukan momen kemarin malam. Aku tidak sabar untuk bisa bertemu lagi denganmu."

Tanggapan dari Asya datang cukup cepat, "Halo Adam, hari kerjaku baik kok, terima kasih. Aku juga merindukan momen itu. Tapi sepertinya aku akan langsung pulang kali ini, aku tidak ingin membuat papah khawatir."

I Love My Self In Another UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang