Jam menunjukkan pukul 08.00 pagi, ketika dua sejoli kembali terlibat dalam cekcok di pagi hari. Suasana yang awalnya tenang seketika berubah menjadi riuh oleh teriakan Bakugo kecil, yang terlihat marah setelah melihat Todoroki memegang tangan Izuku.Hari libur seperti ini seharusnya menjadi waktu istirahat bagi mereka semua, tetapi Bakugo kecil justru mengamuk tanpa henti. Penyebabnya? Todoroki menyatakan perasaannya kepada Izuku pagi itu. Sero, yang tidak sengaja menyaksikan kejadian tersebut, langsung melaporkannya kepada Bakugo kecil dengan antusias, tanpa menyadari konsekuensinya.
Bakugo kecil yang mendengar kabar itu sangat kesal. "Harusnya aku sedang bermain game di kamar Izuku!" gerutunya dalam hati. Namun, alih-alih menikmati waktu luangnya, ia malah harus menghadapi kabar yang membuat darahnya mendidih.
Tanpa pikir panjang, Bakugo kecil segera mencari Todoroki dan Izuku. Sesampainya di ruang tengah, ia langsung meledak-ledak. Pertengkaran antara Bakugo kecil dan Todoroki pun tak terhindarkan.
"Setelah apa yang kau katakan padanya kemarin, kau masih berani mengklaimnya sebagai milikmu?!" Todoroki menatap Bakugo kecil dengan kesal.
Bakugo kecil tidak tinggal diam. Ia segera melompat ke arah Izuku dan memeluknya erat, seolah menunjukkan bahwa Izuku adalah miliknya. Wajah kecilnya bersandar tepat di dada Izuku, membuat Izuku terdiam kaku. Wajah Izuku memerah seketika, sementara teman-teman mereka yang menyaksikan hanya bisa tertegun, beberapa bahkan sempat merekam kejadian itu.
"Bakugo ternyata suka sesuatu yang empuk, ya..." salah satu teman mereka berbisik sambil menahan tawa.
Mineta, yang mendengar bisikan itu, langsung berseru, "Ah, aku iri dengan Bakugo!"
Belum sempat ia melanjutkan, Uraraka langsung memukul kepalanya dengan kuat. "Jaga ucapanmu, Mineta!" bentaknya dengan nada kesal.
Sementara itu, di dalam hati kecilnya, Bakugo besar yang terjebak dalam tubuh kecil itu merasa sangat malu. "Sialan! Kenapa harus dadanya, sih?! Mana empuk lagi! Ah, apa yang sedang kupikirkan?!
Namun, suasana berubah ketika Bakugo kecil mulai terisak di dada Izuku. Tangisnya pecah saat ia mengingat bahwa sebelumnya ia sempat meledakkan salah satu buku milik Izuku karena terlalu marah.
Izuku berusaha menenangkan Bakugo kecil dan berkata jujur kepada Todoroki. "Todoroki, maaf........"
Mendengar pengakuan Izuku, Todoroki terdiam. Perasaan kecewa jelas terlihat di wajahnya, tetapi ia memilih untuk mengalah. Hatinya yang patah menjadi saksi bisu dari persaingan yang akhirnya ia relakan.
Dengan penuh semangat, Bakugo kecil langsung berteriak, "Yey! Kalah kau, Todoroki sialan!"
Ia bahkan meledakkan beberapa barang di sekelilingnya sambil tertawa seperti orang gila, menunjukkan kebahagiaan yang tak tertahankan. Teman-teman mereka hanya bisa menatap dengan peluh dingin.
"Bakugo kecil ini benar-benar acak dan sulit dipahami, ya," gumam Kirishima sambil menahan tawa.
---
Setelah kekacauan itu, Bakugo kecil menarik Izuku ke kamar dan memaksanya untuk tinggal bersamanya. "Kenapa aku harus hidup di tempat orang dewasa seperti ini? Kenapa aku punya kamar sendiri?" tanyanya dengan nada bingung.
Izuku dengan sabar menjelaskan semuanya. Mendengar penjelasan itu, Bakugo kecil perlahan mulai merasa nyaman dan beradaptasi dengan lingkungan barunya.
---
Malam itu, Izuku sedang membaca sebuah buku dongeng untuk Bakugo kecil. Rambut pendek bergelombang, mata hijau zamrud, serta bibir kecil berwarna merah muda milik Izuku terlihat begitu menarik di mata Bakugo kecil. Ia memperhatikan setiap kata yang keluar dari mulut Izuku dengan penuh perhatian.
Saat cerita dongeng itu selesai, Bakugo kecil menatap Izuku dengan takjub. "Deku..." panggilnya pelan, matanya terpaku pada rambut Izuku yang berkilau.
Izuku menutup buku itu dan menatap Bakugo kecil dengan lembut. "Apa yang terjadi, Kacchan? Kenapa kau menatapku seperti itu?"
Bakugo kecil menunjuk tangan Izuku yang terlihat terluka. "Apa yang terjadi pada tanganmu? Apa kau bermain api atau semacamnya?" tanyanya dengan nada khawatir.
Izuku tersenyum kecil. "Ah, kau tidak ingat, ya? Baiklah, Kacchan, aku akan menjelaskan. Ini semua karena quirk-ku. Aku terlalu banyak berlatih hingga kulitku sedikit berubah."
Bakugo kecil terkejut. "Heh? Kau... Deku? Kau punya quirk?!"
Izuku mengangguk pelan. "Benar. Bukannya kau pernah mengatakan bahwa aku tidak punya quirk, Kacchan?"
Bakugo kecil tampak tidak suka. "Ah, itu... Aku tidak tahu kalau kau ternyata bisa menjadi kuat..." gumamnya sambil menunduk.
Namun, tiba-tiba ia menangis. "Hiks... Deku! Kau sudah kuat, ya!" isaknya.
Izuku panik melihat Bakugo kecil menangis. Ia bingung harus berbuat apa. Tiba-tiba, Bakugo kecil memeluknya erat.
"Aku... Aku akan menjadi kuat juga! Aku akan melindungimu, Deku!" katanya dengan nada yang penuh tekad, meski air matanya masih mengalir.
---
Pada akhirnya, Bakugo kecil tertidur pulas di pelukan Izuku setelah meluapkan semua isi hatinya. Izuku mengelus rambut Bakugo kecil dengan lembut.
"Aku tak yakin dengan ucapanmu... tapi terima kasih, Kacchan," bisik Izuku dengan senyum tipis.
🫶
To be continued
Chapter 6 end!
KAMU SEDANG MEMBACA
[Revisi] From Child to Love ||BakuDeku||
KurzgeschichtenBakugo terkena satu quirk dari salah satu anggota villain. Teman-teman sekelasnya sedang berusaha mencari penawar nya, Izuku Midoriya akan bertanggungjawab atas bakugo dan menjaganya. mampukah kisah cinta merekaa timbul kembali?? ⚠️Disini Midoriya...