8.

273 21 0
                                    


Pernikahan itu sudah diatur sangat rapi, Aruna dan Ganendra hanya tinggal datang dan berpura-pura menjadi sepasang suami-isteri yang paling berbahagia. Lalu menyalami berbagai tamu undangan dari para elite negara, pebisnis, sampai para kolongmerat.

Pertunangan mereka sudah dilakukan dua hari yang lalu, tidak banyak yang datang hanya keluarga inti keduanya. Disusul dua hari kemudian, tepatnya hari ini Aruna dan Ganendra akan melangsungkan akad nikah, disalah satu masjid terbesar di Depok. Masjid Dian Al-Mahri.

"Mi? Akadnya di masjid?" ucap Aruna masih sedikit kaget, masalahnya Aruna dan Ganendra saja melaksanakan pernikahan ini secara kontrak.

"Iya Papi mu yang mau disini, katanya arsitekturnya bagus, dia mau mengabadikan momen terpenting dalam hidup kamu disini. Sebenarnya Harjasa agak menolak karena menurutnya di gedung jauh lebih bagus, tapi Papimu tetap bersikukuh. Jadi lah masjid ini yang jadi pilihan," ucap Rahayu menjelaskan.

Aruna rasanya terharu, Papinya menginginkan yang terbaik untuknya. Kalau saja, hari ini dia menikah dengan orang yang dia cintai mungkin Aruna sudah menangis sesenggukan. Tapi ya sudah, semoga hari ini berjalan dengan lancar.

"Kok Mami gak bilang sama Aruna?" Tanyanya masih penasaran sambil turun dari mobil, menuju ruang tunggu.

"Ya soalnya Mami tau kamu agak sedih sama pernikahan ini, jadi Mami gak mau kamu kepikiran apa-apa, oh iya Carisa juga datang loh, kamu belum di kasih tau ya?"

"Hah? Mbak Carisa datang?" Tanya Aruna memekik kaget.

"Dateng, Papimu yang telepon, terus ya dia kesini, paling udah di ruang tunggu," jawab Rahayu.

"Kok gak bilang juga! Aku kangen banget sama Mbak Carisa," ucap Aruna masih kaget dengan beberapa kejutan hari ini.

"Jangan lari-lari Aruna, kamu pakai kebaya loh," peringat Rahayu, geleng-geleng kepala melihat kelakuan anaknya yang seperti masih bocah.

Aruna tidak menghiraukan, berlarian sampai ketemu dengan wanita bernama Carissa tadi, memeluk Carissa dengan erat, sampai-sampai si empu tidak bisa berkata.

"Mbak! Kok kesini gak bilang-bilang aku!?" ucapnya melepaskan pelukan itu, matanya berkaca-kaca sekali.

"Maaf ya, ini kejutan buat kamu, sengaja ini, padahal aku lagi banyak pekerjaan tapi demi hari bahagia mu aku nyempetin pulang," kata Carissa, menepuk-nepuk punggung Aruna yang memeluknya lagi.

"Mbak gak tau ya? Aku belum cerita lo," kata Aruna.

"Car, suruh duduk dulu anak itu, habis ini akad akan segera dimulai," kata Rahayu menyela obrolan.

Carissa manggut-manggut. "Duduk dulu, aku udah tau kok Run, tapi apapun itu semoga kamu bahagia ya, aku selalu berdoa seperti itu. Orang seperti kamu pantas dapat kebahagiaan," kata Carissa, tersenyum tulus. Sialan, Aruna benar-benar mengamini doa kakak sepupunya itu.

"Kak tapi aku---"

"Run, itu diam dulu jangan ngomong liat calon suamimu udah mulai akad," kata Rahayu lagi-lagi menyela obrolan.

Terdengar suara basmallah diikuti suara khas milik Ganendra yang tampak lancar dan fasih mengucapkan ijab qobul pada pagi hari ini.

"Bagaimana para saksi? Sah?"

"Sah!!"

"Barakallah" diikuti bacaan-bacaan doa setelah akad.

"Run, kamu sudah jadi istri orang," ucap Carissa berkaca-kaca. Rahayu pun sama, mereka berpelukan. Sedangkan Sarah, wanita itu baru datang setelah akad selesai.

"Mbak! Kemana aja lo?"

"Gue lagi vidio suami lo ijab qobul sebagai dokumentasi, lo kan udah ada Mbak Carisa yang nemenin jadi gue dokumentasi," sahutnya lali memeluk sahabatnya itu.

"Selamat ya Cil, gak menyangka gue, lo sekarang udah jadi istri orang," kata Sarah, di angguki yang lain.

"Udah ayo, kalian keluar anterin Aruna kedepan biar tanda tangan surat nikah," ucap Rahayu, membuat keduanya menganggukkan kepala.

"Cium nanti tangan suami lo!" peringat Sarah, Carissa terkekeh mendengarnya.

Semua tamu undangan bertepuk tangan, melihat kecantikan Aruna yang tampak memancar, berbagai bisikan pujian terlontar.

"Selamat ya Nduk, atas pernikahan semoga langgeng terus sampai tua," ucap orang nomer satu di Indonesia.

Aruna tersenyum, mengamini. Lalu dia mengambil tangan Ganendra menciumnya, Ganendra pun sama, mencium kening Aruna dengan pelan. Ini semua mereka lakukan tentu saja. Banyak kamera yang memotret dari segala arah. Jadi keduanya harus benar-benar profesional. Keduanya lalu menanda tangani surat pernikahan.

Setelah melakukan sesi akad, keduanya langsung menuju tempat resepsi yang sudah dibagi waktunya. Aruna bahkan menghela nafas, membayangkan sebagaimana capeknya dia nanti.

******

Resepsi pernikahan berlanjut hingga malam hari, Aruna merasa kakinya sedikit kram. Dia benar-benar butuh tidur untuk saat ini. Sedangkan tamu undangan masih belum ada tanda-tanda pulang. Mereka begitu menikmati pesta.

"Gue capek banget, boleh minta tolong panggil Mami gue gak?" ucap Aruna berbisik ke arah Ganendra.

"Gak bisa, jangan manja panggil aja sendiri," katanya ketus.

"Gue kalau bisa udah dari tadi, gak liat lo kaki gue merah!" gertaknya sedikit marah.

Ganendra menunduk, melihat kaki Aruna yang ternyata benar-benar merah. Dia mendengus, tak urung mencari mertuanya.

Setelah menjelaskan masalah singkatnya, Rahayu menyuruh Ganendra membawa Aruna ke kamar terlebih dahulu, karena memang acara sudah selesai. Beberapa tamu hanyalah numpang, dan masih bencekrama.

"Kamu bisa ke kamar terlebih dahulu, saya sudah bilang ke Mami," kata Ganendra menatap wajah Aruna yang memang tampak lelah.

"Bisa minta tolong ambilin gue sandal juga gak? Masa gue harus nyeker, ga enak di lihat tamu," kata Aruna, kini nada bicaranya sedikit lembut.

Ganendra mendengus tak urung mengambilkan sandal japit lalu meletakkan di bawah.

"Terimakasih Pak Ganendra, gue ke kamar dulu," ucap Aruna berjalan menuju kamarnya yang berada di atas, memang resepsinya sengaja diadakan di sebuah hotel yang memiliki gedung besar dibawahnya.

"Mau buat anak ya lo?" ucap Sarah yang tiba-tiba berada di belakangnya.

"Sialan! Buat anak mata lo Mbak," jawab Aruna mendengus.

"Kasian malam pertama tidur sendiri," ejek Sarah tertawa.

"Diam lo, gue mau tidur ngantuk, capek!" ucap Aruna yang sudah menemukan unit kamarnya, lalu menempelkan kartu digagang pintu.

"Ya udah selamat istirahat putri cantik, semoga cepat-cepat malam pertama," ucap Sarah berlarian sebelum benar-benar dihajar Aruna.

Aruna mendumel sendiri, berjalan memasuki kamarnya yang sudah dihias sedemikian rupa seperti pengantin baru sungguhan. Dia tertawa miris, seharusnya ini hari yang paling bahagia, tapi bahkan Aruna merasa sangat hampa. Dia menghela nafas, mengambil piyama panjangnya, dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh terlebih dahulu.

Setengah jam lebih mengabiskan waktu untuk mandi, Aruna langsung memakai skincare malamnya, lalu menyingkirkan beberapa angsa dan bunga-bunga yang ada di kasurnya. Malam ini entahlah sepertinya Ganendra tidak akan memasuki kamar ini. Lihat saja, lelaki itu pasti memilih menemui simpanannya.

 Holding you [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang