"Maksudnya?"
"Maaf, Nak Midoriya... sepertinya Nak Bakugo..."
---
Lorong sekolah terlihat sepi. Hanya suara langkah kaki Izuku yang terdengar di sana, bergema lembut sepanjang koridor yang kosong. Tampaknya, hanya dirinya yang masih berada di sekolah. Langkahnya perlahan, seolah menggambarkan beratnya hati yang sedang ia rasakan.
Mood-nya benar-benar berantakan. Perasaan sedih, senang, kecewa, dan takut kehilangan bercampur menjadi satu dalam pikirannya. Meski ia ingin bersikap kuat, ia tak bisa mengabaikan kenyataan yang telah terjadi.
Saat tiba di depan gerbang sekolah, hujan turun tiba-tiba, mengguyur tubuhnya tanpa ampun. Hujan itu seolah memahami isi hatinya yang kini tengah kacau. Rasa dingin menyentuh kulitnya, tetapi ia tidak peduli.
"Aku tidak bisa mengungkapkan ini kepada teman-temanku... Mereka dekat dengan Kacchan, dan aku tidak ingin melukai mereka. Namun, aku tahu... aku yang akan paling terluka nanti."
Langkah kakinya terus berjalan menembus hujan, menginjak genangan air yang memantulkan wajahnya yang sendu. Pandangannya terfokus ke bawah, menatap genangan itu yang menampilkan dirinya sebagai sosok yang sedih dan penuh kekhawatiran. Ia tak menyangka semuanya akan berakhir seperti ini.
---
Sesampainya di asrama, tubuhnya basah kuyup. Tetesan air terus mengalir dari rambut, pakaian, hingga sepatu yang ia kenakan, membasahi lantai tempat ia berpijak.
Pintu asrama terbuka. Sosok yang muncul adalah Uraraka, sahabat terdekatnya, yang membawa handuk di tangannya. "Deku-kun... Kau tidak apa-apa?" tanyanya dengan nada khawatir.
Melihat wajah Izuku yang tampak sangat berbeda dari biasanya, Uraraka segera mengerti bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi. Tanpa menunggu jawaban, Izuku tiba-tiba menangis. Air mata mengalir deras di pipinya, dan ia langsung memeluk Uraraka, mencari pelukan hangat yang bisa meredakan hatinya.
Uraraka membalas pelukan itu erat, tanpa memedulikan tubuhnya yang ikut basah terkena air hujan dari tubuh Izuku. "Ceritakan, Deku-kun... Apa yang terjadi? Aku di sini," ucapnya lembut, mencoba menenangkan Izuku yang terisak dalam pelukannya.
Dengan suara yang terputus-putus, Izuku hanya mampu menyebut satu nama. "Kacchan... Hikss... Kacchan..."
---
Setelah mandi air hangat dan mengganti pakaian kering, Izuku duduk di salah satu kursi ruang tengah asrama sambil menggenggam secangkir cokelat panas. Ia menyeruputnya perlahan, berharap kehangatan dari minuman itu bisa sedikit menenangkan perasaannya.
Di sebelahnya, Uraraka dan Iida duduk sambil mencoba menghiburnya. Sementara itu, Tsuyu duduk di depannya, menatap Izuku dengan ekspresi penuh perhatian. Ketiga temannya terlihat khawatir, tetapi mereka tetap sabar menunggu Izuku bercerita.
"Bukankah ini seharusnya menjadi hal yang baik untuk Kacchan? Tapi kenapa Deku terlihat sangat sedih?" pikir mereka bertiga.
Melihat Izuku masih diam, mereka mulai membuka pembicaraan dengan hati-hati, berusaha memberikan semangat kepadanya. Suasana yang awalnya tegang perlahan menjadi lebih nyaman.
Namun, suasana berubah ketika terdengar derap langkah kecil mendekat. Bakugo kecil muncul dengan mengenakan baju dinosaurus hijau yang dijahit khusus oleh Izuku beberapa waktu lalu. Senyumnya yang cerah tampak lucu dan menggemaskan saat ia berjalan cepat ke arah Izuku.
Ketika Bakugo kecil melihat wajah Izuku yang terlihat habis menangis, ekspresinya berubah panik. Ia segera memegang wajah Izuku dengan kedua tangannya yang kecil, seolah ingin bertanya apa yang telah terjadi.
Melihat itu, Izuku tersenyum kecil. Bakugo kecil benar-benar terlihat lucu ketika panik, apalagi dengan baju dinosaurus buatan tangannya sendiri. Rasa hangat perlahan merayapi hati Izuku, menghapus sedikit demi sedikit kesedihannya.
---
Sore itu, Izuku menghabiskan waktu bersama Bakugo kecil di kamarnya. Mereka bermain bersama dengan ditemani Uraraka, Iida, dan Tsuyu. Gelak tawa dan canda mengisi ruangan, membuat suasana yang tadinya suram berubah menjadi penuh keceriaan.
Namun, ketika waktu menunjukkan malam, Bakugo kecil mulai mengantuk. Ia menguap kecil, lalu bersandar pada Izuku. Tetapi, ada kegelisahan yang tersirat dari gerakannya.
"Jika aku tertidur... waktu bersama Deku akan berakhir," pikir Bakugo kecil dalam hatinya.
Izuku menyadari hal itu. Ia tersenyum lembut, mengelus rambut Bakugo kecil dengan penuh kasih sayang. "Istirahatlah, Kacchan. Aku masih di sini."
Bakugo kecil akhirnya tertidur pulas di pangkuan Izuku. Dalam keheningan itu, Izuku menatap wajahnya dengan lembut, lalu berbisik pelan, "Terima kasih telah membuatku merasa lebih baik, Kacchan..."
Malam itu, Izuku menyadari bahwa meski situasi sulit sekalipun, ada hal-hal kecil yang mampu mengobati luka di hatinya.
🪺🪺
To be continued
chapter 7 end!
KAMU SEDANG MEMBACA
[Revisi] From Child to Love ||BakuDeku||
KurzgeschichtenBakugo terkena satu quirk dari salah satu anggota villain. Teman-teman sekelasnya sedang berusaha mencari penawar nya, Izuku Midoriya akan bertanggungjawab atas bakugo dan menjaganya. mampukah kisah cinta merekaa timbul kembali?? ⚠️Disini Midoriya...