1.

302 19 1
                                    


"Ganendra Harjasa ya Run?" tanya Sarah, asisten pribadinya serius.

Aruna mendongak menatap Sarah, lalu mengangguk. "Iya, gimana Mbak?"

"Kenapa harus dengan duda? Papi lo masih waras gak sih?"

Sedangkan Aruna hanya bisa tersenyum kecut mendengar penuturan Sarah. "Lo tau Mbak, gue udah muak sama semua ini. Bisa gak ya kalau kali ini gue gagalin rencana papi?"

"Papi lo udah ngomong langsung tentang rencana ini?" tanya Sarah lagi, memastikan.

"Nanti malam bakal ada acara dinner keluarga. Mami juga udah bilang Papi bakal jujur ke gue tentang rencana ini. Besoknya baru gue ketemu Ganendra, sudah tertata banget kan Mbak? Emang gila keluarga gue," ucapnya tersenyum tipis, mengingat kehidupannya yang sudah diatur sedemikian rupa.

"Gue pikir hidup lo tuh enak Run, apa sih yang gak bisa lo dapat. Tapi emang manusia tuh gak ada yang sempurna kan? Gue masih bersyukur kalau begini, mungkin kalau gue jadi lo udah gila kali gue," katanya jujur, duduk di tepi ranjang milik Aruna.

"Emang, gue juga masih bersyukur masih bisa waras sampai detik ini, lo doain aja gue Mbak," katanya miris.

"Iya lah, bentar deh gue kayaknya gak asing sama ini orang," ucap Sarah meneliti wajah Ganendra di balik layar ponselnya.

"Gue sih gak pernah denger Ganendra ini, wajahnya juga gue baru lihat kemarin pas mami bilang. Kalau nama perusahaannya baru gue tau, siapa juga yang gak tau Harjasa group," ucap Aruna ikut meneliti wajah Ganendra yang memang tampak tampan.

"Sialan! Gue inget, dia pernah jemput Asha pas pemotretan, kapan ya? Sekitar seminggu yang lalu, lo inget gak waktu kita ke perusahaan lo, di lantai enam kan ada pemotretan buat produk skincare, perusahaan lo ambil Asha buat jadi brand ambassador-nya! Coba lo tanya Sabella, dia kan sering dapat job barengan sama Asha, kok gue curiga ya Run?"

"Mbak Asha Haruan? Yang bener aja Mbak?" Tanya Aruna balik, pasalnya dia juga beberapa kali pernah bertemu dengan wanita itu.

"Iya! Waktu itu gue turun duluan kan, buat ambil dompet gue yang ketinggalan. Terus di parkiran, gue lihat wajah cowok ini, gue sih gak perduli waktu itu, terus gak lama pas gue keluar mobil si cowok udah gandeng Asha dan masuk mobil. Mereka juga kayak buru-buru gitu," terangnya mengingat kejadian seminggu yang lalu.

"Oh gue inget, waktu itu juga gue sempet cipika-cipiki sama Mbak Asha, dia tuh baik banget Mbak. Cantik juga? Gak heran kalau Ganendra itu sampai kepincut," kata Aruna tanpa terkejut, membuat Sarah menampar pelan lengannya.

"Lo bisa gunain ini Run, siapa tau dengan ini Ganendra bakal perjuangin cintanya, atau kalau lelaki itu gak bisa lo bisa bantu Asha kan? Lo bujuk dia biar minta kawin lari sama si Ganendra. Kalau begini citra lo tetap baik, lo juga emang gak salah kok," kata Sarah, membuat Aruna melotot dengan ide asistennya itu.

"Emang harus gitu banget ya Mbak?" tanya Aruna, membuat Sarah menggeplak lengan Aruna lagi. "Iya lah, lo mau emang nikah sama seseorang yang masih cinta sama orang lain? Sakit Run, mending sekarang lo telepon sahabat lo itu, Sabella pasti tau sesuatu," kata Sarah membuat Aruna mengangguk, menelpon sahabatnya dengan cepat.

"Woi tumben banget telepon siang-siang gini Run, ada apa?"  

"Lo dimana? Sibuk gak?" tanya Aruna takut menganggu waktu Sabella yang juga artis dan model papan atas.

"Ini lagi istirahat kok, masih satu jam lagi take vidio. Kenapa?"

"Lo kenal Mbak Asha kan Bel? Lo tau gak pacarnya siapa?"

"Mbak Asha? Asha Haruan? Yang jadi patner gue jadi brand ambassador skincare milik lo?" tanya Sabella memastikan.

"Iya, itu, lo tau gak namanya siapa? jawab aja dulu gak usah yang lain."

"Dih, Mbak Asha kayaknya emang udah punya pacar sih, kemarin gue denger juga waktu itu dia teleponan, dia sebut Ganen gitu, gue gak tau secara spesifik, soalnya Mbak Asha emang private hubungannya banget," jelas Sabella membuat Sarah dan Aruna manggut-manggut mendengarnya.

Dugaan mereka ternyata benar, bahwa Ganendra sedang memiliki hubungan spesial dengan model papan atas itu. Aruna tau, kalau nama Asha Haruan sedang melejit-melejitnya. Fans-nya juga bejibun, wanita itu sedang banyak mendapatkan tawaran projek baru. Entah itu dari dunia akting ataupun periklanan. Perusahaannya juga berani membayar besar, hanya untuk seorang Asha Haruan. Dia akui Asha memang cantik, wanita itu cantiknya kebarat-baratan, ya, begitu, tubuhnya bagus sekali. Langsing, tanpa ada lemak sedikitpun, attitude wanita itu juga perlu diacungi jempol, tidak pernah marah atau membuat skandal apapun selama ini.

"Ya udah Bel, thank you. Nanti gue telepon lagi, semangat syutingnya beib," ucap Aruna memutuskan sambungan sepihak dan menatap Sarah seolah meminta saran.

"Beritanya bagus sekali, mungkin kalau di jual bisa dapat banyak duit gue," kata Sarah membuat Aruna jengkel. "Mbak please deh kita lagi gak bahas itu ya!"

Sarah cengengesan. "Ya kan bener dugaan gue, udah jadi lo bisa tenang dulu, lo bisa gunain ini buat ancem si Ganendra." Aruna tersenyum licik, manggut-manggut setuju.

*****

"Mama mohon Kak, jangan berantem terus sama Papa, untuk kali ini aja turutin perkataan Papa mu," Kartika, Mamanya itu menangis dihadapannya, memohon-mohon agar dirinya balik ke rumah.

"Kali ini Mama bilang? Saya selalu menuruti keinginan Papa, tapi sepertinya Papa memang selalu tidak puas, dan 'kali ini' yang Mama maksud itu menikah? Saya sudah pernah gagal dulu karena keikutsertaan kalian dalam rumah tangga saya, dan sekarang? Kalian dengan enteng menjodohkan saya?" Kata Ganendra terpancing emosi.

"Kak! Rumah tangga mu yang dulu emang murni kesalahan mu, Mama sama Papa engga pernah membatasi kamu kan? Kamu yang pilih calon istri sendiri sampai gagal! Mama waktu itu cuma kasih saran-saran aja ke dia, apa salahnya sih berusaha deket sama menantu? Kamu juga tau kalau mantan istrimu memang wanita yang gak bener. Papamu sekarang mau yang terbaik bagi kamu, umurmu udah gak muda, kamu butuh seorang penerus. Ini yang terbaik Kak!" Kartika marah, menunjuk-nunjuk wajah Ganendra.

"Yang terbaik? Bukannya pernikahan ini memang untuk penguatan dari dinasti masing-masing? Saya tau pemikiran Papa!"

"Terserah apa kata kamu Ganendra! Papa mu bilang, kalau kamu besok masih tidak mau dengan rencana ini, semua kekayaan yang papa mu berikan bakal dia sita, Mama tau kamu memang sudah punya perusahaan sendiri, tapi apa kamu lupa? Sebagian besar saham papa mu ada disana, kamu juga akan di coret dari daftar waris, papa mu juga memiliki banyak kenalan, perusahaan mu akan kehilangan banyak investor, Mama cuma mau kamu gak dalam kesulitan Ganendra, tolong dengerin Mama," Ganendra tau itu bukan lah ancaman biasa, Papanya tidak akan main-main.

Dirinya belum memiliki persiapan apapun untuk hal ini, Ganendra benar-benar kaget saat kemarin malam papanya memberitahu akan rencana perjodohan ini. Sial, dia sedang buntu.

"Mama pulang, jernihkan lagi pikiran mu itu Ganendra. Besok malam kamu bakal bertemu putri keluarga Manggala jadi tolong ikuti saran Mama," ucap Kartika tegas, menenteng tas branded miliknya dan berjalan keluar apartemen milik Ganendra.

Ganendra langsung saja menghubungi nomer Fais, asisten sekaligus sekretaris pribadinya. "Fais?" Ucap Ganendra saat telepon tersambung.

"Iya Pak? Ada apa ya?"

"Tolong kirimkan saya biodata putri dari keluarga Manggala, saya lupa namanya. Tapi kata Mama Manggala hanya memiliki satu putri, jadi saya minta tolong kamu cari tahu semua tentang orang itu, kirim ke saya secepatnya," perintah Ganendra sambil mengurut pangkal hidungnya sendiri, merasa pusing.

*******
Haloo! Udah lama ga update watppadd nih, semoga suka ya!

 Holding you [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang