Chapter ②

454 30 0
                                    

Bro, menurutmu, apakah Midoriya akan baik-baik saja?" tanya Kirishima sambil berjalan bersama menuju asrama mereka.

Bakugo mendengus kesal, "Anak itu tidak lemah." Ucapnya dengan mata crimson yang memandang kosong ke langit.

"Aku merasa kasihan padanya," ujar Kirishima dengan nada penuh perhatian.

"Dengar, dia tidak selemah itu, sialan!" Bakugo membentak, matanya menyala penuh amarah.

"Tapi jujurlah, apa kau tidak menyukainya sama sekali?" tanya Kirishima, nada suaranya mulai serius.

Bakugo terdiam sejenak. Ia mengalihkan pandangannya, berusaha menenangkan pikirannya. "Aku... Iya, aku menyukainya dari kecil," jawabnya pelan.

Kirishima menatap Bakugo dengan mata terbelalak, tidak percaya. "Apa? Terus kenapa kau mengatakan hal sebaliknya, bro? Kau benar-benar tidak konsisten!"

Ledakan kecil muncul di tangan Bakugo, sebagai respons terhadap emosinya yang memuncak. "Kau tidak mengerti keadaanku, sialan!!" teriak Bakugo dengan suara serak.

Tanpa mereka sadari, seseorang mendekat dan beberapa bola kecil mulai menggelinding ke arah mereka. Bola-bola itu berjumlah banyak dan ukurannya sangat kecil.

Bakugo dan Kirishima terkejut sejenak melihat bola-bola kecil itu. "Yo, Bakubro, apa ini bola milik anak-anak?" tanya Kirishima sambil menjongkok untuk menyentuh salah satu bola tersebut.

Bakugo tersadar dan berteriak, "Berhenti, rambut aneh!! Jangan menyentuhnya!!"

Namun, sudah terlambat. Kirishima telah memegang bola kecil itu.

BOMMM!!

Ledakan keras terdengar, diikuti dengan asap biru yang muncul secara tiba-tiba. Pandangan mereka langsung terburam, seolah dunia mereka gelap seketika.

"Bakubro, kau dimana?!" teriak Kirishima dalam kebingungannya.

"Sialan, kau, rambut aneh! Sudah kukatakan, jangan menyentuhnya!" Bakugo berteriak frustasi, berusaha menghilangkan asap dengan kekuatan quirknya.

"Aku tidak tahu, bro! Tapi aku tidak menyangka akan mengeluarkan asap seperti ini!" jawab Kirishima, kebingungannya semakin besar.

Tiba-tiba, satu siluet muncul di tengah asap, menyadarkan Bakugo dan Kirishima. Kirishima langsung mengeraskan tubuhnya ketika sebuah benda kecil dilempar ke arahnya. Tubuh kerasnya memantulkan benda itu kembali, namun Bakugo yang tidak menyadari benda tersebut, justru terkena.

Awalnya Bakugo mengira benda itu hanya batu, namun ledakan yang menyusul langsung menghantamnya.

Pufff... BUMMM!

Asap yang mengelilingi mereka akhirnya hilang, tetapi sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

"Hikss... Huaa!!" Isakan terdengar dari tempat Bakugo berada. Ketika asap menghilang, terlihat sosok anak kecil, seumuran empat tahun, terbaring di tanah. Dengan mata crimson dan rambut pirang yang familiar, Bakugo kini dalam bentuk anak kecil.

"Hey, Bakugo? Kau dimana?" Kirishima terkejut melihat sosok kecil yang tergeletak, masih mengenakan pakaian Bakugo yang tergeletak di sekitar mereka.

"Bakugo? Apa ini sungguhan kau?" tanya Kirishima, masih dalam keadaan terkejut.

---

"Sepertinya Nak Bakugo terkena quirk dari villain yang baru. Menurut Recovery Girl, quirk ini akan hilang dengan sendirinya, tetapi kapan itu akan terjadi, kami masih belum tahu. Kami para guru akan berusaha mencari penawarnya," kata All Might dengan wajah serius sambil menggendong tubuh kecil Bakugo. "Aku terkejut kau tidak terkena quirk ini, Nak Kirishima."

Kirishima menghela napas panjang. "Aku mengeraskan tubuhku, jadi aku tidak terkena quirk-nya. Kalau boleh tahu, quirk seperti apa yang dimiliki villain ini?"

All Might menatap mereka dengan serius. "Kami masih mencari informasi lebih lanjut. Jadi, ku sarankan kepada kalian di kelas 1-A untuk menjaga Bakugo, jangan beritahu soal ini kepada orang tua Bakugo. Meski fisiknya seperti anak kecil, pikirannya masih tetap seperti Bakugo yang dewasa. Dia tidak bisa mengontrol naluri anak kecilnya, mengerti?"

Kirishima mengangguk, matanya tak lepas dari Bakugo yang masih terlihat seperti anak kecil itu. "Aku mengerti... Tapi aku masih tidak bisa percaya ini semua."

---

"He? Begitu? Yosh, kita akan membantumu, All Might!" seru Iida dengan semangat, dan semua teman-temannya mengangguk setuju.

"Deku?" suara kecil itu terdengar, membuat semua orang menoleh. Anak kecil yang tergeletak itu menunjuk ke arah sesuatu. "Eh? Itu... iya, bukunya Deku-kun. Apa yang terjadi, Bakugo?" tanya Uraraka, berusaha memahami apa yang dimaksud Bakugo dalam wujud anak kecil ini.

"Apa menurut kalian dia mengenal Midoriya-kun?" tanya Asui dengan penasaran.

"Sepertinya iya," jawab Ashido. "Seingatku, Bakugo pernah cerita bahwa mereka sudah dekat sejak kecil, bahkan saat baru lahir, Bakugo sudah berumur satu tahun."

---

"Huwaa!!!" Tangisan keras Bakugo membuat semua orang terkejut. Bakugo menangis sambil memeluk kursi Izuku seolah-olah ia marah, namun tubuh kecilnya tidak bisa berbuat banyak.

"Sepertinya ini versi Bakugo yang marah-marah sambil meledak," gumam mereka dengan kaget.

Mineta yang berada di dekat Bakugo segera menggendongnya dan meletakkannya di kursi Izuku.

"Maaf ya, Bakugo-chan," kata Mineta dengan suara pelan.

"Kukira kalau dia sudah kembali nanti, dia akan meledakkanmu, Mineta," jawab Uraraka sambil tertawa kecil.

Beberapa teman sekelasnya tertawa, sementara yang lain hanya tersenyum tipis menanggapi candaan Hagakure.

"Deku-kun tidak masuk hari ini... Jika dia ada, pasti dia yang menjaga Bakugo," kata Uraraka sambil berdiri di samping Iida, Asui, dan Todoroki.

"Benar," jawab Todoroki dengan suara datar.

---

Kreeetttttt -

"Kembali ke tempat anak-anak!" Aizawa masuk ke kelas dengan kantung tidur di tangannya. Mereka sudah terbiasa dengan sifat aneh wali kelas mereka.

Awalnya, Aizawa menjelaskan tentang apa yang terjadi pada Bakugo, lalu bertanya, "Kemana Izuku?" dan diakhiri dengan sesi belajar bersama.

Memang sangat tidak ideal membawa anak kecil ke dalam kelas, tetapi jika Bakugo tidak berisik atau membuat onar, mungkin teman-temannya bisa lebih fokus belajar.

Namun, dengan hadirnya Bakugo dalam bentuk anak kecil, kelas menjadi sangat tidak tenang. Bakugo akan meracau sambil menendang ujung kursi, lalu kesakitan dan menangis. Terkadang, ia memukul Kirishima atau melempari Uraraka dengan kertas.

---

Pada jam istirahat, Bakugo makan sendiri dan mendapat perhatian lebih dari teman-temannya. Beberapa dari mereka memotretnya diam-diam, sementara yang lain memandangnya dengan rasa gemas.

Kadang-kadang, saat ia makan, pipinya dicubit karena kebingungannya.

"Keparat! Oi, tanganmu! Suapi aku yang benar, sialan! Atau aku akan meledakkanmu!" teriak batin Bakugo sambil menatap sendok yang ada di tangannya.

"Kyaaaa!!! Lucunya dia menatap sendoknya seolah-olah menyuruhnya menyuapinya!" teriak beberapa gadis histeris.

"Hahaha, ternyata anak itu lucu juga ya, waktu kecil."

🐑
To be continued.

Chapter 2 end!

[Revisi] From Child to Love ||BakuDeku|| Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang