"Sayang kenapa kamu jadi banyak diam gitu? Ada banyak masalah di kantor?" Tanya wanita itu, mengalungkan tangannya ke leher sang pria sambil mengecupi rahangnya."Keliatan ya? Maaf kalau aku jadi gini pas sama kamu," sahutnya, merengkuh lembut tubuh wanitanya.
"Gak apa, kamu bisa ceritain semua masalah kamu ke aku, aku disini temenin kamu apapun itu," rayunya, meletakkan kepalanya di dada bidang milik si pria.
Pria itu tidak lain adalah Ganendra Harjasa, dan ya si wanita tentu saja Asha Haruan mereka sedang berada di apartemen milik Asha.
"Terimakasih sudah menjadi pengertian begini. Untuk masalah kali ini gak terlalu berat semoga saja besok bisa terlewati. Kamu janji ya sama aku buat stay? Apapun itu rintangan di dalam hubungan kita nantinya?" Kata Ganendra sambil mengecup kening Asha dengan sayang. Tangannya mengelus-elus rambut panjang wanita itu.
"Kok kamu bilang gitu tiba-tiba? Kenapa?" Asha langsung mendongak, menatap mata elang milik Ganendra.
"Gak apa sayang, aku cuma mau kamu soalnya jadi aku memastikan," jawabnya lembut, balik menatap wanitanya.
"Begitu? Tentu saja aku selalu stay sama kamu Ganen, apapun itu, kamu juga ya? Janji sama aku buat stay, kita usahakan semua ini," ucap Asha, memperingati. Ganendra tersenyum, manggut-manggut. "Tentu saja sayang, disini isinya cuma nama kamu," gombalnya, meletakkan tangan Asha di atas dadanya.
"Bisa aja bapak-bapak satu ini kalau udah gombal? Btw, kamu tau gak sih anaknya Pak Manggala yang perempuan?" Pertanyaan tiba-tiba itu membuat Ganendra sedikit melotot, kaget.
"Kenapa tanya-tanya? Aku cuma tau kamu," jawab Ganendra cepat membuat Asha tertawa melihatnya.
"Kok kamu jadi sewot gitu? Aku cuma mau beritahu aja kok, aku kan gak pernah liat ya dulu cuma liat di sosial media, terus kebetulan aku jadi brand ambassador milik keluarganya, ketemu deh, cantik banget tau, baik, sopan lagi anaknya, aku kira anak kolongmerat kayak dia tuh kebanyakan sombong ternyata dia engga sayang, besok aku ketemu lagi buat bahas perpanjang kontrak. Keluarga dia gak main-main kasih aku gaji," beritahu Asha, bersemangat sekali menceritakan. Membuat Ganendra berdehem sebentar untuk menetralisir detak jantungnya yang tiba-tiba berdegup kencang.
"Gak sewot kok, jadi besok banget ketemunya? Langsung sama putrinya Pak Manggala?"
"Iya, sepertinya memang perusahaannya perlahan diurus sama putrinya," jawabnya kini menyelinap lagi ke dalam dada bidang milik Ganendra.
Ganendra hanya bisa manggut-manggut seolah tidak pernah tau apapun tentang keluarga Manggala itu.
******
"Papi tau ini berat buat kamu Nduk, Aruna Papi udah berusaha yang Papi bisa, tapi Harjasa tetap mau kamu yang jadi mantunya. Papi sebenarnya kurang setuju kamu sama duda, meskipun dia anak seorang Harjasa sekalipun. Tapi Papi bisa apa Nduk, kamu paham kan?" Suara yang selalu Aruna hormati itu terdengar sedikit bergetar saat menyampaikan sesuatu yang Aruna sudah tau sejak awal. Tentu saja, Aruna marah, kecewa, dengan semua keputusan ini, tapi balik lagi. Manggala bukan apa-apa kalau dibandingkan dengan Harjasa yang masih masuk 10 jajaran keluarga terkaya se-Asia itu.
"Kenapa harus Aruna lagi Pi? Selama ini Papi liat kan? Aruna selalu nurut sama Papi, apapun itu, tapi ini pernikahan Pi, Aruna gak mau main-main dan dijadikan tameng hanya untuk perusahaan kita," jawabnya pelan, menatap manik mata sang Papi yang tampak sangat terluka.
"Semua yang sudah kamu kerjakan itu untuk kebaikan mu sendiri Nduk, Papi gak akan mau kamu lecet sedikitpun, kamu anak kesayangan Papi kamu tau itu," sahutnya tegas. Membuat Aruna melihat sikap Papinya tahun-tahun sebelumnya.
Memang benar, saat kecil dirinya selalu di puja layaknya seorang princess apapun itu selalu dituruti oleh sang Papi walau harus berdebat panjang dengan sang Mami. Aruna ingat itu, Papi yang selalu jadi pahlawannya ketika dia malas belajar, atau saat Mami marah terhadapnya. Papi selalu menjadi perlindungnya. Cinta pertama Aruna adalah Papi, ya memang. Dirinya agak sedikit kesal dengan sang Papi saat usianya mulai beranjak dewasa. Papi selalu mengatur jam main bersama temannya, lalu melarangnya sekolah musik. Ya hanya karena itu, selebihnya Papi adalah Papi terbaik sedunia. Harusnya Aruna sadar itu sejak dulu.
"Papi gak ada cara lain? Buat kita mutusin semua perjodohan ini? Papi gak mau kan aku sama duda yang umurnya aja hampir setengah umurku?" Kata Keyla membujuk, menatap melas.
"Ganendra usianya gak sejauh itu sama kamu Aruna, maaf Papi gak punya cara lain. Papi sudah mencoba segala usaha, entahlah kenapa Harjasa itu memilih kamu padahal keluarga lain juga memiliki putri-putri seusiamu. Papi sudah menyodorkan beberapa putri dari kolongmerat lain tapi Harjasa menolak mentah-mentah, dia bahkan mengancam akan membuat keluarga kita berantakan kalau sampai Papi gak mau menerima perjodohan ini," Aruna menghela nafas pelan, ternyata biang kerok dari masalah ini ya ada di Harjasa. Ingin sekali dia memaki orang itu, kenapa juga harus memilih dirinya?
"Kalau Aruna coba dan Aruna berhasil membatalkan semua ini Papi marah?" tanyanya memastikan.
"Kamu udah besar dan tau konsekuensinya. Asal itu tidak merugikan perusahaan kita dan nama baikmu tetap terjaga Papi akan dukung apapun keputusan itu," jawabnya cepat membuat Aruna tersenyum, berdiri dan memeluk Papinya dengan erat.
"Makasih ya Pi," katanya, sambil menyusun strategi pembatalan perjodohan ini.
"Nanti malam ketemu ya tapi sama dia? Jangan lakukan rencana rendahan ya Nduk, Papi percaya sama kamu."
"Tentu saja, Aruna bakal hati-hati tentang rencana Aruna ini, Papi tinggal doakan yang terbaik," ucap Aruna.
"Ya sudah, kamu bisa masuk kamar, besok jangan telat, setidaknya apapun itu kamu sudah berusaha. Lagian Papi juga sudah selidiki sifat Ganendra itu, sejauh ini aman, makanya Papi ya rela ga rela."
"Aku yang gak mau, pria sombong seperti dia gak pantas buat anak Papi yang cantik ini," Adi tersenyum sumringah melihat anak gadisnya yang ternyata menyikapi dengan dewasa permasalahan ini, dia bangga bisa memiliki anak seperti Aruna.
"Maafin Papi ya Nduk?"
"Gak usah minta maaf Papi gak salah, yang salah itu Harjasa! Kenapa juga milih Aruna yang masih kecil ini," sungutnya pura-pura sebal. Adi terkekeh melihatnya, mengacak-acak rambut panjang Aruna layaknya anak kecil.
"Kalau udah gede gini Papi jadi kangen kamu yang masih kecil, yang selalu manja sama Papi, gelandotan terus, minta apapun juga ke Papi takut kan kamu sama Mami?" ucapnya mengingat masa-masa kecil Aruna.
"Aruna juga maunya jadi kecil aja Pi kalau bisa, kangen jadi kecil! Dulu Mami galak banget kayak singa jadi apa-apa minta sama Papi soalnya Papi raja, punya segalanya dan baik hati," keduanya lalu tertawa bersama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Holding you [On Going]
ChickLitAruna Jatnira Manggala, namanya selalu dipuja-puja diberbagai kalangan, hidupnya dianggap sempurna. tentu saja terlahir dari jajaran keluarga terkaya di Indonesia membuat hidupnya tidak bisa sembarang, jadi dia selalu dituntut menjadi yang paling se...