"Jadi sejak SMP teman ku itu menyukai seorang perempuan yang terkenal kejam. Namun dia tak pernah mengungkapkan perasaannya karena takut, sampai sekarang perasaan itu masih sama. Nah, mereka ketemu lagi dan sikap perempuan itu masih sama; kejam, galak, jutek dan suka seenaknya. Teman ku itu masih tergila-gila pada perempuan itu, walaupun sudah tahu bagaimana sifat-sifatnya. Aku tidak setuju dengan gadis ini karena begitulah. Jadi aku harus bagaimana? Agar teman ku itu bisa berhenti menyukai penyihir itu?" Advait bercerita sekaligus meminta saran Sona. Mau bagaimana pun Arthur adalah orang terpenting menurutnya, jadi kebahagiaannya utama.
Sona mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti; sebagai sahabat mungkin akan merasa resah jika berada diposisi Advait. "Kenapa tak coba kenalkan perempuan lain padanya?" sarannya.
"Sudah ku coba, tetapi dia tak tertarik sama sekali," keluh Advait.
"Mungkin perempuan-nya tidak cocok dengan temanmu itu," timpal Sona yang yakin seratus persen.
"Apa harus coba lagi?" Advait bertanya kembali, dan mulai bingung.
"Iya harus. Harus dicoba terus sampai dia mendapatkan yang dia inginkan," jelas Sona kembali menyakinkan.
"Benar..." Advait setuju. "Tapi apakah kau punya teman perempuan yang masih sendiri?" tanyanya agar lebih cepat--mungkin circle-circle Sona banyak dan cantik-cantik.
"Ada," balas Sona riang.
"Siapa namanya?" Advait bertanya dengan sangat bersemangat.
"Akira..." balas Sona dengan wajah polosnya.
Senyuman riang Advait langsung memudar--sangat jelas
"Kenapa?" tanya Sona bingung.
Yang sedang kita bahas barusan itu Akira! Masa harus ku jodohkan Arthur dengan dia?! Justru ingin ku jauhkan mereka demi keselamatan bersama batin Advait yang rasanya ingin mencak-mencak.
"Selain Akira ada?"
"Memangnya kenapa Akira?"
Advait garuk-garuk kepala. "Mereka tak akan cocok, menurutku."
"Iya juga sih..." lirih Sona setuju. "Akira terlalu pemberani untuk Arthur yang anak mami."
"Nah kan, tak cocok..." Advait tersenyum penuh kemenangan.
"Aku punya teman, dia punya jiwa keibuan yang tinggi. Ku rasa Arthur lebih cocok dengan gadis yang punya jiwa keibuan ini. Mau ku kenalkan?" Sona punya beberapa kandidat dikepalanya, akan tetapi salah satu gadis ini mungkin cocok dengan sifat Arthur.
"Siapa namanya?"
"Kiran Lalisa... Dia adik temanku, walaupun usianya masih 19 tahun. Namun jiwa keibuannya sangat besar."
"Namanya juga cantik." Advait semakin kegirangan--ini akan cocok dengan Arthur. "Kita harus membahas ini lebih lanjut nanti. Jadi save nomer ku ya? Ini nomernya." katanya dengan penuh semangat.
Sona tersenyum malu-malu. "Aku akan save." gadis itu pun segera menyimpan nomer telepon Advait dengan nama; Mas Ganteng.
---
"Bagaimana kalian bisa berteman?" tanya Vikram ramah--jelas karena ada gadis manis seperti Ayana.
"Kami sering satu kelas, jadi lebih baik berteman saja ya kan?" balas Ayana tak kalah ramah.
Arsen sendiri memilih memasang wajah kesalnya--entah mengapa ia merasa sangat badmood, padahal sebelumnya ia merasa baik-baik saja. Apa jangan-jangan karena bertemu Vikram ya? Menyebalkan memang.
"Sepertinya kau banyak penggemarnya, ya?" tanya Ayana dengan canggung. Sebelum datang kesini, gadis itu melihat-lihat akun Instagram milik Vikram--rupanya followers nya sangat banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Brother
RandomArthur selalu menjadi penggemar beratnya Akira selama masa di sekolah. Gadis itu pemberani, galak dan menggemaskan--ia selalu mempunyai ide cemerlang di otaknya yang membuat Arthur sangat-sangat menyukainya. Namun pemuda itu tak pernah berani menyat...