chapter ①③

36 4 3
                                    

🫏
🫏🫏

Malam itu terasa suram. Langit gelap seolah menekan bumi, hanya ditemani cahaya bulan pucat yang menyelinap di sela-sela awan tebal. Di dalam kamar asrama, Izuku duduk memeluk lutut di sudut tempat tidurnya. Hanya suara napas terisak yang terdengar dari dirinya. Matanya sembap, pipinya basah oleh air mata yang terus mengalir tanpa henti. Perutnya kosong, belum ada makanan yang ia sentuh sejak kejadian itu, tapi ia terlalu tenggelam dalam kesedihan untuk peduli.

Dengan suara bergetar, ia berbisik pada dirinya sendiri, “Kenapa… kenapa ini terjadi lagi? Aku nggak pernah nyakitin siapa pun… tapi… kenapa aku selalu jadi yang disalahkan?”

Pikiran Izuku terlempar ke beberapa jam sebelumnya, saat kejadian itu terjadi di kelas.

Flashback

Setelah mendengar keributan dari ruang kelas, Aizawa-sensei dan All Might segera datang, dipanggil oleh laporan dari ketua kelas, Iida. Begitu masuk ke ruangan, mereka mendapati Yui menangis histeris, wajahnya basah oleh air mata, dengan luka kecil di pipinya. Di sisi lain, Izuku duduk gemetar di sudut ruangan, tubuhnya bergetar, dan tatapannya kosong, seperti hilang di dunianya sendiri.

“Sensei! Izuku menyerang aku,” teriak Yui sambil menunjuk Izuku. Suaranya parau, namun penuh keyakinan. “Dia… dia nggak seperti biasanya. Aku cuma ingin membantu, tapi dia malah melukai aku.”

Semua tatapan beralih ke Izuku, yang hanya bisa menunduk, terlalu panik untuk membalas atau membela diri. Kata-kata Yui terus meluncur, menambahkan detail demi detail kebohongan, hingga menciptakan cerita yang tampak meyakinkan. Setiap kata seperti duri yang menusuk hati Izuku lebih dalam. Dia ingin berbicara, ingin menjelaskan, tapi suaranya hilang, tertelan oleh ketakutannya sendiri.

“Midoriya,” suara Aizawa-sensei memecah suasana tegang. “Kau ada di sana saat ini terjadi. Apa yang sebenarnya terjadi?”

Izuku hanya menggeleng pelan, air mata menetes di pipinya, tapi tetap tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya.

Melihat keadaan itu, Aizawa-sensei memutuskan untuk mengecek CCTV di sekitar kelas. Namun, begitu rekaman diputar, yang terlihat adalah rekaman yang menunjukkan Izuku menghampiri Yui dengan wajah penuh amarah, sebelum tiba-tiba menyerangnya.

Izuku tertegun, matanya melebar melihat rekaman itu. “Ini… ini nggak benar,” gumamnya pelan, suaranya nyaris tak terdengar. “Aku nggak pernah… aku nggak pernah melakukannya…”

Namun, rekaman itu terus berjalan, memperlihatkan detail yang tampak begitu nyata, meskipun Izuku tahu itu kebohongan. Villain telah menyabotase CCTV dengan rekaman yang sudah dimanipulasi, menjebaknya dengan sempurna.

Semakin lama ia melihat rekaman itu, semakin terpuruk dirinya. Pikirannya berputar-putar dalam kebingungan dan rasa sakit, seperti terjebak dalam mimpi buruk tanpa akhir.

End Flashback.

"Kenapa… kenapa mereka percaya ini?” isaknya lirih, memeluk lututnya lebih erat di kamar.

Malam semakin larut, tapi kesuraman di hati Izuku tak kunjung sirna. Kenangan itu terus menghantui, rasa tak berdaya melilitnya erat, seolah-olah dunia telah berbalik melawan dirinya.

Izuku terisak keras, punggungnya menempel pada dinding dingin di sudut kamar. Suara ancaman yang terus menghantui pikirannya kini menggema seperti ribuan suara yang saling bertumpuk. Dengan tangan gemetar, dia memeluk lututnya lebih erat, seolah mencoba menenangkan dirinya sendiri. Namun, ketika ia melonggarkan pelukannya, matanya terpaku pada pergelangan tangannya.

Ada goresan-goresan samar di sana, beberapa terlihat memerah. Jantungnya berdegup kencang, napasnya terhenti sejenak.

“Ini… kapan ini terjadi…? Aku nggak… nggak ingat…” bisiknya dengan suara bergetar.

Tiba-tiba, suara jeritan seorang anak kecil bergema di dalam kepalanya, tajam dan menyakitkan. Jeritan itu terdengar penuh rasa sakit, diiringi dengan suara tawa mengerikan yang menusuk telinga. Izuku menjerit keras, mencoba menutupi telinganya, namun jeritan itu semakin nyata.

Bayangan cipratan darah tiba-tiba muncul di wajahnya. Dia memegangi wajahnya, merasa jijik, panik, dan ketakutan.

"TIDAK! HENTIKAN! YAMERO!!!" teriaknya sekuat tenaga.

Dan semuanya lenyap. Jeritan itu hilang, darah itu menghilang, meninggalkan Izuku terengah-engah dengan tubuh yang bergetar. Dia memeluk dirinya sendiri, matanya kosong menatap lantai yang gelap.

Namun, di luar jendela kamar itu, seseorang telah memperhatikan Izuku cukup lama. Dabi berdiri di sana, memandang dengan ekspresi yang sulit ditebak. Mata birunya bersinar redup dalam kegelapan malam, namun ada sedikit rasa iba yang terlihat.

“Hah… Midoriya, kau benar-benar rusak ya…” gumamnya pelan, hampir seperti bisikan. “Orang sepertimu terlalu rapuh untuk dunia ini.”

Dabi menunduk sejenak, kemudian menyandarkan tubuhnya ke dinding luar. Meski tatapannya dingin, ada sedikit rasa bersalah yang terlihat samar di wajahnya.

Di sisi lain, langkah kaki mendekati pintu kamar Izuku. Seseorang berdiri di depan pintu, tangannya terangkat seolah hendak mengetuk. Namun, sebelum suara ketukan terdengar, orang itu menghentikan gerakannya. Ia menarik napas panjang, menundukkan kepala, lalu berbalik pergi.

Di dalam, Izuku tetap terduduk di sudut kamar, tenggelam dalam rasa takut dan trauma yang terus menghantuinya. Ia tidak sadar bahwa Dabi dan seseorang di luar pintu telah memperhatikannya. Malam itu menjadi saksi bagaimana Izuku perlahan tenggelam lebih dalam ke dalam kesedihannya.

Tbc.....
Ahhhh aku datanggggggg menjemput muuu izu channnn☹️😣

[Revisi] From Child to Love ||BakuDeku|| Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang