Chapter ①

686 31 5
                                    

Halooooo minna-sannnn

Aku ucapkan terimakasih sudah mampir ke ff buatan aku

Kali ini aku membuat ff sesuai ideku

Bakugoxfemdeku

Anda penasaran??

Yuk dibacaaa yuk!!!

🪽🪽🪽


"Deku-kun..."

"SIALAN!! KAU PIKIR AKU AKAN MENERIMA PERASAAN BODOHMU?!!"
Mata crimson itu menyala penuh kemarahan. Sebuah buku lusuh dengan noda hitam tergenggam erat di tangannya, seperti memegang dunia yang hancur.

"TIDAK PEDULI SEBERAPA LAMA KAU MENYUKAIKU!! KAU TIDAK AKAN PERNAH MENJADI PACARKU!! CAMKAN ITU, DASAR SIALAN!!"
Beberapa helaian kertas beterbangan, bertebaran di lantai, seolah mengikuti irama amarah yang meledak begitu saja. Buku berjudul Analisis Pahlawan untuk Masa Depan itu diledakkan tepat di depannya, jatuh ke tanah dengan gerakan lambat, seperti waktu yang terhenti sejenak.

Air mata yang sudah sejak tadi ia tahan akhirnya mengalir deras, tak bisa lagi dibendung. Perasaan yang dipendam begitu lama kini keluar begitu saja, namun tanpa cara yang semestinya. Izuku merasa seolah dunia runtuh di sekitarnya, saat perasaan yang sudah lama ia simpan terbuka lebar dan diterima dengan amarah.

Izuku selalu berpikir bahwa suatu saat Bakugo akan mengerti. Namun, kenyataan berkata lain. Si pendek Mineta, yang tak tahu apa-apa, justru mengungkapkan semuanya dengan ceroboh.

"Bakugo, kau tidak seharusnya berkata seperti itu padanya... Perasaan seseorang tidak bisa dipaksakan," ujar Iida sambil membetulkan letak kacamatanya yang hampir jatuh. Nada suaranya tegas, namun ada rasa kecewa yang mendalam.

Midoriya hanya terdiam di kursinya, menatap buku yang kini tergeletak di bawah kaki Bakugo. Kepalanya dipenuhi berbagai pikiran yang tak terungkapkan. Ia tak pernah membayangkan akan ditolak sekeras itu, bahkan oleh orang yang begitu ia kagumi.

Bukan salahnya jika perasaan yang ia simpan bertahun-tahun akhirnya diketahui oleh semua orang di kelas. Perasaan itu bukan untuk dipamerkan, tapi untuk dijaga dalam hati. Namun, sekarang semuanya terbuka begitu saja, tanpa ia bisa mengendalikan apapun.

Bakugo tersenyum sinis, tatapannya tajam dan penuh rasa kebencian. "Aku tidak akan pernah menyukaimu! Sampai kapan pun! Kau sungguh tidak tahu diri!" Ucapannya terdengar seperti petir yang mengoyak udara.

Seluruh teman sekelas melongo, tak percaya dengan ucapan Bakugo. Mereka tahu betapa kerasnya Bakugo, tapi kata-kata itu terasa lebih tajam dari biasanya.

"Souka... Arigatou, Bakugo Katsuki," ucap Izuku dengan suara yang bergetar, penuh kesedihan. Setiap kata yang keluar dari mulutnya terasa seperti ada ratusan pisau yang menancap di hatinya. Nama "Kacchan" yang dulu selalu ia sebut dengan penuh kasih, kini berganti menjadi "Bakugo Katsuki" yang penuh kebencian.

Apakah ia tidak akan mendengar nama itu lagi? Apakah ia tidak akan pernah bisa kembali seperti dulu? Semua pertanyaan itu berputar-putar dalam benaknya.

Izuku berdiri dengan perlahan, meninggalkan kelas tanpa sepatah kata. Langkahnya terasa berat, seolah setiap inci jaraknya dengan Bakugo menambah rasa sakit di dalam hatinya. Rasa kecewa dan sakit sudah terlalu besar untuk ia tahan. Daripada tetap berada di kelas dengan suasana yang tidak kondusif, lebih baik ia pergi untuk mencari ketenangan.

Ia memilih untuk pergi ke UKS. Walaupun bolos pelajaran bukan hal yang baik, tapi sebagai murid teladan, ia merasa bahwa tubuh dan emosinya lebih penting untuk dijaga saat itu. Ia perlu waktu untuk menenangkan diri, agar bisa kembali menghadapi kenyataan yang menyakitkan.

"Midoriya-shoujo, kau tidak apa-apa? Apa yang terjadi, Nak?" suara lembut All Might terdengar, penuh perhatian.

Dengan suara serak, Izuku menjawab, "Daijoubu desu... All Might, saya izin ke UKS. Saya merasa kurang enak badan."

All Might mengangguk, lalu mengantarnya ke UKS. Setelah itu, ia bergegas kembali ke kelas 1-A, meninggalkan Izuku yang kini duduk dengan hati yang hancur.

---

Di kelas, suasana terasa lebih berat dari sebelumnya.

"Perkataanmu sangat menusuk, kau tahu, Bakugo," ujar Kirishima dengan nada kesal, melangkah maju dengan tatapan marah. "Kalau kau memang tidak menyukainya, kau bisa menolaknya dengan cara yang lebih baik, lebih menghargai perasaan orang lain!"

"Deku-kun pasti sangat terluka..." kata Uraraka dengan suara pelan, terlihat cemas.

Iida mengangguk setuju. "Aku harap manusia ledakan itu tidak mendekati Midoriya lagi. Kau bisa melihat betapa dia terluka dari ekspresinya."

Todoroki, yang sejak tadi diam, tampak menatap ke arah tempat duduk Izuku dengan raut wajah yang peduli. Dia mungkin tidak banyak bicara, tetapi semua orang tahu bahwa dia juga merasakan hal yang sama. Seluruh kelas sudah tahu tentang hubungan segitiga ini.

Bakugo, yang biasanya tak peduli dengan ucapan orang lain, kali ini hanya terdiam. Ia tidak bisa mengabaikan tatapan kecewa Izuku yang terus menghantuinya. Wajah Izuku yang penuh tangis dan kebingungan itu terus terbayang di benaknya, membuat hatinya terasa semakin sesak.

Buku dan helaian kertas yang ia robek tadi, kini ia kumpulkan dengan perlahan. Pandangannya penuh arti, seperti mencoba mencari jawaban atas kekacauan yang ia buat.

Tiba-tiba, suara All Might memecah keheningan.
"Watashi ga kita!"
Namun, ekspresinya serius. "Saya tadi bertemu Nak Midoriya di lorong dekat UKS. Apa yang terjadi padanya? Kuharap kamu, Nak Bakugo, tidak membuat ulah lagi."

Nama Bakugo disebut langsung oleh All Might. Semua mata tertuju padanya. Ia hanya menatap pria itu, dengan tatapan yang penuh pertanyaan, seolah ingin tahu, "Apakah dia baik-baik saja?"

Seolah mengerti, All Might menjawab dengan tatapan tajam. "Menurutmu bagaimana, Nak Bakugo?"

Apakah ini pesan dari hati ke hati? Bakugo tidak tahu. Tapi satu hal pasti, ia merasa ada yang tidak beres di dalam dirinya. Sebuah rasa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

🌱
Tobecontinued
Chapter 1 end!

[Revisi] From Child to Love ||BakuDeku|| Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang