Saat ini Shankara sudah dipindahkan ke ruang rawat inap, dia juga sudah tidur dengan bantuan obat bius yang disuntikkan oleh dokter Anton
menurut perkiraan dokter Anton, Shankara akan terbangun besok pagi.
Setelah memasuki ruang rawat, Jeffrey duduk di kursi sebelah kasur adiknya sedangkan jay duduk di sofa depan tv yang disediakan dalam ruangan adiknya ini.
Jeffrey terus menatap adiknya, ia sungguh khawatir dengan kondisi adiknya, ia tau adiknya memiliki penyakit asma
tapi ini pertama kalinya bagi jeffrey melihat ke tidak berdayaan sang adik, ingatannya terus berputar saat melihat Shankara dengan wajah pucat dan peluh keringat yang sudah membasahi bajunya
ini merupakan hal yang tidak pernah terlintas dalam pikiran jeffrey
Ia menggenggam erat sebelah tangan adiknya yang tidak terdapat infusan.
Sedangkan jay, sedari tadi sibuk dengan pikirannya sendiri, perasaan bersalah muncul dalam dirinya
ia menyalahkan dirinya yang tidak mengecek terlebih dahulu kondisi adiknya sebelum memutuskan kembali ke kamar
seharusnya dia lebih peka dengan keganjalan adiknya yang entah kenapa malah memilih tidur di sofa.
Saat Jeffrey dan jay sibuk dengan pikiran nya masing masing, sang papah akhirnya memasuki ruang rawat dengan raut wajah yang sulit diartikan.
"Sebaiknya kalian pulang, jay besok sekolah, dan kamu juga ada kelas kan jeff" ucapnya sambil menepuk bahu anak keduanya.
Sebenarnya Herry ingin duduk di kursi sebelah putra bungsunya tapi ada jeffrey disana
jadi alasan tadi ia gunakan untuk mengusir secara tidak langsung anak nya.
"Tapi Shank.."
"Kan ada papah jeff, tenang aja adiknya papah jagain, lagian juga gak akan papah apa apain kok" jawab Herry yang memotong ucapan putranya.
Jeffrey dan jay mandengus kesal mendengar jawaban papahnya
saat ini mereka khawatir dengan keadaan adiknya, tapi mereka juga tidak bisa mengelak omongan papahnya itu, karena omongan nya memang benar.
Dengan terpaksa jeff dan jay pergi dalam ruangan itu.
__________Di dalam mobil hanya keheningan yang menemani jeffrey dan jay
hingga akhirnya jay membuka obrolan dengan pertanyaan yang terlintas di pikirannya sedari tadi.
"Shankara gak kenapa napa kan bang?"
"gua kaget bang, sumpah muka dia tadi kaya lagi sekar..." lanjutnya dengan pelan dan tak mampu meneruskan ucapan nya
ucapan jay membuat jeffrey meliriknya sekilas.
"Gua juga gatau jay, inget gak dulu?, Papah sama Mamah pernah ngasih tau kan kalau Shankara punya asma, mereka ngasih tau dan minta kita buat jagain aja alias jaga jaga biar dia gak kecapean, dan selama ini juga kita gak pernah liat Shankara kambuh kok" jawab jeffrey.
"Kaga inget gua bang" balas jay setelah mendengar penjelasan sang kaka.
"Ya lu masih kecil tolol, jangan kan ingatan tentang Shankara, lu aja pasti gak inget kan tentang lu sendiri yang pernah kencing di mobil, sumpah sejujurnya pas lu kencing di mobil itu jijik banget jay, pipis lu kena kita semua iwhh" jeffrey memasang wajah kejijian, ia membayangkan kejadian waktu itu.
Jay hanya mendengus, sungguh rasanya ingin sekali mengeluarkan jeffrey dari mobil, tapi sayang nya jeffrey yang menyetir mobil.
Sedangkan jeffrey hanya terkekeh setelah melihat wajah kesal jay
sebenernya sama seperti jay, jeffrey juga mengkhawatirkan Shankara, tapi ia tidak ingin memperkeruh suasana.
__________
Disisi lain anak pertama Herry Briar dan kaluna putri yaitu Manavendra modi Briar sedang menikmati langit sore di pesisir pantai.
Lusa nanti, ia akan wisuda karena sudah menyelesaikan pendidikan s2 nya di negeri yang memiliki julukan the three lions itu.
Setelah memikirkan banyak pertimbangan, Ia akhirnya memutuskan untuk menelpon sang ayah untuk memberitahukan tentang wisudanya itu.
"Halo pah" basa basi maven kepada kepala keluarga Briar itu.
"rupanya masih ingat punya keluarga ya Manavendra modi Briar ini" sarkas Herry dengan kekehan.
"Ck, lusa maven wisuda. kesini pah bawa adek adek maven, libur sehari gak bikin mereka bego, udah cuma itu aja yang maven sampein" maven langsung menutup telfonnya tanpa memperdulikan sang papah.
__________
Shankara akhirnya terbangun dari tidurnya, nafasnya sudah kembali normal, hanya tangan nya saja yang terasa kebas.
Hingga beberapa saat, ia menyadari dirinya berada di rumah sakit
ia melirik ke arah tangan nya yang ternyata di infus dan ternyata ada sang papah yang berada disamping sebelahnya lagi sambil memegang sebelah tangannya yang tidak diinfus
Shankara tersenyum, terharu, terkejut dan ter teran lainnya, melihat hal itu.
Herry terbangun dari tidurnya saat merasakan gerakan dari tangan sang putra, Herry mengadahkan kepalanya hingga manik matanya bertatapan dengan mata anaknya.
"Shankara, hal apa yang sudah kamu lakukan" ucapan tegas sang ayah membuat Shankara memutuskan duduk sambil menundukkan kepalanya.
"Maaf pah" balasnya dengan ragu.
"Papah cuman minta kamu sekolah, papah juga gak pernah menuntut apapun dari kamu shankara, kamu bisa istirahat kalau merasa cape atau sakit, bukan malah memaksakan diri dan membuat orang disekitar kamu kerepotan" jelas Herry tanpa mempedulikan sang anak
ia sungguh merasa lelah, setelah bekerja hingga larut ia memutuskan untuk pulang dengan niat melihat perkembangan putra-putra nya
tapi ia malah disuguhi dengan keadaan putra bungsunya yang seperti sedang sekarat.
"Lusa bang maven wisuda, nanti malem papah sama abang abang kamu yang lain terbang ke tempat abang pertamamu, kamu diam disini" lanjutnya masih dengan nada yang tegas.
Shankara mendongakan kepalanya hendak protes dengan ucapan sang papah.
"Pah Shankara mau ikut, Shankara mau lihat bang maven wisuda" ucapnya berharap sang papah menyetujui ucapan nya itu.
"Kamu diam disini Shankara, kamu tidak ingat apa yang terjadi semalam?, Lusa itu wisuda abang mu, saat ini kamu sakit. kamu gak mau kan hari bahagia abang mu harus dikorbankan karena penyakit mu" jelas Herry, kali ini dengan suara yang sedikit melembut agar putra bungsunya dapat mengerti.
Shankara sangat mengerti ucapan papahnya itu baik, papahnya hanya ingin menjaga hari bahagia abang nya
namun sedikit terlintas dalam pikirannya bahwa ternyata,.. 'Dirinya cukup merepotkan.
Shankara membatin 'Oh selain gak berguna dan penyakitan ini, gue bisa juga ya ganggu kebahagiaan abang gue sendiri, harusnya semalem gua gak usah kebawah elah, timbang nahan laper doang Kaga bisa, kalo udah gini kasian kan yang lain, bukannya istirahat malah repot ngurusin Shankara dengan penyakitan sialanya ini'
"Iya pah" dari panjangnya runtaian pemikiran, hanya itu yang bisa Shankara ucapkan pada sang papah.
"Dan satu lagi Shankara, suplemen yang udah disediakan jangan lupa rutin diminum
sekarang kamu makan, abis itu minum obat lalu tidur" ucap Herry kembali memberi penjelasan kepada sang anak dengan nada yang sedikit melembut.
Shankara hanya menganggukkan kepalanya.
Shankara kembali membatin dalem hatinya
'plis deh gue ini cuma kena penyakit asma, tapi kenapa ribet banget dah, kan tadi udah pake oksigen, infus segala macem
Tapi kenapa masih aja minum obat, perasaan gue cuma bengek doang , napa ditangani kek orang tipes'
namun tak ayal tetap menuruti perintah papahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURANOS
RandomHey, guys! Nama gue Shankara Auranos Briar, gue ini anak baru gaul alias 'ABG' 14 tahun yang hidup di tengah kekacauan. Bayangin deh, gue tinggal sama tiga kakak laki-laki yang kadang bikin pengen teriak aja gitu kalau dengerin tuh mulut mulut jaha...