Ayana menatap Arsen dengan tatapan sinis, sedangkan lelaki itu sendiri menatapnya dengan takut. Bagaimana tidak? Rencananya mereka hendak pergi untuk menonton Bioskop. Awalnya Ayana meminta Arsen agar membawa helm dua––karena dirinya tidak bisa membawanya, takut ketahuan kakaknya. Namun Arsen malah datang tanpa membawa helm satupun. Hingga akhirnya mereka kena tilang Pak Polisi.
"Ini semua gara-gara kau!" kata Ayana sebal.
"Ya aku memang biang gara-gara, jadi maafkan aku ya? Kakak sepupuku akan datang dan menolong kita, okey?" jelas Arsen yang takut dengan tatapan garang milik temannya ini.
Ayana dan Arsen adalah sepasang sahabat––ingat, sahabat. Mereka selalu satu sekolah, bahkan satu kelas. Makanya keduanya sepakat untuk bersahabat saja. Sejujurnya tak ada rencana kerja kelompok––Ayana hanya ingin pergi jalan-jalan tanpa diganggu kakaknya yang lumayan posesif kepadanya.
"Tapi mana?! Dia tidak datang-datang!" ketus gadis itu lagi.
"Tunggu sebentar. Dia bukan Superman, dia hanya manusia biasa yang mungkin terjebak macet dijalan, ya kan?" timpal Arsen sembari melirik kesana dan kemari secara berulang-ulang, untuk memastikan apakah kakak sepupunya itu sudah datang atau belum.
"Arsen..." panggil seseorang dari belakang.
Arsen menoleh dan tampak kegirangan––sebab itu kakak sepupunya yang akan menolongnya sekarang. Sedangkan Ayana yang penasaran ikut menoleh kebelakang, tetapi tatapan gadis itu tampak shock dan terkagum-kagum seketika.
"Kak Vikram akhirnya kau datang." Arsen teramat bersyukur memiliki Vikram di kehidupannya. Walaupun hanya sepupu, tetapi mereka sudah seperti saudara kandung saja.
Selama ini pria itu tinggal dirumah Arsen. Sejak kecil Vikram sudah kehilangan kedua orangtuanya dan dititipkan kepada orangtuanya Arsen. Selama ada Vikram––Arsen akan hidup lebih tenang. Baginya, Vikram adalah penyelamatnya––entah saat tugas belum dikerjakan atau saat-saat seperti ini.
"Aku akan urus dulu ya," kata Vikram sebelum meninggalkan mereka berdua.
Ayana kembali melirik kearah Arsen. "Dia kakak sepupumu yang selalu kau ceritakan itu kan?" tanyanya penasaran.
Arsen mengangguk. "Ya, dia..."
Plak!
Ayana memukul pundaknya Arsen reflek. "Kenapa kau baru mempertemukan aku dengannya? Kenapa?" tanyanya agak memaksa.
Arsen mengernyitkan dahinya lalu menggaruk-garuk kepalanya. "Memangnya harus ya? Mempertemukan kalian? Apa pentingnya?"
"Kau sangat tidak peka ya?" Ayana menatap Arsen marah.
"Sepupu mu itu sangat tampan! Dan seharusnya kau peka, kenalkan aku padanya! Buat seolah-olah aku menjadi gadis paling imut di dunia ini," jelas Ayana geregetan.
Arsen membuang muka sebal. "Imut, huek!" pria itu pura-pura hendak muntah.
Ayana segera memayunkan bibirnya. "Aku memang imut kan?" tanyanya dengan membuat ekspresi se-imut mungkin.
Arsen tertawa melihatnya lalu segera menutup mulutnya karena Ayana kembali memayunkan bibirnya. "Iya-iya kau imut, sangat imut," jelas Arsen memakai kata 'sangat' agar penjelasannya lebih jelas.
"Jadi segera dekatkan aku dengan sepupumu itu, ya?" pinta Ayana dengan pupil matanya yang mulai membesar––serta dengan menggunakan suara yang dibuat seperti anak kecil.
"Tidak," tolak Arsen.
"Kenapa? Bukankah bagus jika nanti kita menjadi ipar?" tanya Ayana.
"Yang ada nanti seperti ipar adalah maut--"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Brother
RandomArthur selalu menjadi penggemar beratnya Akira selama masa di sekolah. Gadis itu pemberani, galak dan menggemaskan--ia selalu mempunyai ide cemerlang di otaknya yang membuat Arthur sangat-sangat menyukainya. Namun pemuda itu tak pernah berani menyat...