"Ck, katakan saja kalau kau merindukannya, Baku-bro! Kau lesu sekali hari ini," sela Kirishima saat melihat Bakugo menatap Izuku dari kejauhan, sambil menghela napas panjang.
Pulpen yang digenggam Bakugo terjatuh ke meja, matanya menatap tajam ke arah si rambut merah. "Apa tadi?! Kau cari mati, hah?!" geramnya. Sorot mata Bakugo menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan meledak sebentar lagi.
Kaminari, yang duduk tak jauh dari sana, hanya bisa menahan tawanya sambil memandangi situasi tersebut. "Tenang, tenang. Mengungkapkan perasaan atau tidak itu urusan belakangan, Eiji-kun. Yang penting dia sadar kalau dia suka sama Deku," ucapnya santai sambil menyenggol Kirishima.
Bakugo terdiam sesaat. Kata-kata Kaminari terus terngiang di kepalanya. "Perasaan?" gumamnya dalam hati.
Kenyataan bahwa perasaannya terhadap Izuku sudah terbongkar oleh teman-temannya membuat wajahnya memanas. Sialnya, mereka benar-benar tahu segalanya, mulai dari rasa sayangnya, kekagumannya, hingga cintanya pada Izuku. Apalagi setelah insiden waktu ia menjadi kecil, di mana ia secara tidak sadar menunjukkan sisi manisnya pada Deku.
"Apa-apaan kalian, sialan!" seru Bakugo, membanting meja kecil di depannya. Tas yang berada di ujung meja pun ikut jatuh, memperlihatkan isinya.
Sebuah buku kecil berwarna pink muncul di antara barang-barang lainnya.
Mina, yang kebetulan melihat buku itu, langsung memungutnya. "Eh? Apa ini, Bakubro?" tanyanya penasaran. Tanpa pikir panjang, ia membuka buku tersebut. Halaman pertama yang ia lihat adalah foto Izuku yang ditempel rapi di sana, dengan tulisan tangan di sebelahnya:
"Asmara ini abadi, walau tak terbalaskan."
Mina terdiam sejenak, lalu menggeleng dengan tatapan jahil. "Kenapa kau tidak bilang saja pada Deku? Bukannya kemarin kau begitu lengket dengannya waktu kau masih kecil? Aku masih punya videonya, loh!"
Mendengar itu, wajah Bakugo memerah seketika. "Jangan bawa-bawa yang kemarin, sialan!" teriaknya, menyangkal sambil merebut buku tersebut dari tangan Mina.
"Aish, Bakubro... Kau benar-benar suka sama Midoriya!" ejek Kaminari sambil tertawa.
Namun sebelum Bakugo sempat membalas, pintu kelas terbuka dengan suara keras.
"Selamat pagi. Semua kembali ke tempat masing-masing, jangan membuat kerjaanku bertambah sulit."
Suara monoton Aizawa membuat suasana kelas kembali tenang. Ia masuk dengan kantung mata yang semakin jelas terlihat, membawa tas dan beberapa dokumen.
"Baiklah, sebelum kita mulai pelajaran, mari sambut siswa baru kita."
Pintu kembali terbuka, menampilkan seorang gadis berambut pirang panjang, mengenakan sweater kuning yang terlihat hangat. Ia melangkah masuk dengan percaya diri dan tersenyum ke arah kelas.
"Ohayo, minna-san. Aku Yui Akada, dari Amerisya Usyara! Senang bertemu dengan kalian semua!"
Kelas langsung hening.
Krik... Krik... Krik...
Tiba-tiba, Mina melompat dari kursinya. "Waaa! Kamu manis sekali! Kyaaa, kita punya teman cewek baru!" serunya girang, membuat suasana kelas jadi lebih ramai.
"Cewek, bro! Cewek!" Kaminari menimpali dengan antusias.
Aizawa menghela napas panjang. "Baiklah, habiskan waktu kalian untuk kenalan. Aku mau tidur." Setelah berkata demikian, ia berdiri di sudut ruangan dan langsung memejamkan mata, meninggalkan para siswa dengan siswa baru itu.
"Nee, Yui-chan! Aku Kaminari Denki, cowok terganteng di kelas ini," ujar Kaminari sambil menjabat tangan Yui.
Kirishima mendorong Kaminari ke samping. "Ah, abaikan dia. Aku Kirishima Eijiro. Salam kenal!"
Yui tersenyum sopan, memperkenalkan diri pada siswa lainnya. Saat giliran Bakugo dan Izuku disebut, suasana kelas menjadi lebih tenang.
"Dekat jendela itu Midoriya Izuku, si rambut hijau yang sangat manis dan pemalu. Nah, yang di depannya adalah Bakugo Katsuki, calon pawang Midoriya!" celetuk Mina sambil terkekeh.
Yui hanya mengangguk sambil menatap dua orang yang disebut itu. Saat melewati Izuku, ia tersenyum. Namun, Yui hanya memberikan tatapan dingin sebagai balasannya.
Izuku, dengan sifatnya yang terlalu positif, hanya membalas dengan senyum ramah tanpa menyadari ada sesuatu yang aneh.
---
Waktu istirahat tiba.
Bakugo, yang sejak tadi sibuk merencanakan sesuatu, akhirnya memutuskan untuk memberikan bento buatannya kepada Izuku. Namun, ia sudah memutuskan untuk berbohong jika ditanya. "Bilang saja aku beli. Itu lebih aman." pikirnya.
Namun, sebelum ia sempat mendekati Izuku, suara ceria yang tiba-tiba datang menghentikannya.
"Kacchan!"
Kelas mendadak hening. Semua yang mendengar nama panggilan itu langsung menoleh ke arah gadis pirang yang baru saja memanggil Bakugo dengan nada riang.
Bakugo berbalik dengan ekspresi tak percaya. "Apa yang kau panggil barusan?!" tanyanya, menatap tajam ke arah Yui.
Yui hanya tersenyum lembut, menyibakkan rambutnya ke belakang telinga. "Aku dengar si rambut hijau itu memanggilmu 'Kacchan'. Kupikir itu lucu. Jadi, bolehkah aku memanggilmu begitu juga?"
Suasana langsung berubah tegang. Bakugo, yang merasa nama itu terlalu pribadi, langsung menoleh ke arah Izuku untuk melihat reaksinya. Namun, alih-alih marah, Izuku terlihat sedikit sedih.
Bakugo kembali menatap Yui dengan tajam. "Dengar, jangan pernah memanggilku dengan sebutan menjijikkan itu lagi!" serunya, suaranya penuh dengan amarah yang ia tahan.
Semua siswa yang mendengar hanya bisa terdiam, tak berani berkata apa-apa. Bahkan Mineta, yang sedang makan camilan, menjatuhkan makanannya ke lantai.
Hawa di dalam kelas berubah drastis. Yui hanya tertawa kecil, sementara Bakugo terlihat semakin kesal, meski ia belum sepenuhnya menyadari apa yang sebenarnya sedang terjadi.
❤️🔥
To be continued
Chapter 8 end?
KAMU SEDANG MEMBACA
[Revisi] From Child to Love ||BakuDeku||
ContoBakugo terkena satu quirk dari salah satu anggota villain. Teman-teman sekelasnya sedang berusaha mencari penawar nya, Izuku Midoriya akan bertanggungjawab atas bakugo dan menjaganya. mampukah kisah cinta merekaa timbul kembali?? ⚠️Disini Midoriya...