Nana - 07 (NJ)

3.5K 205 17
                                    

Sepasang mata terbuka, perlahan-lahan memperhatikan tempat dengan keadaan bingung. Tetapi bukan karena dia tidak mengingat kejadian sebelumnya, hanya saja otaknya masih memproses antara pikiran dan respon tubuhnya. Beberapa menit berdiam diri, dia akhirnya bereaksi terkejut mana kala menyadari apa yang membalut tubuhnya. Dia dengan wajah panik terduduk, dengan cepat menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya.

Tidak, apa yang dia pikirkan tidak ada, tapi bukan berarti itu tidak terjadi. Bisa saja kan dia dengan kasus memiliki selaput dara lebih besar sehingga tidak meninggalkan tanda-tanda. Kemudian dia menyerengit menatap heran dengan kemeja putih yang melekat pada tubuhnya. Kemeja itu sukses menenggelamkan dirinya, namun dia yakin bahwa dirinya akan terlihat tetap cantik menggunakan itu. Entahlah, kenapa otaknya bisa-bisanya memikirkan hal seperti itu disaat yang tidak tepat.

"Sebentar!" Dia buru-buru turun dari ranjang, "itu artinya para pria brengsek itu benar-benar melakukannya? Oh, tidak! Aku hanya menerima Lee Jeno. Awas saja, akan ku cabik-cabik benda panjang sialan itu!" Dengan amarah yang meluap-luap, dia berjalan cepat berniat pergi dari kamar tersebut.

"Tidakkah kau berniat berganti pakaian terlebih dahulu? Orang-orang akan menatap lapar jika kau berpenampilan seperti itu, Kim."

"Hah?" Jaemin menoleh ke arah sumber suara. Di sana, Lee Jeno duduk santai dengan iPad ditangannya. Dia sudah berpenampilan rapi dengan pakai formal seperti biasa, Jaemin sampai bingung menanggapi situasi ini. "jadi, semalam itu kau?" Tanyanya ragu. Ia dengan wajah penasaran segera duduk mendekati Jeno yang masih sibuk dengan iPad-nya.

"Kau pikir aku akan memberikannya semudah itu, kau hanya bermimpi."

Dih, kembali lagi mulut pedasnya. Kesal Jaemin dalam hati.

"Aku meminta baik-baik padahal." Protes Jaemin tidak mau kalah.

"Memohonlah kalau begitu." Tantang Jeno.

"Memangnya kau menjamin akan memberikannya kalau aku memohon?" Tanya Jaemin memastikan, dia tidak terima kalau itu hanya permainan pria bermulut pedas itu.

"Entahlah, mungkin saja aku berubah pikiran." Jawab Jeno enggan memberi kepastian atas pertanyaan Jaemin.

"Kau memang sengaja ingin berdebat denganku saja, iyakan?" Jaemin mendelik kesal. "Ku ambil sendiri, lihat saja." Ancam Jaemin.

"Coba kalau berani."

"Tentu saja aku berani. Kau jangan kemana-mana sampai barang yang kupesan sampai." Tunjuk Jaemin sebelum dia mencari benda yang dibutuhkannya. "Di mana kau meletakkan tasku?" Tanya Jaemin ketika tidak mendapati keberadaan tasnya.

"Di asistenmu." Jawab Jeno seadanya.

"Ya sudah, sini pinjam ponselmu. Jangan bertanya apa pun, kau menantangku, jadi diam saja." Jaemin berkata cepat tidak membiarkan Jeno bersuara. Kemudian dia mengadahkan tangannya ke depan Jeno.

Jeno masih dengan wajah datarnya memberikan ponselnya kepada Jaemin. Jaemin menerimanya dengan senang hati, lalu dia duduk kembali ditempatnya semula. Sesaat Jaemin sibuk mengotak-atik ponsel tersebut, merasa semuanya selesai, dia meletakkan ponsel tersebut di atas meja. Jeno membiarkan apa yang akan dilakukan oleh rivalnya itu, dia sudah sibuk dengan pekerjaannya.

"Siapa tuh?" Jaemin menyerengit bingung. Tidak mungkin pesanannya sudah sampai, dikira mengirim barang dengan pintu Doraemon apa.

"Sana, lihat." Suruh Jeno.

"Dih." Dengan berat hati Jaemin beranjak membukakan pintu. Dia dengan ekspresi polosnya menyuruh sekretaris Jeno masuk, tanpa memperhatikan wajah wanita itu terkejut kala dia yang membuka pintu.

"Seperti yang aku katakan sebelumnya, rubah jadwal meeting hari ini untuk besok. Aku tidak akan ke kantor hari ini, kalau ada kepentingan mendesak langsung telpon saja." Ucap Jeno kepada sekretarisnya.

"Apa Anda ada pekerjaan tertentu?" Tanyanya penasaran.

"Ya." Jawab Jeno singkat tanpa ada penjelasan lebih.

Jaemin yang menyaksikan itu hanya memperhatikan keduanya. Lalu pandangan keduanya bertemu, Jaemin tidak bisa menebak apa isi pikiran sekretaris Jeno, yang jelas dari raut wajahnya seperti ada yang ditutupi oleh wanita itu. Jaemin jelas ingat dengan apa yang dikatakan Renjun beberapa hari yang lalu, soal rumor kalau keduanya ada hubungan spesial. Kalau memang iya, berarti wanita itu sekarang tengah terbakar api cemburu. Apalagi melihat dirinya yang hanya menggunakan kemeja, jelas saja itu pemandangan yang bisa menaikkan gairah nafsu. Tiba-tiba saja Jaemin semangat untuk merecoki keduanya.

Belum Jaemin menutup pintu, sudah ada seseorang dengan perawakan sedikit menyeramkan menurut Jaemin, sudah berdiri di depan pintu. Jaemin bingung jelas, pria ini juga tidak melihat kearahnya yang agak pendek ini, kalau pria itu memandang lurus ke depan, bagaimana mereka bisa saling tatap.

"Tolong berikan ini kepada tuan Lee." Ucapnya sembari menyerahkan barang bawaannya.

"Baiklah." Jaemin menerimanya tanpa bertanya lebih. Setelah pria itu pergi, Jaemin menutup pintu. "Apa ini? Bukan kepala manusia, kan?" Jaemin memberikan barang itu kepada Jeno.

"Aku bukan kau yang mudah melukai orang." Jawab Jeno yang jelas saja membuat wajah Jaemin cemberut. "Cepat duduk, makanlah." Lanjutnya. Hal itu membuat kedua mata Jaemin berbinar-binar, dia memang lapar ngomong-ngomong.

"Kau tidak ingin makan?" Tanya Jaemin. Begini-begini dia cukup perhatian dengan orang. Jeno menggeleng membuat Jaemin abai setelahnya.

Setelah cukup lama menunggu, Jaemin tersenyum senang ketika barang pesanannya sudah sampai. Ia memamerkan kepada Jeno pot steril medis ditangannya. "Aku selalu serius dengan perkataanku. Jadi kau jangan menggangguku." Tegas Jaemin.

"Benefit apa yang akan ku dapatkan setelah ini?"

"Aku tidak akan mengganggu kalian lagi. Terserah kalian mau membuat produk seperti apa, kita benar-benar selesai." Jeno tersenyum tipis mendengar hal itu.

***(NJ)***

Note

Ceritaku sekarang khusus di WP bebas tanpa 21+, alias private.

Ini pot steril

Yang mau silahkan ke bio ada link akses

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang mau silahkan ke bio ada link akses.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Baby of a Business Rival ^ NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang