Hari ini upload 2 part ✨
Happy reading...
****
Zia masih tak bisa mengontrol diri, air matanya seolah ingin terus saja mengalir tanpa henti membasahi kedua pipinya. Sungguh hatinya benar-benar merasa tersayat, menjadi luka menganga yang tak tahu akan bisa sembuh atau tidak. Penghianatan Ardan sungguh tak pernah Zia sangka akan terjadi, sebab Ardan adalah cowok yang menurut Zia paling baik, paling memahaminya, dan selalu meperlakukannya layaknya seorang ratu. Tak pernah terlintas sedikitpun bahwa Ardan akan berselingkuh seperti ini, apalagi dengan temannya sendiri. Zia tidak rela, sungguh dia tidak bisa merelakan ini semua.
Saat tengah tersedu-sedunya Zia menangis, sebuah sodoran tisu di depannya membuat dia terhenti sesaat. Zia menatap tisu itu sejenak, lalu menoleh pada cowok yang tengah menyetir di sebelah kanannya itu.
"Pakai aja," ujar cowok itu melirik sekilas pada Zia, lalu kembali fokus menatap jalanan.
Zia tak mampu mengatakan apapun, yang jelas dalam hati dia berterima kasih. Dia lekas menggunakan tisu itu untuk menyapu air matanya yang membanjir.
Cowok itu, entah bagaimana muncul tiba-tiba bagai seorang super hero, mengajak Zia pergi dari Ardan, lalu menawarkan tumpangan menggunakan mobilnya. Zia awalnya ragu dan kebingungan, tetapi ucapan cowok itu membuat Zia akhirnya menurut untuk diantarkan pulang olehnya.
"Sorry gue nyelonong ikut campur masalah kalian. Tapi gue gak bisa nahan diri lihat apa yang terjadi sama lo barusan, apalagi lo temen baiknya sodara gue. Anggap aja Nita yang nyuruh gue nolongin lo sekarang. Lebih baik, lo istirahat aja di rumah, gue anterin pulang, oke?"
Dengan tatapan yang dalam cowok itu membuat hati Zia yang sedang remuk itu merasa sedikit menghangat. Zia membalas tatapan cowok itu seolah tengah melihat pangeran tampan yang sedang menolongnya. Ya, Zia baru menyadari kalau sepupunya Nita ini ternyata memiliki paras yang rupawan.
"Tapi, gue bawa motor sendiri," ucap Zia.
"Yang mana motor lo? Nanti gue minta tolong orang buat bawain. Boleh gue pinjam kuncinya? Lo bisa percaya sama gue, gue bukan penipu. Tanya aja sama nyokapnya Nita."
Tampang cowok itu sangat meyakinkan, terlebih juga dia agak memaksa untuk mengantarkan karena khawatir akan berbahaya apabila Zia berkendara sendirian dalam kondisi tak baik-baik saja. Sikapnya agak berlebihan untuk seseorang yang baru kenal, namun, Zia tak mampu menolak juga.
Cowok itu tak mengganggu Zia sama sekali ketika Zia tak bisa menahan tangis saat di dalam mobilnya. Zia sejujurnya malu menangis di samping orang asing, tetapi dia benar-benar tak mampu menahan sesak di dadanya.
Setelah menghapus air matanya dengan tisu, Zia sedikit lebih tenang. Dia mengecek handphone-nya lalu melihat pesan dari Airin.
Airin :
Zia, sorry gue gak jadi datang, gue kelupaan malam ini mau ke rumah cowok gueOtak Zia seketika memanas, dia langsung mengirim pesan suara.
"Cowok lo aja terus! Gak usah peduliin gue lagi, mau gue baru putus kek, gue mati kek nanti, gak usah peduliin, cowok lo aja sana lo jadiin dewa!" omel Zia melampiaskan segala kekesalannya.
Zia menutup ponselnya, kemudian dia teringat sesuatu yang membuat dia memukul kepalanya. "Sialan! Es krim gue ketinggalan," gerutunya. "Mana udah bayar 2 lagi, huaaa! Sial! Sial! Sial!" Zia merutuki dirinya sendiri dengan geram, sambil menekan suaranya agar tidak terdengar cowok di sampingnya itu.
Zia berusaha menenangkan dirinya sendiri sambil mengatur napas. Dia jadi tidak enak pula dengan sepupunya Nita ini, entah apa penilaian cowok itu terhadapnya, sedari tadi cowok itu lebih banyak diam saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Jatuh Cinta (TAMAT)
Dla nastolatków#karya 3 "Mengapa cinta bagiku justru berlawanan dari maknanya?" Sahabat Kanzia bunuh diri gara-gara depresi diputuskan pacarnya. Tak lama setelahnya, pacar Kanzia justru kepergok menyelingkuhinya. Awalnya Kanzia berpikir untuk menyusul saja sang sa...