"Saya gak bisa Sha, di luar banyak ajudan Papa saya. Kalau saya keluar tentu Papa akan marah, entah apalagi yang akan beliau perbuat, apalagi Papa sudah tau kalau saya memiliki pasangan. Beliau sudah mengancam," ucap Ganendra ditelepon.Sedangkan wanita di sebrang sana tampak berdecak. "Kamu emang udah gak sayang sama aku kan Ganen? Kamu tega!"
Ganendra menghela nafasnya merasa lelah, satu minggu ini Asha benar-benar menguras energinya.
"Saya sayang sama kamu, kalau gak sayang gak mungkin saya rela diam-diam cari tempat aman buat telepon kamu gini," jelasnya berusaha lembut.
"Tapi aku gak mau kamu se-kamar sama jalang itu! Gak mau Ganen!" Teriak Asha, membuat Ganendra menjauhkan sedikit ponselnya.
"Sha, jaga ucapannya, saya juga gak tertarik sama sekali dengan Aruna. Kalau saya gak ke kamar, Papa pasti marah Sha, tolong mengerti. Saya bakal tidur di sofa. Gak bakal satu kasur. Nanti saya vidio call kamu, oke ya? Ini sudah sangat larut. Saya capek seharian ini," ucap Ganendra mengacak-acak rambutnya sendiri. Merasa sangat lelah.
"Aku pegang janji kamu, setelah sampai di kamar vidio call aku ya? Ya udah kamu masuk sana ke kamar," sahut Asha mulai merasa tenang. Ganendra bersyukur, berjalan kearah kamarnya.
Saat masuk dia langsung disuguhi tubuh Aruna yang terbungkus selimut, tidurnya nyenyak sekali sepertinya. Ganendra tidak perduli, masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, dan lanjut tidur, dia menelpon Asha sebentar sebelum akhirnya memejamkan mata.
*****
"Ya coba kamu beri pengertian Car, Aruna itu Mami lihat dia masih sangat kekanakan, Mami juga udah punyak banyak bukti tentang pasangan Ganendra yang ternyata punya banyak gadun. Barangkali hubungan pernikahan ini bisa dijalin dengan cinta. Mami lihat Ganendra lelaki yang tulus, dia hanya sering kali salah pasangan," jelas Rahayu, Carrisa mengangguk paham.
"Nanti coba ya Mi, aku bicara. Aku lihat juga gitu kok, Ganendra sepertinya cocok dengan Aruna. Aku juga selalu berdoa Mi, semoga Aruna segera menemukan kebahagiaannya," kata Carrisa menjawab.
"Benar katamu Car, Mami juga selalu berdoa seperti itu. Aruna sudah banyak sekali dituntut, Mami juga mau anak itu bisa bahagia," kata Rahayu, Carisa menepuk-nepuk pundak Rahayu memberikan kekuatan.
"Aruna pasti bahagia Mi, Sarah juga sudah aku beritahu, misi ini semoga berhasil dan Ganendra bisa berubah secepatnya," Rahayu mengangguk mengaminkan.
"Tapi Car, menurutmu Mami kapan kasih semua vidio bukti tentang wanita gak tau diri itu? Mami dapat informasi kalau wanita itu menuntut Ganendra untuk menikahi dirinya secara siri," kata Rahayu tidak suka.
Carrisa sedikit kaget mendengarnya. "Sampai minta nikah siri Mi? Gila wanita itu, seharusnya dia sadar diri dan mundur. Pak Harjasa juga gak bakal tinggal diam kalau punya menantu ular seperti itu. Kalau menurut ku kita sebar vidio itu satu minggu setelah pernikahan ini. Gimana Mi?" usul Carrisa menggebu-gebu.
"Ide bagus, memang wanita itu harus segera disingkirkan dari Ganendra," Carrisa langsung mengangguk setuju.
*******
"Ini kamar gue?" tanya Aruna saat memasuki kamar yang menurutnya sempit. Di sebelah kanan terdapat pintu penghubung.
"Ya, ini saya desain seperti ini agar kalau Mama atau Papa berkunjung mereka tidak curiga. Kamu bisa langsung masuk melalui pintu penghubung itu," jawab Ganendra menunjuk pintu di sebelah kanan yang sudah dari awal Aruna lihat.
"Ini sempit banget mana betah gue," ucapnya meneliti ruangan ini lagi. Sedangkan barang-barangnya begitu banyak tidak mungkin dia tinggal dikamar kecil seperti ini.
"Kamu bisa simpan beberapa barangmu di kamar saya. Lagian saya sudah kasih kamu uang bulanan yang lebih dari cukup. Jadi saya harap kamu paham dan nurut, sesuai janji di nikah kontrak kita," ucap Ganendra memperingati.
"Ya sudah, gue mau tidur lagi. Lo bisa keluar dari kamar ini," ucap Aruna mengusir Ganendra.
Kamar ini memang memiliki pintu masuk. Tapi juga terdapat pintu penghubung. Pintu masuk kamar ini pun benar-benar seperti hiasan. Mungkin beberapa orang akan mengira tidak ada kamar di dalamnya. Ganendra benar-benar mengatur semuanya di waktu yang singkat. Pintar sekali lelaki itu.
"Ini kartu kredit milik saya yang sekarang sudah menjadi milik kamu. Limit satu harinya seratus juta," ucapnya menyodorkan kartu kredit prioritas.
"Masa cuma seratus juta? Kalau gue belanjanya banyak gimana? Kurang dong. Papa gue aja kasih gue limit satu miliar. Masa lo kalah?" ucapnya tidak terima.
Ganendra sempat sedikit melotot, tapi tak urung menghela nafas. Dia adalah putri bungsu keluarga Manggala. Satu miliar itu nominal yang sungguh kecil, ayolah Ganendra. Lawanmu kali ini sama-sama punya kualitas.
"Oke, kalau itu yang kamu mau," Ganendra memasukan lagi kartu kredit yang tadi dan menggantinya dengan kartu kredit prioritas yang lain.
Aruna tersenyum menang. Padahal Papinya tidak mungkin mengasih dirinya uang jajan sebanyak itu. Paling banyak seratus juta dalam sebulan. Kali ini dirinya sudah menikah. Bahagianya harus semakin bertambah tentu saja. Jadi apa gunanya punya suami kaya raya kalau gak di porotin.
"Terimakasih Mas Ganendra. Semoga rejekinya lancar terus," ucapnya centil. Menerima kartu kredit itu dengan senang hati.
"Disini akan ada satu Asisten rumah tangga. Itu orang kepercayaan Mama. Beliau akan pulang kalau sore. Jadi kamu harus jaga sikap dan hati-hati," ucap Ganendra memberitahu lagi.
"Loh kok jadi ada orang lain? Gimana ini? Kalau Bibi nya cerita gimana?"
"Gak, saya sudah ngomong kalau bersih-bersih diatas itu nanti beda sendiri saya akan sewa ART lagi. Jadi saya hanya minta kamu jaga omongan," kata Ganendra menjelaskan.
"Oke kalau gitu, lo bisa keluar sekarang," ucap Aruna mengusir Ganendra lagi. Ganendra mengangguk, membuka pintu penghubung kamar mereka dan menutupnya kembali.
"Pegel nih gue, harus beresin barang bawaan. Tapi gak apa lah, satu miliar bisa buat gue foya-foya," monolog Aruna menjatuhkan tubuhnya di atas kasur yang untungnya masih king size
Tidak lama ponselnya bergetar. Aruna mengecek dan ternyata Carrisa yang meneleponnya.
"Halo Run? Udah sampai di rumah kamu?" tanyanya di sebrang sana.
"Alhamdulilah sudah Mbak, ini baru sampai mau beres-beres tapi masih capek," jawabnya tersenyum.
"Ya udah kalau gitu, Mbak sama Mami agak khawatir aja kalau Ganendra macem-macem gitu. Nanti kamu kabarin ya kalau ada apa-apanya," ucapnya sungguh khawatir.
"Iya Mbak, aman, Ganendra gak bakal bisa apa-apain aku Mbak. Tenang aja. Bilang sama Mami anaknya bahagia kok," ucap Aruna meyakinkan. Pasalnya memang benar begitu adanya. Untuk saat ini dia masih benar-benar bahagia.
"Ya udah kalau gitu. Jangan lupa ya nanti malam ada acara makan malam keluarga. Ganendra ingetin lagi. Aku masih pengen cerita-cerita sama kamu Run."
"Siap Mbak! Aku juga masih kangen banget!"
"Ya udah kamu bisa istirahat dulu, nanti malam kita ngobrol lagi ya."
"Oke Mbak," lalu panggilan terputus sepihak. Aruna nanti harus pura-pura terlihat mesra lagi di depan banyak orang. Skill aktingnya itu sungguh di pertaruhkan.
*******
KAMU SEDANG MEMBACA
Holding you [On Going]
ChickLitAruna Jatnira Manggala, namanya selalu dipuja-puja diberbagai kalangan, hidupnya dianggap sempurna. tentu saja terlahir dari jajaran keluarga terkaya di Indonesia membuat hidupnya tidak bisa sembarang, jadi dia selalu dituntut menjadi yang paling se...