🌻 07 🌻

293 36 1
                                    

Pagi itu, mentari baru saja terbit, memancarkan sinarnya yang hangat dan lembut. Dohoon berdiri di halaman belakang rumahnya, di depan deretan bunga matahari yang mereka tanam bersama Shinyu kala itu. Bunga-bunga itu tumbuh tinggi, dengan kelopak kuning cerah yang seolah-olah tersenyum pada dunia.

Dohoon mengusap kelopak salah satu bunga matahari dengan lembut, seolah-olah menyentuh kenangan yang tak tergantikan. "Selamat pagi, Shinyu," bisiknya, suaranya nyaris tenggelam dalam keheningan pagi. "Aku harap kamu baik-baik saja di sana."

Ia menghela napas panjang, merasakan udara pagi yang segar memenuhi paru-parunya. "Banyak hal yang terjadi sejak terakhir kali aku bicara denganmu. Ada seorang anak baru di sekolah, namanya Junghwan. Dia... sangat mirip denganmu, Shinyu. Bukan hanya wajahnya, tapi juga senyumannya. Setiap kali aku melihatnya, aku merasa seperti melihat bayanganmu."

Dohoon menunduk, matanya mulai berkaca-kaca. "Aku tahu ini mungkin aneh, tapi aku sering kali merasa ingin melindungi Junghwan, seperti aku pernah melindungimu. Dia sangat berbakat dalam berlari, tapi akhir-akhir ini dia mengalami banyak kesulitan. Kemarin dia cedera, dan itu membuatku sangat khawatir."

Dohoon tersenyum pahit, mengingat betapa seringnya dia dan Shinyu berbagi cerita di tempat yang sama ini. "Kadang-kadang aku berharap kamu masih di sini, Shinyu. Aku merindukan suaramu, tawa kecilmu, dan cara kamu selalu tahu bagaimana membuat hari-hariku lebih cerah."

Matanya menatap ke langit, seolah mencari jawaban di antara awan-awan yang bergerak pelan. "Junghwan berbeda darimu, Shinyu. Dia lebih keras kepala dan terkadang sulit didekati. Tapi, aku melihat sesuatu dalam dirinya yang mengingatkanku pada dirimu. Mungkin itulah mengapa aku begitu ingin berada di sisinya."

Dohoon mengusap air mata yang mulai mengalir di pipinya. "Aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan selalu ada untuk Junghwan, seperti aku berjanji untuk selalu ada untukmu. Aku hanya berharap dia bisa melihat niat baikku dan menerima bantuanku."

Ia terdiam sejenak, membiarkan angin pagi membawa suara gemerisik daun dan kicauan burung sebagai latar belakang. "Kadang aku berpikir, apakah kamu yang mengirim Junghwan kepadaku? Apakah ini caramu memberi tahu bahwa aku tidak sendirian?"

Senyumnya kembali, kali ini lebih tulus. "Terima kasih, Shinyu, untuk semua kenangan yang indah. Aku akan terus merawat bunga matahari ini, seperti aku akan terus merawat kenangan kita. Dan aku akan mencoba yang terbaik untuk membantu Junghwan menemukan kebahagiaannya, seperti kamu selalu membantuku menemukan kebahagiaan."

Dohoon menunduk, memberikan ciuman lembut pada salah satu kelopak bunga matahari. "Sampai kita bertemu lagi, Shinyu. Aku akan selalu merindukanmu."

Ia berdiri kembali, menghela napas dalam-dalam dan merasakan ketenangan meresap dalam hatinya. Dengan langkah ringan, Dohoon meninggalkan taman, membawa serta kenangan manis bersama Shinyu dan harapan baru yang tumbuh bersama Junghwan.

•••

Pagi yang cerah di lapangan sekolah. Sinar matahari yang hangat menyinari lintasan lari, membuat segala sesuatu tampak bersinar. Dohoon berdiri di tepi lintasan dengan wajah yang penuh antusiasme dan sedikit kecemasan. Di sebelahnya, Junghwan, dengan seragam olahraganya yang rapi, memberikan beberapa instruksi dasar.

"Baiklah, Dohoon," kata Junghwan, mencoba menahan senyum. "Pertama-tama, kamu harus fokus pada postur tubuhmu. Punggung lurus, bahu rileks, dan lengan harus bergerak dengan ritme yang baik."

Dohoon mengangguk serius, mencoba meniru postur Junghwan. "Seperti ini?" tanyanya, menggerakkan lengannya dengan canggung.

Junghwan menahan tawa. "Hampir, tapi jangan kaku seperti robot. Cobalah lebih santai."

[✓] BUNGA MATAHARI 🌻| DOSHIN ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang