chapter③

406 31 0
                                    

Pagi itu, matahari bersinar cerah, memberikan sinar keemasan yang menerangi seluruh lingkungan. Angin berhembus pelan, menari bersama dedaunan yang bergoyang mengikuti alunan angin. Suasana pagi tetap dingin, seperti biasa, dan begitulah pagi hari di hari-hari sekolah. Seperti halnya Izuku, yang sudah siap berangkat meski kemarin ia tidak hadir di sekolah.

Izuku tidak masuk bukan hanya karena ada masalah pribadi, tetapi juga karena ibunya yang tercinta harus pergi untuk mengurus suatu urusan di daerah yang cukup jauh. Tentu saja, Izuku harus ikut pergi bersama ibunya.

Lorong sekolah sudah mulai sepi, dan siswa-siswi lainnya tampak memasuki kelas mereka masing-masing. Di ujung lorong, terlihat papan tanda bertuliskan Kelas 1A.

Namun, entah mengapa, sejak tadi Izuku merasa ada yang aneh. Pikiran yang terus mengganggunya membuat jantungnya berdetak lebih cepat, seolah ingin keluar. Meski begitu, ia terus melangkah menuju kelasnya dengan langkah yang sedikit lebih cepat dari biasanya.

"Sreettt!"

Pintu kelas terbuka, dan seketika semua mata tertuju padanya. Beberapa suara terdengar serentak.

"Midoriyaaaa/Deku-kunnn!!"

Para gadis mulai mendekatinya dengan penuh kekhawatiran.

"Deku-kunnn, kau tidak apa-apa???"

"Kenapa kau menghilang kemarin? Tidak biasanya kau tidak memberi kabar!"

"Apa yang terjadi???"

Izuku hanya bisa tertawa kecil, menyadari bahwa teman-temannya pasti khawatir karena ketidakhadirannya kemarin. Meskipun hanya sehari, mereka tampak begitu cemas. Siapa yang tidak heran atau khawatir? Izuku, yang dikenal sebagai 'malaikat hijau' di kelas, memang selalu menjadi penyemangat. Tidak hanya dia, namun seluruh kelas merasa kehilangan ketika Izuku tidak ada.

Namun, Izuku sudah dikenal sebagai anak yang selalu memendam perasaan dan tidak pernah mengungkapkan kesedihannya. Dengan sifat ramah dan sopan santun yang dimilikinya, ia pun dikelilingi banyak teman. Belum lagi kepintarannya yang setara dengan Momo Yaoyorozu, membuatnya menjadi pusat perhatian.

"Ha'i minna-sann! Daijoubu, kemarin saya dan okaasan ada urusan di luar kota, hehe." Izuku menggaruk tengkuknya dengan santai, mencoba menghibur teman-temannya.

Mereka menghela napas lega. "Ah, aku kira karena masalah itu yang kemarinn.... Oh iya mido-chan... Ku harap Kau tidak terlalu terkejut, ya?"

Setelah ucapan Ashido selesai, teman-temannya mulai membuka jalan untuk memperlihatkan sesuatu yang mengejutkan Izuku.

Tiba-tiba, seorang anak kecil-yang tak lain adalah Bakugo-berlari dan langsung memeluk kaki Izuku.

Izuku terkejut. Ia terdiam sejenak, mencoba mencerna apa yang terjadi. "Kau adalah Deku? Kenapa... kau sudah besar?"

Izuku merasa terkejut dan kebingungan, melihat anak kecil di depannya. "Hah??? Kacchan??? Kau... kecil???"

Teman-temannya mengerti bahwa ini pasti sangat sulit bagi Izuku untuk menerima kenyataan yang tak terduga ini.

"AHH... PADAHAL HIKSS... KAU SUDAH JANJI HIKSSS...!" Tangis Bakugo pecah, suaranya menggema di lorong kelas.

Izuku mencoba mengingat-ingat janji apa yang mungkin telah ia buat dengan Bakugo, namun ia bahkan sudah lupa.

Bakugo memang selalu menempel pada Izuku sejak kecil, tak peduli saat Izuku mandi atau bahkan sedang buang air besar. Selalu ada Bakugo yang menunggu di sana.

Izuku tersenyum kecil mengingat kenangan masa kecil itu, dan menyadari bahwa Aizawa mungkin akan meminta dirinya untuk menjaga Bakugo kecil ini untuk sementara waktu.

Tentu saja, Izuku menyetujui hal itu tanpa ragu. Apalagi, mengingat masalah yang terjadi kemarin, yang membuat teman-temannya salah paham dan mengira Izuku tidak masuk sekolah karena cintanya yang ditolak. Ternyata, itu semua bukan alasan sebenarnya.

Izuku memilih untuk tidak membahas hal itu lebih lanjut kepada teman-temannya. Meskipun ada urusan pribadi, ia tidak ingin membebani teman-temannya dengan penjelasan panjang lebar.

---

Asrama.

"Ne, Midoriya! Apa nanti Bakugo tidur bersamamu?" tanya Mineta dengan nada menggoda, merasa kesal melihat Bakugo yang sudah berbaring di dada Izuku.

"Plak!" Tiba-tiba Yaoyorozu menyela, bisa menebak apa yang ada dalam pikiran Mineta. "Tentu saja, Mineta. Ah, semoga kepalamu segera sembuh." Jiro pun ikut menambahkan sambil tersenyum lebar.

Izuku menghela napas. "Kacchan memang sudah seperti ini sejak kecil... Dia suka sekali mengganggu aku."

Teman-temannya mulai penasaran dan mendekat. Mereka mulai kehilangan minat pada siaran televisi. "Eh, kalian teman masa kecil, kan? Ceritakan dong, Midoriya-kun!" sindir Kaminari dengan nada nakal.

Izuku tertawa kecil dan mulai menceritakan kisah masa kecil mereka. Memang sulit untuk menjaga Bakugo yang kecil ini, namun hanya Izuku yang mampu menenangkan dan mengendalikan Bakugo kecil agar tidak membuat onar.

"Gemes banget! Pantas saja Izuku-kun suka sama Bakugo!"

"Ya, sifatnya aja udah bar-bar banget ternyata!" celetuk Kirishima dengan senyum lebar.

"Tapi, sifatnya tidak cocok!" tambah Todoroki, tampak tak puas dengan komentar Kirishima.

Beberapa teman tersenyum melihat kekonyolan di antara mereka.

Waktu tidur pun tiba. Izuku membawa Bakugo yang sedang tertidur itu ke kamarnya. Teman-temannya tidak mempermasalahkan hal itu karena mereka tahu Bakugo akan merasa lebih nyaman berada di dekat Izuku.

Setelah semua orang masuk kamar masing-masing, Izuku pun mengunci pintunya dan meletakkan Bakugo di kasurnya.

"Wajah Kacchan tidak berubah ya..." Izuku mengusap rambut Bakugo sambil tersenyum. "Mungkin jika quirk ini hilang, kau akan melupakan aku dan menjauh. Tapi untuk sementara, aku akan menjagamu, Kacchan." Izuku mencium pipi Bakugo yang terlihat lucu itu dengan lembut. "Selamat malam, Kacchan."

Namun, ada sesuatu yang tak diketahui Izuku. Saat tidur, kita memang tertidur, namun untuk Bakugo kecil, situasinya berbeda. Dua kepribadian yang ada dalam tubuh anak kecil ini mulai sadar. Bakugo bangun dan langsung memeluk Izuku. Meskipun tubuhnya kecil, setiap perkataan dan pandangannya tetap tersimpan dalam ingatan Bakugo.

'Ck! Kau tunggu saja! Aku juga akan menjagamu nanti!' batin Bakugo kecil dalam hati.

🪈
To be continued
Chapter 3 end!

[Revisi] From Child to Love ||BakuDeku|| Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang