Ch 4

581 41 0
                                    

Jeffrey dan jay saat ini tengah bersiap untuk terbang ke Inggris, mereka cukup kesal karena sang papah memberi kabar dengan mendadak.

Setelah selesai berkemas mereka turun ke bawah dengan membawa tas nya masing masing

Fyi mereka hanya sebentar disana, malam ini mereka terbang, lusa menghadiri wisuda sang kaka dan kembali pulang ke Indonesia pada malamnya di hari yang sama.

Mereka duduk di sofa hingga akhirnya muncul nada dering dari handphone jeffrey.

"Kalian sekarang langsung ke bandara, papah dari kantor langsung ke bandara soalnya, gak akan ke rumah dulu" ujar Herry melalui telefon.

"Lah, terus baju papah gimana?" Tanya jeffrey.

"Udah ada di mobil kalian, nanti tolong bawa ya jeff" jawab sang papa dengan kekehan di akhir kalimatnya.

"Ck, yaudah iya" ketus jeffrey yang langsung mematikan telepon nya.

Jeffrey menepuk pundak sang adik yang sedang duduk di sofa sembari menutup kedua matanya itu.

"Jay bangun, ayo ke mobil, kata papah nanti dia nyusul"

Jay mengerjapkan matanya dan hanya menganggukkan kepalanya.

Mereka pergi ke bandara menggunakan mobil yang dikemudikan oleh pak budi.

__________

Shankara baru saja terbangun dari tidurnya, ia  hanya sedang berdiam diri

entah kenapa dia merasa kosong, tidak ada hal yang bisa ia lakukan saat ini.

Selang beberapa saat, perawat datang dengan membawa makanan dan obatnya, Shankara tersenyum genit menyambut kedatangan perawat itu.

"Suster yang cantik jelita tiada tara, perkenalkan nama adek Shankara,bisa dipanggil Shanka, kara, anka tapi lebih sering dipanggil ganteng" ucapnya dengan mengedipkan mata nya

kalau kalian pikir Shankara memberikan kedipan wink, itu salah yaa teman teman, yang benar itu Shankara mengedipkan kedua matanya dengan cepat layaknya orang cacingan.

Perawat tersebut hanya terkekeh

"adek sekarang makan ya, setelah itu minum obat kalau kesulitan nanti suster bantu, tapi suster ganti dulu infusan nya" jelas perawat tersebut

"Loh kok diganti dah, anak ganteng ini udah sehat walafiat lahir batin kok sust,gausah lah di infus lagi

lagian apa hubungan nya coba asma sama infusan jadi curiga deh, jangan jangan ini rumah sakit gadungan yaa" ucap Shankara dengan nada sinis

Kini ia jadi mencurigai rumah sakit beserta seisinya ini.

"Ada pesan dari dokter anton, Katanya nanti kalau adeknya udah minum obat, makan dan ganti infusan, adek bakal dikasih handphone

adek pasti bosen kan di kamar, suster cuman mau bantu ade biar bisa main handphone agar tidak bosen disini" ucap perawat tersebut dengan nada lembutnya, ia berusaha memberikan penjelasan kepada Shankara.

"OH MY GODD!!!" Teriak Shankara dengan suara melengking nya, bahkan perawat tersebut langsung menutup kupingnya yang terasa pengang.

"gue baru inget gue punya handphone, pasti temen temen gue pada kangen dan khawatir karena temen ganteng nan kece nya ini Kaga hadir di sekolah yang membosankan itu" kini dia khawatir memikirkan teman teman nya tanpa sadar diri kalau yang seharusnya dikhawatirkan tuh dirinya.

Sembari mendengarkan ocehan shankara suster tersebut dengan telaten mengganti infusan

'wong kok unik' batin perawat tersebut

Setelah menyelesaikan semuanya, perawat tersebut pamit untuk melakukan tugas yang lain.

"Infusan sudah diganti, makan dan minum obat sudah selesai? kalau begitu suster Pamit ya dek Shankara

kalau perlu sesuatu atau ada yang terasa sakit nanti tinggal pencet tombol yang dibelakang ranjang ya" ucap perawat tersebut.

"Iya Shankara ngerti kok sust, Suster juga  jangan lupa kasih tau dokter Anton, hp Shankara kesiniin, kalau dia bingung Shankara itu siapa

suster bilang aja Shankara anaknya si Herry nanti dokter Anton pasti langsung ngeh kok" ucap Shankara memberi pesan kepada perawat yang dibalas anggukan oleh perawat tersebut.

__________

Disisi lain, Manavendra modi Briar, yakni putra pertama keluarga Briar sedang menunggu kedatangan papah dan adik adik nya di Bandara.

Setelah lama menunggu, akhirnya sang papah mengabari kalau mereka sudah sampai, maven menghampiri mereka.

"Cuma bertiga pah?" Bingung maven

pasalnya seingat dia anggota keluarganya ada enam orang, lalu yang satu diambil sama Tuhan, jadi sisa lima

nah sekarang mereka ada empat orang, jadi satu lagi kemana coba?, pikir maven yang tentu saja tidak ia utarakan.

"Shankara nggak ikut, ada urusan lain" jawab sang papah karena tidak ingin membuat putra pertamanya khawatir.

"Yaelah sepenting apa sih pah, ini kelulusan abangnya loh, kelulusan ini bukan perayaan setaun sekali

papah nih terlalu manjain dia pah, jadi seenaknya dia tuh, gak mikirin yang lain, egois kan jatuhnya" ucap maven

sungguh dia sangat kesal, bayangkan saja setelah dua taun di pergi ke negeri orang bahkan dia rela tidak pulang ke Indonesia selama itu agar dia bisa menyelesaikan pendidikan nya tepat waktu

tentu hal ini menjadi kebanggaan tersendiri baginya, ia ingin mengakhiri masa ini dengan merayakan keberhasilannya bersama keluarga hanya satu hari

tapi adik bungsunya ini tidak bisa, memangnya sesibuk apasih kegiatan bocah smp dibandingkan dengan dirinya.

Melihat raut kesal abang pertama nya, membuat jay akhirnya berpikir untuk memberi penjelasan ke abangnya itu.

"Bang, Shankara tuh.."

"Yaudah lah kita langsung ke apart aja, atau mau sewa hotel aja yang deket kampus

Ouh iya, nanti kita foto foto yang banyak sama belanja juga biar Shankara tuh tau kalau kita masih bisa bahagia dengan atau tanpa kehadiran dia" ketus maven dengan raut yang masih kesal

Ia langsung saja melengos pergi keluar bandara dan diikuti oleh yang lainnya.

Mereka bertiga mengikuti maven dengan pikiran masing masing.

Herry merasa apa yang dia katakan tadi sudah benar, toh perasaan anak pertamanya juga akan membaik dengan cepat

tidak mungkin maven merajuk dengan lama hanya karena hal sepele bukan?.

__________

AURANOS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang