Ch 21

429 45 1
                                    

Shankara membuka matanya, ia melihat kanan kiri yang ternyata abang nya masih disini, ia mendudukkan dirinya, hingga beberapa saat senyum jahil tercetak di wajah polosnya.

Shankara turun dari kasurnya dengan perlahan agar tidak menimbulkan suara.

Setelah turun dari kasur, ia memasang kuda kuda, dalam hati ia berhitung mundur dari 3,2,1...

"LOMPATAN CAHAYAAA!!!" Teriaknya yang langsung melompat dan menimbun tubuh abang abang nya.

Jay yang panik mendengar teriakan adiknya dengan refleks langsung turun dari kasur dengan gaya koprol dan dilanjut dengan posisi kuda kuda dan tangan yang siap untuk berkelahi.

Jeffrey yang merasa badan nya tertiban dalam hati langsung membaca ayat kursi, ia berfikir bahwa dirinya ketindihan setan.

Sedangkan Maven hanya menghela nafasnya lelah.

"MASIH PAGI SHANKARAAAAA" teriak Maven yang langsung membuat Shankara terduduk dengan kepala yang ia tundukan.

Jay dan jeffrey langsung tersadar saat mendengar teriakan abangnya itu, mereka langsung mendudukkan dirinya dan menatap tajam adik bungsunya yang baru saja bertingkah.

Shankara tuh banyak tingkah tapi cupu, dan anehnya tuh bocah gak kapok kapok buat betingkah, bukannya tobat malah lanjut part dua.

"Sorry bang, gak seng-"

"Pala lo gak sengaja, kalau mau bikin alesan tolong yang masuk akal adek Shankara auranos briarrrrrrr" ucap jeffrey gemas.

Jay menjewer salah satu telinga adiknya dan hal itu membuat Shankara meringis.

"Sakit an-jayyyyy" ringis Shankara sambil mencubit tangan abangnya agar segera melepas jeweranya.

Maven memijat kening nya pelan, adiknya yang satu ini benar benar unik.

"Udah jangan ada yang ribut lagi, jay cepet siap siap buat ke sekolah, Jeffry juga bukanya ada kelas pagi" ucap Maven mengingatkan adik adiknya, mendengar ucapan abang pertamanya jay dan jeffrey akhirnya memutuskan untuk bersiap.

Sekarang yang tersisa hanya ada Shankara dan maven, mereka diam beberapa saat hingga akhirnya Shankara bangkit untuk bersiap ke sekolah.

"Kamu mau kemana Shankara?"

Baru saja berdiri, dirinya sudah dihadang oleh pertanyaan abang pertamanya.

"Siap siap juga lah bang, walaupun adek gak akrab akrab banget sama papah tapi alhamdulillah adek masih di sekolahin kok" balasnya.

"Ck, kamu kan sakit" ucap Maven mengingat kondisi adiknya semalam.

"Enggak, kemarin tuh cuma kaget aja jadi agak tremor dikit, sekarang badan adek udah so far so good so nice kok" jawabnya sok iya.

"Udah kamu dirumah aja, nanti abang izinin ke sekolah"

"Gak mau, shankara sehat walafiat kok, ngapain pake izin segala coba" jawabnya tak mau kalah dari ucapan abang pertamanya.

"Ck, bener kata papah" ucap Maven

"Kamu keras kepala" lanjutnya.

"Kan adek gak Ken-"

"Terserah, asal kamu tau shankara, kemarin kita semua panik sama kondisi kamu, dan ternyata kamu sendiri gak peduli kan sama kondisi kamu sendiri, sekarang lakuin apa yang mau kamu lakuin, semuanya terserah kamu" jelas Maven panjang lebar.

"Kamu pikir kalau kamu sakit, yang repot siapa lagi shankara" sinis Maven di akhir kalimatnya, dan setelahnya ia pergi meninggalkan shankara sendirian.

Shankara menghela nafasnya dalam, ia memegang dadanya erat

AURANOS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang