Pagi-pagi sekali, Aruna sudah berada di kantor. Menikmati segelas kopi, ditemani beberapa berkas yang belum dia baca sama sekali. Hari ini, memang ada rapat pagi, beberapa investor terbaru akan datang. Jadi Aruna harus tampil maksimal."Mbak Run? Udah minum kopi aja tumben?" Ucap Shasa mengintip dibalik pintu. Aruna tersenyum mendengarnya. "Masuk aja Sha," jawabnya.
"Maaf ya Mbak, tadi aku celingak-celinguk soalnya bingung mau buat kopi apa gak," kata Sasha, menggaruk tengkuknya.
"Gak apa, emang tadi aku aja yang kepagian datangnya. Jadi ya inisiatif buat sendiri, meskipun gak seenak buatan kamu," ucap Aruna menenangkan.
"Bisa aja Mbak Aruna kalau muji, emang ada rapat pagi-pagi ya Mbak?" tanya Sasha penasaran.
"Iya kebetulan ada rapat penting pagi ini, jadi harus konsentrasi penuh. Aku belum baca berkas-berkas juga," jawabnya.
"Oh ya udah mbak Run, lanjut aja maaf ya Mbak jadi ganggu. Nanti kalau butuh apa-apa bisa panggil aku ya," ucap Sasha tersenyum sumringah.
"Eh gak ganggu lo Sa, malah aku jadi semangat bisa liat cewek cantik ceria kayak kamu," puji Aruna. Sasha ini dulu bekerja serabutan, dari kecil dia hanya pengamen. Lalu entah ada cara Allah mempertemukan keduanya.
"Ah bisa aja Mbak, salting nih dipuji bidadari, ya udah aku keluar dulu ya Mbak," sahutnya cengengesan. Aruna tertawa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Sasha. Lalu dia kembali fokus ke beberapa berkasnya.
*******
"Menurut kamu saya harus gimana Fajar?" tanya Ganendra dengan laut lesu. Dirinya tidak tidur semalaman hanya karena memikirkan semua masalah perjodohan ini.
"Menurut saya, Bapak nurut saja dengan Pak Harjasa. Cepat atau lambat saya yakin Pak Harjasa akan terus cari tau tentang Bapak dan Mbak Asha. Karir Mbak Asha juga jadi taruhannya," nasihat Fajar asisten sekaligus sekretarisnya.
"Iya, itu yang saya pikirkan terus menerus, saya gak mau Asha jadi korban juga. Kamu bisa buatkan saya surat Pernikahan kontrak? Isinya harus ada hubungan antara saya dan Asha saat status saya suami orang," ucap Ganendra pasrah.
Sebenarnya Fajar benar-benar tidak habis pikir dengan Ganendra, pernikahan itu sakral, bukan hanya untuk main-main seperti yang Ganendra inginkan.
"Bapak benar-benar ingin bermain?" Tanya Fajar hati-hati.
"Saya gak main-main Fajar, ini cara satu-satunya. Tolong kamu buatkan isi perjanjian itu. Nanti saya kasih ke kamu beberapa poin penting. Saya mau menemui Asha dulu untuk memberitahu ini semua," jawabnya berdiri, menelpon Asha. Fajar hanya bisa mengangguk. Tidak berani menasehati lebih lanjut, dia tau ide gila ini berasal dari teman-teman Ganendra.
******
"Sayang? Kangen banget kenapa sekarang jadi jarang nemenin aku sih?" Ucap Asha manja.
"Maaf ya? Aku lagi sibuk ada beberapa pekerjaan yang emang penting," kata Ganendra mengecup kening Asha.
"Iya tau deh kan kamu anak pemilik perusahaan, tapi kamu gak ada selingkuh-selingkuh kan?" ucap Asha mulai menaruh curiga.
"Gak ada sayang, kamu tau sendiri segimana cintanya aku. Tapi aku mau beritahu kamu sesuatu. Janji gak bakal marah dan dengerin aku sampai aku selesai bicara?" ucap Ganendra membuat Asha mengernyitkan dahinya.
"Kamu gak usah bikin aku jadi takut dong, ada apa Ganen?"
"Aku dijodohin," Asha langsung melongo kaget, ingin menjawab langsung di sela oleh Ganendra. "Tapi tunggu aku bicara dulu ya?"
"Aku juga kaget pas awal denger semua ini dari Papa, dari awal aku udah berusaha nolak, tapi kamu tau sendiri kan Papa keras kepala. Keputusannya cuma satu, menerima perjodohan atau semua bisnis ku diambil alih olehnya. Itu keputusan sulit sayang, kamu tau aku rintis semua perusahaanku gak gampang, banyak sekali pengorbanan. Bukannya aku gak bisa milih kamu, tapi kalau aku nekat karir kamu juga yang jadi taruhannya. Papa gak mungkin diem aja aku tau," jelasnya langsung, Asha terlihat masih shok.
"Terus? Maksudnya kita udah? Kita putus Ganen? Setelah semua hal yang udah kamu janjikan? Mimpi-mimpi kita?" Tanya Asha, suaranya sudah bergetar.
"Aku tau aku cuma model, gak seperti wanita-wanita kamu yang juga sama-sama anak kolongmerat. Keluargaku cuma keluarga biasa yang gak punya bisnis apapun, apa itu alasannya Ganen? Iya?" teriaknya cukup keras.
"Sayang, tolong tenang dulu. Aku kan udah bilang," ucap Ganendra, memeluk Asha yang sudah berkaca-kaca.
"Iya terus gimana?! Apa keputusan kamu? Ninggalin aku kan?" Ucapnya mulai terisak.
"Gak sayang, please jangan nangis gini aku gak bisa lihat kamu sedih. Dengerin aku dulu ya? Aku akan nikah kontrak dengan wanita ini, mungkin satu tahun atau bisa lebih sampai aku bisa amankan semua sahamku dari Papa, ini perlu waktu yang lumayan lama. Aku gak bisa langsung ambil alih semuanya karena Papa pasti curiga. Satu tahun itu kita masih bisa berhubungan, aku janji. Aku akan buat perjanjian kalau kita masih bisa ketemu meskipun aku udah jadi suami orang. Oke? Kamu paham kan?" Ucapnya berusaha menenangkan Asha.
"Siapa wanita itu Ganen?"
"Aruna Jatnitra," jawabnya cepat. Asha benar-benar kaget lagi. "Aruna atasanku? Kamu gak bercanda?"
"Aku juga gak tau kalau dia atasanmu awalnya sayang, tapi ya memang Aruna yang akan dijodohkan denganku."
"Aku gak bisa Ganen! Aku gak bisa!" Teriaknya lebih keras lagi. Untungnya mobil Ganendra dilengkapi dengan peredam suara yang gak memungkinkan orang luar tau apa yang sedang mereka bicarakan.
"Sayang? Aku janji cuma satu tahun, satu tahun itu kamu manfaatkan juga untuk karir kamu, agar kita bisa sama-sama kuat nantinya, gak ada cara lain. Aku udah pikirkan ini semua," ucap Ganendra memeluk erat Asha yang menangis dalam dekapannya.
"Gak ada yang bisa menjamin rasa kamu sama aku dalam satu tahun itu Ganen, semuanya bisa terjadi, termasuk kamu yang jatuh cinta sama Aruna!" Ucapnya menangis, dia benar-benar tidak membayangkan ini semua.
"Aku gak mungkin jatuh cinta sama Aruna, dia masih terlalu kecil sayang. Kamu tau itu, aku gak suka wanita kekanak-kanakan kayak Aruna. Hatiku sudah terisi penuh sama kamu. Kalau aku gampang jatuh cinta mungkin aku gak bakal kayak gini bela-belain nikah kontrak hanya agar bisa nikah sama kamu nantinya. Aku lawan semua keluarga ku demi kamu sayang, apa masih kurang?" ucap Ganendra mengelus-elus punggung Asha juga mengecup puncak kepalanya.
"Pasti ada kemungkinan kan? Kalau sampai seperti itu gimana? Aku gimana Ganen?" ucapnya.
"Gak mungkin sayang, gak mungkin, aku cuma punya kamu."
"Kamu janjikan untuk mengusahakan? Kita pasti bareng? Iya kan?" tanyanya mendongak menatap manik mata milik Ganendra.
"Pasti, aku pasti mengusahakan semuanya untuk kita. Untuk mimpi-mimpi kita. Kamu sabar ya, satu tahun ini semoga semua diperlancar. Oh iya setelah ini aku mau ketemu Aruna, kamu mau ikut? Atau pulang aja?"
"Kenapa? Kamu ketemu Aruna?"
"Perjanjian nikah kontrak itu, aku mau omongin semuanya sama dia biar clear."
"Kamu bakal satu kamar sama dia?" tanyanya merasa sangat cemburu.
"Gak tentu saja gak, mungkin kita akan pura-pura saat Mama atau Papa berkunjung, selebihnya kita pasti seperti orang asing," jelas Ganendra.
"Aku pegang omongan kamu, aku mau pulang aja gak mau ketemu siapapun hari ini," putusnya membuat Ganendra menghela nafas, mengendarai mobilnya sampai ke apartemen milik Asha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Holding you [On Going]
ChickLitAruna Jatnira Manggala, namanya selalu dipuja-puja diberbagai kalangan, hidupnya dianggap sempurna. tentu saja terlahir dari jajaran keluarga terkaya di Indonesia membuat hidupnya tidak bisa sembarang, jadi dia selalu dituntut menjadi yang paling se...