Jaemin mengerjab pelan membiasakan matanya untuk menerima cahaya yang cukup terang. Dia terdiam sesaat untuk memulihkan dirinya dari proses transfer embrio ke rahimnya tadi. Jaemin sempat gugup, namun juga tidak bisa menutupi rasa senangnya. Jika nanti dinyatakan program bayi tabung ini berhasil setelah melakukan pemeriksaan dalam kurun waktu 6-10 hari mendatang, maka dia sudah resmi menyandang status calon ibu. Rasa senangnya tersamar ketika matanya menangkap sosok pria dengan pakaian formal yang sibuk dengan laptopnya kini tengah duduk di sofa ujung ruang rawatnya. Jaemin syok tentu saja.
Dia yang menyakini dirinya hanya bermimpi dengan kehadiran Jeno dihari dia pengambilan sel telur sekitar seminggu yang lalu, namun kini dia kembali melihat Jeno. Apakah ini juga mimpi? Jaemin harap ini adalah mimpi. Jelas dia ingat sekali apa yang dikatakan Jeno dalam mimpinya, pria itu terlihat kejam dengan niat jahat terhadap calon anaknya. Lagipula, Jaemin menyembunyikan keberadaannya dari siapapun sampai dia dinyatakan hamil nanti, dan hanya Renjun yang tahu keberadaannya. Jadi ini pasti mimpi.
Namun untuk memastikan, Jaemin memanggil sosok itu pelan. "Kau di sini, Jen." Ucapnya dengan harap-harap cemas. Tak disangka pria itu bereaksi, ia menoleh ke arahnya.
"Kau sudah sadar."
Suara berat itu sukses membuat jantung Jaemin berdegup kencang. Ini sepertinya bukan mimpi!
"Apa kau butuh sesuatu?" Tanyanya ketika sudah duduk di samping Jaemin. Namun yang didapatkannya malah sentuhan ragu di lengannya oleh pria Kim ini.
"Kau nyata." Gumam Jaemin.
"Ya, seperti yang kau lihat." Jawab Jeno sekenanya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Jaemin tidak bisa menjernihkan isi pikirannya saat ini.
"Apa lagi? Tentu saja menemanimu. Masa aku tidak bersamamu selama proses perkembangan calon anak kita."
"Hah?" Jaemin menatap Jeno bingung. "Kau bilang apa tadi? Anak kita?"
"Ya, anak kita. Kami sudah tidak sabar menunggu kehadiran penerus Lee." Ucap Jeno dengan santainya tetapi mendapatkan reaksi kaget dari Jaemin.
"Hei! Kau jangan asal bicara, Lee Jeno. Aku tidak menggunakan sampel darimu, aku membeli di bank sperma, ya. Jadi kau jangan mengada-ngada. Dan anak ini adalah penerus Kim, bukan Lee." Jaemin berang atas pengakuan Jeno.
"Kau yakin? Lalu kau melupakan pertemuan kita Minggu lalu, ya." Jeno berkata seolah tengah berpikir keras.
Jaemin seakan kehilangan nyawa ketika menyadari bahwa sebelumnya bukanlah mimpi. Jika ini mimpi, tidak mungkin Jeno berkata seperti itu.
"Kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan. Jadi sesuai dengan surat perjanjian yang sudah kau tanda tangani waktu itu, kau tidak boleh melanggar, karena Lee akan mengawasi mu." Jeno menepuk pucuk kepala Jaemin pelan.
"Aku tidak percaya ini." Gumam Jaemin yang tidak terima rencananya gagal total. "Jadi kau menukar sperma pendonor itu?" Tanyanya yang tampak masih ragu.
"Aku tidak menukarnya. Tetapi menggantikan dengan cara terbuka kepada dokter yang menangani mu. Ucapkan terima kasih kepada kedua orangtuamu yang mengenal banyak dokter, sehingga prosesnya cepat tanpa perlu repot-repot." Jelas Jeno singkat.
"Aku tidak percaya ini." Lagi, Jaemin tidak mau mempercayai. Dia berbalik membelakangi Jeno. Dia masih memproses semuanya untuk bisa dimengerti.
***(NJ)***
Jeno terkejut ketika mengetahui tindakan Jaemin yang nekat untuk melakukan program bayi tabung, bahkan dia membeli donor dengan identitas anonim. Tadinya Jeno pikir Jaemin akan menyerah untuk melakukan program tersebut.
Menurut informasi yang Jeno dapatkan, bahwa Jaemin benar-benar terobsesi untuk memiliki anak berdarah Lee, karena menyelidiki riwayat hidupnya yang bersih. Ternyata pria Kim itu cukup gila dengan penolakan yang dilakukan oleh keluarga Lee.
Besoknya Jeno langsung terbang ke Kanada di mana Jaemin akan melakukan program bayi tabung di salah satu rumah sakit di sana. Dengan emosi yang masih berada dipuncak saat itu, Jeno tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mengatakan hal mengerikan hingga membuat Jaemin ketakutan.
Lalu Jeno meminta untuk Jaemin diberikan obat tidur dengan dalih agar Jaemin bisa beristirahat dengan tenang. Dihari itu juga Jeno menemui dokter yang menangani Jaemin dengan memberikan spermanya untuk menggantikan donor dengan identitas anonim tersebut.
Setelah urusannya selesai, Jeno kembali lagi ke Korea tanpa menemui Jaemin lagi, tidak lupa meninggalkan orang-orangnya di sana untuk memastikan semua berjalan dengan semestinya, dengan sedikit ancaman tentunya, yang juga dibawa pengawasan Lee dan Kim.
Lalu dia datang lagi di hari dilakukannya proses transfer embrio ke rahim Jaemin. Jeno memutuskan untuk menemani Jaemin di Kanada sampai hasilnya dinyatakan berhasil. Disinilah Jeno sekarang, memandangi Jaemin yang sepertinya tidak percaya dengan apa yang terjadi. Pria itu terlihat seperti menanggung beban yang sangat berat.
"Aku akan menemanimu selama di sini. Kita pulang besok ke rumahmu."
"Aku bisa sendiri." Jaemin langsung menolak.
"Aku tidak perduli dengan penolakan mu." Jeno berbalik kembali duduk di sofa, sibuk kembali dengan pekerjaannya.
"Kenapa kalian berubah pikiran? Bukannya kalian sangat menolak?"
"Itu rahasia kami."
"Dih!"
***(NJ)***
Seperti yang pernah aku katakan, kalau aku punya dua cara untuk alur cerita ini. Yang pertama bayi tabung, yang kedua tanpa perantara. Nah, yang di sini pakai bayi tabung dan tentunya lebih panjang karena ya banyak proses yang mendasari, alis lebih ribet. Sedangkan yang satunya lebih singkat.
Kalau ada yang mau versi satunya silahkan, nanti akan menyambung ke chapter 17. Yang di bawah ini lanjutan chapter 6&7 sebelumnya untuk versi 'Tanpa Perantara' dan lanjutan chapter 11, yang udah baca pasti tidak bingung sama alurnya.
Sebelumnya aku ucapkan terima kasih atas apresiasinya 😊
Guys, dari awal cerita ini memang ada bab berbayar, ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby of a Business Rival ^ Nomin
FanficJaemin dengan obsesinya menginginkan keturunan dari sosok yang di anggapnya bisa memberikannya keturunan yang sempurna. Sosok laki-laki itu adalah saingan bisnisnya sejak 10 tahun terakhir. Laki-laki berdarah Korea dengan marga Lee membuat Jaemin me...